SINAR jingga keemasan di langit timur menaungi pulau-pulau eksotis yang mengelilingi kawasan Taman Nasional Komodo.
Suara mesin perahu ketinting nelayan memecah keheningan fajar saat kapal kami akan bersandar di Dermaga Abdul Husen, Desa Komodo, Kecamatan Komodo.
Desa Komodo merupakan salah satu desa yang terpencil lantaran letak wilayah geografisnya berada di pulau paling luar dari Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
(BACA: Valentino Rossi Unggah Foto Liburan di TN Komodo)
Selain dengan kapal sewaan untuk wisatawan, Desa Komodo juga bisa ditempuh dengan kapal umum dari Labuhan Bajo.
Pagi adalah waktu tepat untuk menyelami kehidupan desa yang berpenduduk 1.700-an jiwa ini dari dekat.
Warga yang sehari-hari berbagi tempat tinggal satu pulau dengan Komodo (Varanus komodoensis).
Jalan kaki melewati jembatan kayu yang memanjang di bibir pantai pantas untuk dicoba sebelum masuk ke dalam jalan kecil di antara bangunan rumah panggung warga yang kebanyakan menghadap ke sisi timur.
Anak-anak SD berkumpul di sisi kiri lapangan menghindari terik matahari sembari makan jajanan dan menunggu bel masuk sekolah.
Ibu-ibu bercengkerama sambil menggoreng tahu untuk jualan gorengan.
Ali, perajin patung kayu komodo, serius menyelesaikan garapannya.
Itulah sebagian aktivitas warga selain menjadi nelayan tradisional, pemandu wisata dan bekerja di Taman Nasional Komodo (TNK). (AGUS SUSANTO)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Februari 2017, di halaman 32 dengan judul "Harmoni Desa Komodo".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.