Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mbah Maridjan Saat Erupsi Terjadi

Kompas.com - 27/10/2010, 13:49 WIB

Erupsi Merapi di kediaman Mbah Maridjan (72) di Dusun Kinahrejo, Desa Pelemsari, Kelurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, datang di tengah kemuraman senja, Selasa (26/10). Mendung dan kabut tebal bergelayut membuat Merapi tak terlihat. Hanya suara gemuruh panjang dan aroma menyengat menjadi tanda aktivitas Merapi mencapai puncaknya.

Erupsi diikuti sirene panjang yang memicu kepanikan warga pukul 17.58. Saat itu, Mbah Maridjan tengah menunaikan shalat maghrib di masjid yang terletak beberapa ratus meter dari rumahnya. Ia menolak dievakuasi dan tetap berada di masjid bersama satu anak lelakinya. Cucu-cucu, menantu, dan kerabatnya dijemput kendaraan untuk mengungsi.

Beberapa menit sebelum gemuruh panjang terdengar dari arah Gunung Merapi, Mbah Maridjan yang saat itu tengah bercengkerama bersama menantu dan kerabatnya terdiam. Kejenakaannya yang terlihat sepanjang hari surut.

Seolah mengenali tanda-tanda alam, sebelum pamit ke masjid, Mbah Maridjan sempat mengomentari kabut dan mendung yang sangat tebal. "Dulu-dulu memang selalu mendung dan kabut seperti ini pas Merapi njeblug. Ora tau dibuka, ditutup terus (tidak pernah dibuka, ditutup terus)," katanya.

Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 17.20, juru kunci Gunung Merapi itu pun pamit pergi ke masjid. Kepergian juru kunci Merapi sejak 1983 itu diikuti gemuruh panjang dari arah gunung yang tertutup mendung dan kabut.

Rumah juru kunci yang memperoleh gelar dari Keraton Yogyakarta Mas Penewu Surakso Hargo sangat dekat dengan puncak Merapi. Jaraknya sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi. Meskipun masuk dalam kawasan rawan bencana, Mbah Maridjan bersikukuh tidak mengungsi. "Saya tetap mau di sini. Bagaimanapun ini rumah saya. Mau buruk, mau jelek, saya harus terima. Saya mau jadi orang hutan, kok," katanya, di ruang tamunya yang dihiasi simbol Keraton Yogyakarta dan foto Sultan Hamengku Buwono IX.

Sepanjang siang hingga sore menjelang erupsi, Mbah Maridjan bercengkerama bersama menantu, kerabat, dan tamu-tamunya yang terus datang silih berganti. Humor dan tawa terus dia lontarkan sepanjang hari. Mbah Maridjan banyak bercerita mengenai kunjungannya di Monumen Nasional (Monas) beberapa hari lalu yang membuatnya kagum karena adanya lift. "Ternyata bisa dinaiki ke atas ya," katanya terkekeh.

Ia juga banyak berceloteh mengenai tingkah para wartawan yang terus-terusan mengejarnya hingga membuatnya kesal. Kekesalan ini dia wujudkan dengan menolak diambil gambarnya. "Sing cilik dadi gedhe, sing apik dadi elek," tuturnya. Kira-kira artinya: Yang kecil jadi besar, yang baik malah jadi jelek.

Sewajarnya terjadi

Ia mengaku tidak ingin terkenal. Ia juga tidak ingin menjadi sensasi. Baginya, erupsi Merapi merupakan hal yang sewajarnya terjadi dan harus diterima apa adanya. Tidak untuk dilebih-lebihkan atau bahkan dimanfaatkan. Meskipun tak mau mengungsi, ia tak berharap warga mengekorinya.

Baginya, setiap orang harus bertanggung jawab terhadap keselamatannya sendiri dan tidak hanya mengikuti orang lain. "Kalau memang mereka merasa sudah waktunya mengungsi, mereka harus mengungsi. Jangan hanya manut orang bodoh yang tidak sekolah seperti saya," tuturnya.

Namun, sejumlah warga Kinahrejo percaya penuh pada sosok yang dituakan itu. Pon, misalnya, akan bertahan selama Mbah Maridjan bertahan. Hingga pukul 20.00, Mbah Maridjan masih bertahan di rumahnya. Diduga belasan warga Kinahrejo turut bertahan di rumah masing-masing mengikuti Mbah Maridjan. (IRENE SARWINDANINGRUM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com