Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mancagera, Bukan Sekadar Juru Masak

Kompas.com - 26/04/2013, 08:52 WIB

Oleh Putu Fajar Arcana dan Benny D Koestanto

PERNIKAHAN bukan hal sederhana. Dalam terminologi tradisi, peristiwa ini bisa melibatkan segenap elemen adat, termasuk mancagera, kalau di Bali. Mancagera bukan sekadar chef atau kepala juru masak, ia juga harus menguasai seluk-beluk penyajian makanan persembahan kepada para dewa.

Seorang mancagera seperti I Wayan Desen (52) dari Tempek Kantiluwih, Banjar Pekan, Desa Lelateng, Negara, Jembrana, Bali, tidak pernah dipilih. Ia lahir dari proses tradisi empiris yang panjang. Begitu juga dengan para mantan mancagera, seperti I Ketut Beratha (62), I Komang Suwena (63), I Wayan Duka (53), dan Pekak Mangku Dangka (94).

Pada akhir Maret 2013, Desen bertugas di rumah I Ketut Derka yang sedang menikahkan anak keduanya. Dalam upacara pernikahan itu, Derka tak hanya berkewajiban menyiapkan banten (sesaji) khusus untuk pawiwahan (pernikahan), meminta pengesahan dari bendesa adat (kepala desa adat), tapi juga meminta urun tenaga dan pemikiran dari rukun warga banjar.

Kepala Tempek Kantiluwih Putu Darma (50) menuturkan, semua warga lelaki dan perempuan yang berjumlah 90 keluarga wajib membantu pelaksanaan upacara di rumah Derka. ”Namun, biasanya yang aktif sekitar 76 orang, itu sepasang suami dan istri,” katanya.

Tugas mancagera, kata Desen, sudah dimulai ketika tenda-tenda untuk persiapan upacara pernikahan didirikan. ”Tak hanya memasak, tetapi juga seluruh pekerjaan untuk pelaksanaan upacara. Boleh dikata, kita ini dirigennya,” kata Desen.

Menurut rohaniwan Hindu, Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda dari Griya Mumbulsari, Serongga, Gianyar, tugas mancagera dibagi dalam dua bagian. Pertama, harus menguasai wilayah spiritual. Dia harus mengerti sarana dan bentuk penyajian makanan persembahan.

Kedua, dia harus memiliki manajemen pengolahan makanan yang baik. Pada fungsi kedua ini, tambah Acharyananda, seorang mancagera bertindak seperti chef dalam terminologi modern. ”Ia harus bisa mengomando warga banjar untuk pelaksanaan mebat atau memasak bersama,” katanya.

Tugas seorang mancagera dalam dimensi spiritual juga sangat penting. Seorang mancagera seperti I Ketut Sangka (70) dari Banjar Batuyang, Batubulan, Gianyar, misalnya, sangat mengerti elemen sesajen yang harus dibuat dan dipersembahkan menjelang hari raya Galungan. Sehari menjelang Galungan, Sangka menjadi pemimpin di keluarga Ketut Sumadi untuk mebat. Selain meracik bumbu yang disebut basa genep, Sangka juga bertugas membuat menu seperti lawar, sate, dan komoh, yang akan disajikan sebagai banten perangkat.

Bahkan, setelah daging dipotong-potong, ia harus membagi daging untuk sesajian bernama bakaran. ”Bakaran biasanya cuma berupa potongan jeroan atau darah dan garam, lalu disajikan di atas daun kecil-kecil. Ini berfungsi mohon permisi kepada kekuatan Semesta berupa Bhuta agar merestui acara mebat,” kata Ketut Sumadi, yang sehari-hari sebagai dosen di Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Tarikan spiritual

Tarikan dimensi spiritual yang bahkan berbau gaib sangat keras pada saat-saat seorang mancagera menjalankan tugas. ”Kalau mancagera salah, ada konsekuensi di wilayah magis. Bisa saja masakannya mudah basi atau tidak pernah matang…” ujar Acharyananda.

Mantan mancagera, I Ketut Beratha, bercerita. Ia pernah lupa menghaturkan bakaran sebelum memulai tugas. ”Akhirnya menggodok daging untuk keperluan sate bunga saja sampai berjam-jam tidak empuk,” katanya.

Begitupun sesudah selesai memasak, seorang mancagera harus mengingatkan para ”petugasnya” untuk menyiapkan banten bernama saiban. Di beberapa tempat, saiban diistilahkan dengan ngejot. Saiban juga disajikan di atas potongan daun pisang yang berisi beberapa menu, seperti lawar, lauk-pauk, garam, dan nasi. ”Pokoknya apa pun yang sudah selesai dimasak. Itu jumlahnya bisa ratusan lembar. Kemudian dihaturkan ke beberapa tempat suci atau yang berkategori sakral seperti dapur (api), sumur (air), dan pekarangan (tanah),” tutur Beratha.

Seorang mancagera, kata Pekak Mangku Dangka, tidak pernah dididik untuk mengukur seberapa banyak jumlah jahe, kencur, atau laos dalam satu tugas meracik bumbu. ”Rasa itu bukan di lidah, tetapi pada tangan,” kata juru masak sepuh ini. Pengalamanlah yang akan memberi rasa pada tangan seorang mancagera.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

    6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

    Travel Tips
    Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

    Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

    Travel Update
    China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

    China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

    Travel Update
    Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

    Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

    Travel Update
    Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

    Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

    Jalan Jalan
    Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

    Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

    Travel Update
    Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

    Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

    Travel Update
    Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

    Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

    Travel Update
    Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

    Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

    Travel Update
    Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

    Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

    Travel Update
    Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

    Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

    Jalan Jalan
    Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

    Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

    Travel Update
    Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

    Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

    Travel Update
    Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

    Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

    Jalan Jalan
    Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

    Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com