Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Rasa, Satu Nanggroe

Kompas.com - 31/03/2013, 10:18 WIB

Lebih dari itu, menurut Reid, sawah-sawah telah lama dibuka di dataran tinggi yang menandakan peradaban telah lama disemai di sana. Sebaliknya, kota-kota di pesisir Sumatera yang terlihat gemerlap sebenarnya ”kosong.”

”... pertanian paling awal di Sumatera tidak lahir di delta sungai atau dataran rendah pesisir seperti kita perkirakan, tetapi di lembah-lembah tinggi di Pegunungan Bukit Barisan dan umumnya lebih dari 500 meter di atas permukaan laut,” kata Reid.

Silang budaya

Sawah-sawah yang tumbuh subur di dataran tinggi itu kami jumpai saat menelusuri tepi Danau Laut Tawar. Azan Subuh baru saja usai. Awan putih yang semula menutupi tebing yang memagari danau perlahan pergi. Pukul 09.00, kami meninggalkan Takengon melaju ke Blangkejeren, ibu kota Kabupaten Gayo Lues. Begitu meninggalkan kota, jalanan kian mendaki. Titik tertinggi yang tercatat di altimeter sekitar 1.700 meter dari permukaan laut.

Hutan mendominasi pemandangan berseling dengan hamparan ilalang dan pepohonan pinus. Namun, jejak penggundulan hutan terlihat di mana-mana. Pemandangan ini jauh berbeda dibandingkan akhir tahun 2004. Saat itu jalan aspal nyaris tak terlihat karena ditutupi lumut dan rerumputan tebal, sementara hutan lebat mengapitnya. Konflik menyebabkan rute Takengon-Gayo Lues seperti jalan mati. Beberapa kali penghadangan di jalan itu membuat orang enggan melewatinya. Hutan lebat pun tak tersentuh.

Sudah pukul 21.00 saat kami memasuki Kutacane, Kabupaten Alas. Ini masih wilayah Aceh, tetapi suasana kota yang dihuni Suku Alas dan berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sumatera Utara, ini benar-benar berbeda. Di pinggir jalan, beberapa warung makan masih buka. Beberapa lelaki terlihat bermain catur dan kartu serta berdendang lagu-lagu Batak dan Karo diiringi gitar, khas suasana lapo tuak Sumatera Utara.

Keberagaman, kekhasan, dan sejarah yang berbeda, tetapi kemudian menyatu dalam Aceh itulah yang menjadi kekayaan tak ternilai negeri paling ujung Nusantara ini....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com