Masuk ke kampung ini terasa bagaikan memasuki mesin waktu, membawa kita kembali ke masa lampau. Karena di kampung ini tidak diperbolehkan ada penerangan listrik, kendaraan bermotor dan barang-barang elektornik lainnya.
Mereka memegang prinsip hidup ‘kamase-mase’, yang berarti prinsip hidup sederhana dan prihatin. Seluruh warga mengenakan pakaian serba hitam, karena mereka lahir dari rahim yang gelap, sehingga ketika hidup di dunia pun mereka tidak perlu warna-warni kemewahan.
Tidak hanya pakaian, untuk bangunan rumah juga sederhana dan seragam, baik ukuran, bentuk maupun bahannya. Tidak ada perbedaan antara rumah pejabat adat dan warganya. Sehingga tidak ada si kaya dan si miskin. Untuk transportasi mengangkut barang, warga menggunakan tenaga kuda.
Masyarakat tidak boleh sembarangan menebang pohon dan mengambil hasil hutan. Setiap menebang pohon harus menanamnya kembal lebih banyak. Mereka percaya alam akan bermurah hati kepada manusia bila menjaga kelestariannya. Ada keyakinan mereka, bahwa daun akan mengundang air hujan, dan akar pohon akan mengeluarkan mata air.
Komodo
Menjelajah alam bebas dengan satwa liar di dalamnya, memberi tantangan yang bakal memicu adrenalin. Apalagi, bila hewan itu merupakan reptil purba yang masih tersisa di muka bumi, yaitu komodo.
Dengan air liur yang mengandung 60 jenis bakteri mematikan, sang predator menjadi pemangsa puncak dalam mata rantai makanan di sebuah pulau. Komodo merupakan kekayaan hayati indonesia yang masuk sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Untuk menuju Pulau Rinca dan Pulau Komodo, tempat habitat asal komodo, bisa menyeberang dari pelabuhan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, NTT. Pengunjung bisa menyewa perahu motor kecil hingga jenis kapal pinisi yang besar dan mewah.
Di Taman Nasional Komodo, selain bisa trekking melihat langsung kehidupan komodo di alam bebas, pengunjung juga bisa melihat kehidupan masyarakat suku komodo.
Kampung Komodo satu-satunya kampung di Pulau Komodo. Warga bermata pencaharian sebagai nelayan dan sebagian menjadi perajin patung komodo untuk souvenir. Meski hidup berdampingan dengan komodo yang mematikan, anak-anak di kampung ini tetap bebas bermain di halaman rumah.
Padahal, komodo sering memakan hewan ternak seperti kambing milik warga. Seorang warga, Ibu Farida, mengaku sudah 10 kambing miliknya dimangsa komodo. Namun ia tidak kapok, dan tetap membiarkan kambing-kambingnya berkeliaran bebas tanpa kandang. (Kompas TV/Anjas Prawioko, Amelia Tagaori, Adelia Devita)
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.