MEDAN, KOMPAS.com - Bersama Redima Gultom, pagi selepas subuh kami menuju stasiun bus yang akan mengantar kami ke Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Saya bahkan belum sempat sarapan tapi sudah menyiapkan kopi hangat di termos yang akan menemani perjalanan membelah pagi.
Sayup-sayup musik artis Karo mengiringi kami melewati Berastagi, Kabanjahe, Merek, Sumbul, lalu terlihatlah tugu selamat datang di Sidikalang. Tugu yang unik, sayang catnya sudah luntur. Kami minta diturunkan di Stadion Baru Panji Sibura-bura, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi.
Terlihat rombongan orang memadati pintu masuk. Berpakaian kebaya warna-warni dan bersanggul, para kaum hawa terlihat cantik dan bersinar. Sebagian dari mereka mengenakan pakaian adat suku Pakpak. Berpasang-pasangan, nyaris serba hitam-hitam.
Tangan-tangan mereka tak kosong, banyak yang membawa hasil bumi: durian, petai, rambutan, beras, tebu merah, jeruk, nenas, manggis, ayam, semua dijunjung di kepala.
Memasuki halaman stadion, kendaraan yang parkir dikepung papan bunga ucapan selamat. Di pintu masuk, kami disambut Veryanto Sitohang, tokoh pemuda setempat. Dia mengenakan kemeja batik merah marun dengan motif etnik.
Di bawah tenda-tenda ini duduklah para tamu undangan, dan para jemaat Gereja Kristen Pakpak Dairi (GKPPD) seluruh Indonesia. Hari itu adalah Hari Jubelium 25 GKPPD, dalam bahasa Pakpak disebut Pesta Oang-Oang.
Sebanyak 7.000 kursi yang disediakan panitia ludes. Panitia sampai memesan 1.000 kursi lagi, begitu juga dengan makanan. Pukul 10.00 WIB, acara dimulai dengan ibadah.
Baru beberapa menit berlangsung, tersiar kabar, ibadah di Gereja Khatolik Santo Yosep di Jalan Dr Mansyur Medan batal dilanjutkan akibat penyerangan yang dilakukan seorang anak muda kepada pastornya.
Panitia sempat panik kalau kabar itu akan membuat jemaat yang hadir ketakutan. Syukurlah, itu tidak terjadi. Usai ibadah, acara dilanjutkan dengan defile, makan bersama, penyerahan cendera mata, lapihen simbadia oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LIA) dan launching penambahan buku ende GKPPD.
"Ini semua berkat kasih Tuhan dan kuatnya persatuan jemaat. Hari ini kita harus bergembira merayakannya, menikmati semua sajian pesta dalam kebersamaan," katanya bersemangat, Minggu (28/8/2016) lalu.
Bishop GKPPD Pendeta Elson Lingga berharap warga jemaatnya di mana pun berada bisa menikmati kesempatan ini. Supaya mereka bersuka cita sebab selama 25 tahun Tuhan masih bersama mereka. Ke depan, semoga Tuhan selalu menyertai perjalanan jemaat GKPPD yang masih panjang.
Ketua Umum Panitia Depriwanto Sitohang mengatakan, Pesta Oang-Oang Jubileum ke-25 GKPPD artinya pesta suka cita, pesta kegembiraan mencapai usia yang cukup. Tapi mereka tidak sekadar pesta ini menjadi ajang pemborosan dan tak bermanfaat.
Ada dua tujuan utama yaitu GKPPD harus memuliakan nama Tuhan dan harus menjadi berkat bagi orang lain. Makanya, rangkaian acara sudah dimulai sejak Mei lalu. Mulai dari pengobatan gratis, donor darah, kebersihan massal, jalan santai, festival koor dan lomba cipta lagu Phakpak. Dimeriahkan paduan suara tabungan dan penampilan artis-artis Pakpak.
Matahari makin tinggi, daerah yang terkenal sebagai penghasil kopi ini menjadi gerah. Waktunya makan siang, semua peserta yang hadir makan gratis, panitia memotong satu kerbau besar untuk disantap.
Veryanto selaku tokoh pemuda menambahkan, pesta ini dihadiri hampir 10.000 jemaat GKPPD se-Indonesia, tokoh-tokoh Dairi dan Sumatera Utara. Berbagai kegiatan budaya Pakpak dan agama ditampilkan. Peserta yang hadir mengenakan pakaian adat Phakpak dan suku-suku lainnya sehingga Pesta Oang-Oang menjadi karnaval budaya religius.
"Terima kasih buat semua pendukung, pesta ini sukses, semua orang tahu kita punya potensi dan banyak yang harus dibanggakan. Ayo terus bersama untuk lebih baik dan bermanfaat," kata Very.
Sebelum pulang, kami diajak menyantap durian sidikalang sambil minum kopi. Sebuahnya dihargai Rp 30.000. Isinya mantap tanpa busuk, hanya sedikit kurang masak. Saya mencari durian kancing, durian yang bijinya gepeng sebesar kancing dan rasanya agak pahit, ternyata sulit mendapatkannya.
Very mengajak kami berdua datang kembali pada 26 sampai 30 September 2016 karena ada pesta budaya Njuah-Njuah. "Ini pun mantap pestanya. Datanglah kalian nanti ya, biar tahu kalian budaya Pakpak. Biar makan durian sama ngopi lagi kita," kata Very sebelum kami kembali menuju Medan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.