Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melancong ke Kediaman Marjoko, Kompas, dan Domas

Kompas.com - 26/07/2016, 16:17 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

SURAKARTA, KOMPAS.com – Tak jauh di pinggir Sungai Bengawan Solo, geliat beberapa industri masyarakat bisa dilihat dengan mata telanjang. Seperti dari Dukuh Ngentak, Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, ribuan kok (shuttlecock) meluncur cepat ke daerah Sukoharjo dan ke luar Sukoharjo.

Pemandu wisata program Accor Solo Heritage Cycling, Sugianto mengatakan di Dukuh Ngentak ini merupakan sentra industri pembuatan shuttlecock. Terdapat beberapa rumah-rumah yang sehari-sehari membuat shuttlecock untuk disuplai ke beberapa daerah.

“Ayo ke pembuatan kok Kompas,” ajak Sugianto setelah mengunjungi dapur pembuatan kerupuk karak di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2016) lalu.

Rumah produksi kok yang dimaksud Sugianto adalah usaha shuttlecock Marjoko, Kompas & Domas (MKD). Usaha shuttlecock MKD dilakukan di sebuah rumah bertingkat bergaya modern dengan halaman depan yang luas.

Pada bagian dinding rumah berwarna coklat, tulisan Kompas terpampang dengan jelas. Pagi itu, pada halaman rumah berjejer tabung/slop atau tempat shuttlecock berwarna merah dijemur.

Di kiri pintu masuk, terdapat tiga perempuan tengah fokus memberikan lem pada shuttlecock yang berwarna putih. Mereka duduk di lantai ruangan yang disesaki slop.

KompasTravel waktu itu mengikuti paket wisata Accor Solo Heritage Cycling. Industri pembuatan shuttlecock adalah tujuan kedua keliling sentra industri di Kecamatan Mojolaban.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Suasana ruang tengah rumah pembuatan shuttlecock Marjoko, Kompas & Domas (MKD) di Dukuh Ngentak, Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2016). Sentra industri shuttlecock adalah salah satu tujuan dalam paket wisata Accor Solo Heritage Cycling.
Begitu masuk ke dalam rumah MKD, di ruang tengah terdapat empat orang yang tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Salah satunya adalah seorang laki-laki yang duduk di belakang mesin jahit dan cekatan saat meletakkan bagian bawah shuttlecock atau dikenal selongsong.

“Saya kerjaannya melubangi selongsong ini. Nanti baru bisa ditaruh bulu ayamnya,” kata laki-laki yang enggan menyebutkan nama itu.

Di samping ia duduk, sebuah keranjang berisi selongsong shuttlecock yang telah diberi kertas merek baik Kompas atau Domas. Saat KompasTravel pindah ke bagian belakang rumah, terdapat beberapa perempuan paruh baya tengah bergelut dengan bulu ayam.

Ada yang sibuk merapikan bulu ayam dengan gunting, ada yang merekatkan merek pada selongsong, dan ada pula yang memilah bulu ayam yang akan dirapikan. Di selasar rumah, beberapa orang juga berkerja terpisah sambil menyandar di dinding.

“Ini saya tugasnya memanaskan bulu ayam supaya lentur dan kuat. Bakarnya pakai minyak,” jelas laki-laki yang berusia sekitar 20 tahun.

Sementara di pekarangan belakang rumah industri shuttlecock MKD, juga terlihat aktivitas yang tak lepas dari bulu ayam. Pekarangan belakang dimanfaatkan untuk menjemur bulu ayam sebelum digunakan.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pekerja tengah melakukan pengeleman merek kok di sentra pembuatan kok Marjoko Kompas & Domas (MKD) di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2016). Sentra pembuatan kok MKD adalah salah satu tempat yang dikunjungi dalam paket wisata Accor Solo Heritage Cycling.
Begitulah potret aktivitas yang terlihat di rumah industri MKD. Setiap hari para pekerja baik harian maupun borongan memutar roda industri shuttlecock itu.

Salah satu karyawan di rumah industri MKD, Wahid (18) mengatakan, usaha shuttlecock ini telah berdiri sejak lama ketika mulai dijalankan oleh ayah dari Marjoko. Setiap harinya, para pekerja di rumah industri ini menurutnya bisa menghasilkan 500 slop.

“Kalau di sini ada dua produk. Kompas dan Domas. Kalau Kompas beredar di sekitar Solo, kalau Domas hanya beredar di Garut, Jawa Barat,” ujar Wahid kepada KompasTravel saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2016).

Rumah industri shuttlecock MKD ini dijalankan oleh sekitar 20 pekerja harian. Selain pekerja harian, Wahid menyebutkan, ada pula pekerja borongan yang membantu pengerjaan.

Produk shuttlecock dijual dengan harga Rp 50.000 untuk merek Domas dan Rp 40.000 untuk merek Kompas. Pengunjung hanya bisa mendapatkan shuttlecock merek Kompas untuk dibawa pulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Travel Update
5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

Hotel Story
Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Travel Update
Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Travel Update
Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Travel Tips
Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Travel Update
Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Travel Update
Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Jalan Jalan
Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com