Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (58): Manang

Kompas.com - 22/10/2008, 13:29 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Manang adalah kejutan di tengah pendakian Sirkuit Annapurna. Sebuah perkampungan umat Budha Tibet yang religius, campur aduk dengan rombongan trekker, porter, pemandu wisata, barisan keledai, ladang jewawut, hotel, restoran, toko perlengkapan pendakian, warung internet, rumah sakit, dan seterusnya.

Tak perlu heran, Manang adalah dusun terbesar sepanjang sisi timur lintasan Sirkuit Annapurna. Pada ketinggian 3540 meter ini, Manang adalah tempat yang paling dianjurkan bagi para pendaki untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian. Beristirahat dua malam di sini sangat dianjurkan sebelum melangkahkan kaki menuju Puncak Thorung La.

Nefransjah adalah salah satu trekker Indonesia yang sedang mengadaptasikan dirinya dengan tempat tinggi. Tak pernah ia berada di tempat setinggi ini. Keluhannya, kepala pusing dan cepat lelah. Tak salah pula kalau ia mengikuti kelas pelatihan gratis khusus para pendaki yang diselenggarakan setiap sore di klinik Manang.

Acute Mountain Sickness (AMS) umumnya terjadi pada orang yang berpindah ketinggian terlalu cepat. Jadi bukan ketinggiannya yang bermasalah, tetapi kedrastisannya. Biasanya akan mulai terasa kalau kita sudah berada di atas ketinggian 2500 meter. Tanda-tandanya adalah sakit kepala, pusing, mual, batuk, hilang nafsu makan, muntah, atau halusinasi. Tanda-tanda ini tidak perlu harus muncul semuanya. Salah satu saja cukup sebagai gejala AMS. Kalau tidak diredam, AMS bisa menyebabkan pembuluh darah pecah bahkan kematian fatal.

Kunci utama menghindari AMS adalah minum banyak air dan naik pelan-pelan. Tubuh memerlukan waktu beradaptasi dengan ketinggian. Waktu adaptasi ini berbeda tiap orang. Ada yang perlu cuma semalam, ada yang berhari-hari. Begitu gejala penyakit ketinggian muncul, penderita harus beristirahat. Kalau dua hari gejala belum juga hilang, penderita harus turun alias ‘mundur’, beristirahat di tempat yang lebih rendah, sebelum mencoba mendaki lagi.

Mungkin karena terlalu memandang remeh AMS, atau terlalu membanggakan pengalaman di Tibet, setiap hari minum air mentah dan makan yang paling murah, saya mengabaikan gejala batuk dan pilek. Di Manang, batuk saya semakin hebat dan hidung pun mampet. Kepala pusing-pusing. Moga-moga bukan AMS, saya tak mau mundur lagi sampai Besisahar. Saya juga kena diare, mungkin kebanyakan minum air mentah seperti penduduk lokal. Trekker asing biasanya membeli air mineral, yang harganya semakin mahal mengikuti ketinggian tempat dari permukaan laut.

Karena banyak turis yang ‘patuh’ terhadap buku panduan dan setumpuk nasihat menghindari AMS, Manang mendapat berkah rejeki nomplok. Hanya di desa ini kebanyakan pendaki menghabiskan waktu lebih dari satu malam, menjadikan Manang sebagai surga para trekker yang beristirahat, mempersiapkan diri pada ekspedisi yang lebih menantang di atas sana.

Apa pun yang dikhawatirkan turis, Manang menjawabnya. Ingin berhalo-halo dengan keluarga yang jauh di ‘bawah’ sana? Ada warung telepon. Ingin membaca berita terkini? Ada internet, yang harganya mahal sekali. Ingin mencicip eksotisme Tibet? Restoran menjual menu daging yak. Nef sudah mencicip sepotong steak yak di atas piring besar, walaupun ia masih belum pernah melihat binatang berbulu itu. Ingin belanja baju hangat dan perlengkapan trekking? Semua tersedia di dusun ini, cukup murah dan praktis. Untung bagi saya, yang cuma membawa tas berisi baju dan satu jaket saja, topi dan sarung tangan bisa didapat untuk perjalanan ke puncak yang semakin dingin.

“Saksikanlah! Seven Years in Tibet, Hari ini jam 6 sore...” demikian papan tulis di depan sebuah pemondokan. Di sini tak ada bioskop. Turis bisa nonton film rame-rame, cukup dengan televisi layar lebar dan DVD. Pemondokan pun mendapat keuntungan dengan menarik karcis. Apalagi yang lebih asyik selain menonton film tentang petualangan di misteri atap dunia yang tersembunyi? Cocok sekali dengan nuansa Tibet yang melingkupi barisan rumah batu di Manang. Mantra mengalir tanpa henti, gang sempit berkelak-kelok, dan perempuan memanggul panen puluhan kilogram jewawut bertumpu pada kepala mereka. Bagi yang belum pernah ke Tibet, Manang bisa menjadi penawar hati yang hendak mengembara ke ‘Shangrila tersembunyi’.

Di pagi hari, masih di bawah bayang-bayang puncak salju Annapurna III, umat Budha mulai bersembahyang. Kakek tua berjalan mengelilingi barisan silinder doa, memutar tiap kaleng bertulis Om Mani Padme Hom, sambil terus membaca mantra. Menurut kepercayaan Budhisme Tibet, setiap putaran silinder ada pahalanya. Karena terlalu sering diputar, beberapa silinder rusak, diganti dengan kaleng bekas susu atau kopi yang sudah berkarat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com