Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajib Kenal, Organisasi Pecinta Alam Ini Masih Eksis dari Tahun 1964

Kompas.com - 13/04/2016, 17:03 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

"Semua anggota harus menguasai semua materi dasar tersebut, walaupun pada akhirnya tiap orang fokus pada keahliannya. Ini akan berguna saat ada masalah di alam pada sektor manapun jadi bisa ditanggulangi," ujar Bongkeng.

Di Wanadri sendiri keanggotaan berlaku seumur hidup. Tidak ada istilah lulusan atau alumni Wanadri. Hingga saat ini anggotanya mulai menteri, politisi, atlet, hingga pedagang. Di angkatan pelopor terdapat tokoh-tokoh kenamaan seperti Salahudin Wahid, Kuntoro Mangkusubroto, dan Eri Riana.

Ia menambahkan hal-hal dasar yang dibentuk di Wanadri ialah nasionalis, mental, karakter, juga fisik dan kesehatan. Oleh karena itu sejak tahun 1964 salah satu modal utama untuk masuk ialah berideologi Pancasila.

Saat ini Wanadri memiliki berbagai kegiatan rutin baik bagi masyarakat umum ataupun anggotanya sendiri. Selain membuka pendaftaran anggota baru, terdapat kegiatan terjadwal seperti bakti sosial, ekspedisi, pelatihan, dan pendidikan alam.

Juga kegiatan tidak terjadwal seperti membantu kegiatan SAR dari mulai maping masuk ke daerah bencana, membuka akses yang tertutup, hingga mengirim tenaga medis dan makanan.

"Kita boleh berbangga sedikit, karena kita merupakan orang pertama yang dapat pelatihan SAR, bahkan sebelum Basarnas terbentuk," ujar Saleh.

Selain itu setiap anggota boleh mengadakan perjalanan baik dengan kelompok maupun angkatannya masing-masing. Kegiatan pelatihan dan pendidikan sendiri dapat diikuti oleh masyarakat di luar keanggotaan. Seperti kegiatan sekolah mendaki gunung, pelatihan navigasi darat udara, hingga sekolah SAR.

Keduanya berpesan bagi generasi sekarang khususnya para pemula yang mulai mencintai kegiatan outdoor, seperti pendakian, harus membekali diri dengan pengetahuan hidup di alam liar. Jangan sampai nanti menyulitkan orang lain.

"Harusnya membantu kalau dia memang punya pengetahuan mengenai survival, karena bermain di alam punya banyak resiko," ujar Bongkeng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com