Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sugeng Handoko, Mengubah Desa dengan Wisata Alam

Kompas.com - 22/11/2015, 18:20 WIB
PADA usia yang relatif muda, Sugeng Handoko (27) mampu menggerakkan warga untuk mengembangkan pariwisata di Gunung Api Purba Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berkat kerja kerasnya, kegiatan wisata di Nglanggeran kini berkembang pesat. Manfaat ganda muncul, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Gunung Api Purba Nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul. Gunung api yang pernah aktif jutaan tahun lalu itu berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Yogyakarta. Kawasan gunung tersebut memiliki luas 48 hektar dan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut.

Upaya merintis kegiatan wisata di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran sebenarnya dimulai sejak 1999. Saat itu, pemuda Desa Nglanggeran menanam pohon di kawasan gunung api purba untuk menjadikan wilayah tersebut lebih indah.

”Waktu itu saya masih belajar di SD. Saya ingat saat itu naik ke gunung untuk membawa bibit pohon,” kata Sugeng.

Ketika itu, pengembangan pariwisata di Nglanggeran berhenti di tempat. Jumlah wisatawan yang datang sangat sedikit dengan aktivitas terbatas.

Pengembangan pariwisata Nglanggeran baru punya arah yang jelas tahun 2007. Saat itu, masyarakat tengah bangkit setelah gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 27 Mei 2006.

”Gempa bumi menyebabkan beberapa warga sini meninggal dan sejumlah rumah hancur. Namun, setelah gempa, pemuda dan masyarakat justru memiliki ikatan batin untuk menjadikan Nglanggeran lebih baik,” ujar Sugeng, Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran.

Rintisan ekowisata

Bersama sejumlah pemuda di tiga dusun di Nglanggeran, yakni Nglanggeran Kulon, Nglanggeran Wetan, dan Gunung Butak, Sugeng merintis kegiatan pariwisata berbasis lingkungan atau ekowisata.

Kebetulan, saat itu Sugeng menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Bukit Putra Mandiri di Desa Nglanggeran sehingga ia leluasa mengorganisasi pemuda.

Sugeng menuturkan, pengembangan pariwisata dilakukan untuk mengatasi sejumlah persoalan.

”Sebelum wisata berkembang di sini, warga kerap mengambil batu dan menebang pohon untuk dijual. Aktivitas itu, kan, berpotensi merusak lingkungan,” kata pria yang meraih sejumlah penghargaan karena aktivitasnya mengembangkan wisata di Nglanggeran ini.

Persoalan lain adalah tingkat urbanisasi di Desa Nglanggeran yang sangat tinggi. Karena peluang kerja sedikit, pemuda desa itu memilih ke luar daerah agar mendapat penghasilan memadai.

Sugeng menjelaskan, untuk mengembangkan pariwisata di Nglanggeran, langkah pertama yang dilakukannya adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat tentang potensi wisata kawasan itu.

”Bagi masyarakat yang tinggal turun-temurun di Nglanggeran, kondisi alam di sini dianggap biasa saja, tidak menarik. Persepsi itulah yang coba kami ubah,” kata sarjana teknik industri dari Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, ini.

Sugeng dan teman-temannya juga mempromosikan keindahan alam Gunung Api Purba Nglanggeran, termasuk menyebarkan brosur ke sekolah.

Mulanya, kegiatan wisata yang berkembang di Nglanggeran hanyalah trekking di kawasan gunung api purba.

Sambil mendaki gunung, wisatawan bisa menikmati pemandangan batu-batu breksit andesit raksasa atau menyaksikan matahari terbit dan terbenam dari puncak gunung.

Seiring dengan berjalannya waktu, kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran kini menawarkan beragam paket wisata.

Salah satu yang menarik adalah paket wisata edukasi dengan live in atau menginap selama beberapa hari di Desa Nglanggeran.

Dalam paket wisata yang kerap diikuti murid sekolah itu, peserta diajak melakukan kegiatan bersama masyarakat, seperti bertani, membuat kerajinan, dan berlatih kesenian lokal.

Selama live in di Nglanggeran, siswa biasanya juga diajari mandiri. Tawaran wisata edukasi di Nglanggeran ternyata menarik wisatawan dari sekolah di kota besar.

Menurut Sugeng, dalam setahun, minimal ada empat rombongan murid sekolah yang menginap di Nglanggeran selama tiga hingga tujuh hari.

”Beberapa hari lalu, ada sebuah SMP di Tangerang, Banten, yang membawa 253 muridnya live in di sini. Beberapa saat lagi juga akan ada 156 siswa dari sebuah SMA di Jakarta yang menginap,” ujarnya.

Selain wisata edukasi, Pokdarwis Nglanggeran juga menawarkan paket wisata petualangan. Wisatawan bisa ikut panjat tebing, rappelling atau menuruni tebing, flying fox, dan lainnya.

Dampak sosial

Saat ini, kegiatan pariwisata di Nglanggeran berkembang pesat, apalagi setelah adanya Embung Nglanggeran dan Air Terjun Kedung Kandang yang menjadi daya tarik baru. Berdasarkan data Pokdarwis Nglanggeran, jumlah wisatawan yang datang ke kawasan itu pada 2014 mencapai 325.303 orang, setahun sebelumnya hanya 85.658 orang.

Ke depan, pariwisata di Nglanggeran diperkirakan terus berkembang karena Gunung Api Purba Nglanggeran merupakan bagian dari kawasan Geopark Gunung Sewu yang baru saja ditetapkan sebagai anggota Jaringan Taman Bumi Global (Global Geopark Network) oleh UNESCO.

Kegiatan wisata di Nglanggeran berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Pada 2014, Pokdarwis Nglanggeran mendapatkan penghasilan cukup banyak, yakni Rp 1,4 miliar. Padahal, tahun sebelumnya, pemasukan dari wisata hanya Rp 424 juta.

Pemasukan itu antara lain dipakai untuk memberi ”uang lelah” kepada warga yang terlibat langsung dalam pengelolaan wisata, misalnya sebagai penjaga loket dan pemandu, yang sekarang berjumlah 139 orang.

Peningkatan kesejahteraan juga dirasakan warga yang membuka warung makan dan menyediakan rumahnya untuk penginapan. ”Saat ini, sudah ada 80 homestay di Nglanggeran dengan kapasitas 280 orang,” papar Sugeng.

Kegiatan pariwisata itu pula yang kemudian membuat kondisi lingkungan Nglanggeran menjadi lebih terjaga karena warga tidak lagi mengambil batu dan menebang pohon untuk dijual.

Selain itu, urbanisasi di Nglanggeran juga berkurang karena banyak pemuda memilih tinggal di desa untuk mengelola wisata.

”Setelah lulus kuliah, saya sebenarnya ditawari bekerja di sebuah badan usaha milik negara. Namun, saya memilih tetap di Nglanggeran untuk mengelola wisata bersama masyarakat,” tutur Sugeng. (Haris Firdaus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Travel Update
5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

Hotel Story
Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Travel Update
Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Travel Update
Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Travel Tips
Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Travel Update
Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Travel Update
Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Jalan Jalan
Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com