Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayutthaya, Kota Candi di Thailand

Kompas.com - 06/11/2010, 08:25 WIB

KOMPAS.com - Ayutthaya Historical Park adalah situs peninggalan kerajaan Ayutthaya di Thailand dan merupakan salah satu UNESCO World Heritage Site. Inilah surganya bagi orang-orang yang menyukai candi-candi dan wisata ke situs bersejarah.

Untuk mencapai kota Ayutthaya sendiri, dibutuhkan waktu sekitar 1,5-2 jam dari Stasiun Hua Lam Phong, Bangkok. Kami menggunakan 3rd class train (non-AC/kipas angin), dengan harga tiket 15 - 20 Baht. Berangkat dari Stasiun Hua Lam Phong sekitar jam 09.30, kami tiba di Ayutthaya sekitar jam 11.00. Keretanya benar-benar tepat waktu, hebat!

Begitu sampai di Stasiun Ayutthaya, kami langsung menuju tourist center untuk meminta peta gratis (yang diharuskan hanyalah menulis nama dan daerah asal kita untuk catatan mereka). Dari peta itulah kami memperhatikan bahwa di Ayutthaya ini banyak sekali Wat -- alias temple/candi/kuil -- yang tersebar. Untuk mencapainya satu persatu disarankan untuk menggunakan sepeda atau menyewa "tuk-tuk" (bemo ala Thailand) karena lokasi Wat yang saling berjauhan.

Pada bulan Desember, Ayutthaya ini panasnya bukan main. Rencana awalnya sih kami mau keliling Ayutthaya dengan bersepeda, tetapi berhubung kami sampai di sananya siang, cuaca sudah terlalu terik dan tidak nyaman untuk bersepeda keliling-keliling kota.

Kami memperhatikan bahwa pepohonan di jalan-jalan besarnya juga jarang-jarang, jalanan aspal pun menjadi lebih panas dan tidak teduh. Oleh karena itu, akhirnya kami menyewa tuk-tuk untuk berkeliling Ayutthaya.

Setelah negosiasi alot dengan seorang pengemudi tuk-tuk, kami sepakat untuk menyewa tuk-tuk selama 3 jam sebesar 550 Baht (tarif aslinya 600 Baht). Tuk-tuk ini berkapasitas sekitar 7 orang penumpang. Padahal kami cuma bertiga, jadi kami bisa duduk selonjoran sesuka hati.

Pengemudi tuk-tuk kami bernama Tony, berperawakan besar dan berjenggot dengan rambut yang mulai memutih dikuncir satu. Menggunakan kaus kutang dan celana panjang kain, terkadang kalau ia tertawa terlihat giginya yang sudah tidak lengkap.

Walaupun terlihat seperti preman, Mr Tony ini orang yang baik dan sangat membantu kami dalam menentukan spot jalan-jalan. Dan tuk-tuknya berwarna merah muda! Manisnya... si tuk-tuk.

Setelah berjalan-jalan lumayan jauh kami baru menyadari bahwa tuk-tuk merah muda milik Mr Tony ini pun dinamakan Tony Service.

Di sini kami hanya mengunjungi beberapa Wat yang terkenal saja, seperti "Sleeping Buddha" di Wat Chaimongkhon dan "Buddha Head in Tree" di Wat Maha That.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com