PAGI itu langit biru menyelimuti kota Mataram. Tak ada awan kelabu yang menutupi keindahan warna biru yang khas.
Padahal kunjungan saya waktu itu memasuki penghujung tahun yang seharusnya sudah mulai musim penghujan, tetapi memang alam berkata lain. Hati yang mulai tak sabar memacu untuk melangkahkan kaki menjelajahi setiap keindahan Lombok.
Salah satunya adalah perbukitan di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani. Segelas kopi dan candaan mengawali hari yang baik untuk bersiap menuju Sembalun, Lombok Timur, yang ditempuh dua jam dari kota Mataram.
Kurang lebih menempuh satu jam perjalanan, mobil melaju perlahan dan berhenti di sebuah warung kecil yang menjajakan makanan khas Sasak yang ramai pengunjung. Ayam Rarang, sebutan Rarang karena memang warung ini terletak di desa Rarang.
Kenyang menikmati Ayam Rarang, saatnya melanjutkan kembali perjalanan. Hingga tertidur pulas, hawa sejuk mulai terasa sementara mesin kendaraan terdengar menderung melintasi jalan yang menanjak naik.
Suara-suara khas hutan mulai terdengar. Ternyata saya cukup beruntung bisa menemui hewan mamalia Lutung, kelompok primata yang membentuk genus Trachypithecus yang kerap ditemukan di wilayah Asia Tenggara.
Lutung hidup di hutan hujan, berbadan langsing dan berekor panjang, termasuk herbivora yang makan dedaunan, buah dan kuncup bunga. Warna tubuhnya berlainan tergantung spesiesnya, dari hitam, kelabu hingga kuning keemasan.
Hewan ini hidup bergerombol antara 5-20 yang dipimpin oleh seekor jantan. Suara pejantan ini sangat nyaring, ditujukan terutama untuk mengiatkan agar kelompok lain tidak memasuki wilayahnya.
Hingga sampai di sebuah penginapan Sembalun Lodge, Desa Sembalun Lawang, kegagahan Taman Nasional Gunung Rinjani sudah tampak walaupun masih sekitar kaki pegunungan. Perbukitan hijau nan asri, lanskap Desa Sembalun yang memesona membuat hati merasa nyaman melihatnya. Perlahan saya mencoba menyusuri desa Sembalun ini.
Hingga teman mengajak untuk mendaki Bukit Selong untuk melihat areal perkebunan yang mempunyai pola persegi tersebar luas di sekitar sini. Areal yang tengah dikembangkan menjadi sebuah agrowisata oleh Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat ini memang menjadi daya tarik yang tiada duanya.
Lanskap areal perkebunan yang memesona dipadu dengan kegagahan gunung Rinjani membuat banyak para pecinta paralayang kerap terbang menikmati pemandangan Sembalun dari udara yang sungguh luar biasa. (Sendy Aditya Saputra)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.