Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (125): Urdu

Kompas.com - 26/01/2009, 06:10 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


           "Itu bahasa Urdu, bukan bahasa Hindi!" kata seorang bocah Pakistan protes.

Dia meminta saya menyanyikan lagu bahasa Hindi. Saya menyanyikan sebaris lagu soundtrack film Salman Khan terbaru, Mujhse Shadi Karogi. Si bocah mengira saya berbohong. Ia tak tahu kalau bahasa Urdu dan Hindi hampir sama.

Memang tak banyak orang sadar bahwa bahasa Urdu dan Hindi adalah dua bahasa yang serupa, kalau tidak bisa dikatakan sebagai satu bahasa yang sama dengan nama berbeda. Orang biasa melihat hurufnya saja yang berbeda.. Hindi ditulis dengan huruf Sansekerta Devnagari, sedangkan Urdu ditulis dengan huruf Arab-Persia dengan gaya Nastaliq yang cenderung vertikal ke bawah.

Tetapi huruf dan bahasa adalah hal yang berbeda. Kenyataannya, kita tidak mudah membedakan seseorang bicara bahasa Urdu atau bahasa Hindi. Kedekatannya melebihi kemiripan bahasa Indonesia dengan Malaysia yang perbedaan aksen dan pelafalannya sangat kentara. Yang membedakan tuturan Urdu dan Hindi adalah pilihan kosa katanya. Untuk kata-kata tertentu, bahasa Hindi lebih memilih kata dari Sansekerta, sedangkan Urdu kaya akan kosa kata Arab dan Persia.

Bukan hanya kita yang awam, bahkan orang Pakistan dan India pun banyak yang tak tahu kenyataan ini. Seperti halnya penonton setia film Bollywood di Pakistan yang mengklaim semua artis India bisa bahasa Urdu. Sebaliknya seorang penumpang kereta dari Gorakhpur berujar, “Saya tidak bisa bicara bahasa Urdu,” walaupun bahasa Hindinya sudah terbilang first class. Dia sampai memanggil kawannya yang katanya pandai berbahasa Urdu untuk bercakap-cakap dengan saya. Alangkah terkejutnya dia mendengar bahwa percakapan Urdu tak ada bedanya dengan Hindi.

Permusuhan Pakistan dan India membuat informasi tentang negara tetangga sangat terbatas. Kecuali dari film-film Bollywood yang terus membanjir, tak banyak lagi yang diketahui tentang India. Jawad, seorang pemuda Karimabad, sangat takjub mendengar orang di India sana juga bicara bahasa yang sama dengan di Pakistan.

Karena alasan sosiolinguistik, yang dipengaruhi juga unsur sejarah, kultur, politik, Urdu dan Hindi diangkat menjadi dua bahasa yang berbeda. Urdu adalah bahasa nasional Pakistan, yang semula adalah bahasa kaum minoritas dan mohajer (pendatang dari India), kemudian menjadi lingua franca, dan selanjutnya bahasa resmi negara baru ini. Di India, Urdu menjadi salah satu dari 23 bahasa resmi negara. Dengan demikian, bahasa Urdu/Hindi adalah bahasa keempat terbesar jumlah penuturnya di dunia setelah Mandarin, Inggris, dan Spanyol.

Besarnya penggunaan bahasa Urdu/Hindi membuat saya merasa bersyukur sekali sempat belajar bahasa Urdu selama di perjalanan. Waktu saya di Nepal, kemampuan bahasa Urdu telah menolong saya ketika berhadapan dengan gerilyawan Maois. Di India, dengan kemampuan Urdu saya, yang sering dibilang orang adalah bahasa Hindi, saya bisa menemukan cerita menarik di pedalaman kampung kumuh sekali pun. Dan sekarang, saya berada di negeri berbahasa resmi Urdu – Pakistan.

Walaupun sebagai bahasa resmi Pakistan, bahasa Urdu bukanlah bahasa asli mayoritas orang di sini. Mirip juga keadaannya dengan bahasa Indonesia yang berlandaskan bahasa Melayu Riau, yang juga bukan bahasa suku mayoritas. Tempat kelahiran bahasa Urdu masih diperdebatkan hingga sekarang, tetapi kebanyakan merujuk pada kota-kota di India. Lucknow, ibu kota negara bagian Uttar Pradesh di India, disebut-sebut sebagai tempat di mana bahasa Urdu yang paling murni dituturkan.

Di Pakistan, banyak orang yang tak bisa berbahasa Urdu dengan baik dan benar. Di Karimabad sini, orang bicara bahasa Burushashki, yang sama sekali berbeda. Di Lembah Gojal yang dipakai adalah bahasa Wakhi, masih serumpun dengan Persia. Masih ada bahasa Shinia di Gilgit. Di bagian barat dan selatan Pakistan mereka bicara bahasa Pathan dan Baluchi. Semua bahasa ini jauh berbeda secara struktural dan gramatikal dengan bahasa Urdu. Walaupun mereka bisa bercakap-cakap dengan sempurna, tetapi kalimat Urdu mereka penuh kesalahan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com