Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengejar Matahari Terbit di Candi Borobudur

Kompas.com - 20/12/2011, 11:17 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Mata-mata sayu, sesekali menguap. Seakan tubuh dipaksa terbangun di pagi buta. Mereka harus menahan kantuk sementara matahari masih tertidur lelap. Rombongan tur ini tidak sendiri, bersama mereka ada rombongan lain yang berasal dari Jepang dan Malaysia.

Walau tampak masih mengantuk, mereka tetap bersemangat. Rombongan ini hendak mengejar matahari di balik Candi Borobudur. Laksana para pertapa Buddha di zaman dahulu, seakan tengah bermeditasi dan merapal doa diiringi semburat matahari terbit.

Masing-masing orang dibekali senter kecil. Memang, rombongan mulai jalan menuju Candi Borobudur di pekatnya langit malam menuju subuh. Minimal jam 4, peserta tur paket Sunrise Candi Borobudur harus sudah siap di pos penjualan tiket yang terletak di areal Hotel Manohara.

Disertai pemandu wisata, rombongan bergerak menuju Candi Borobudur. Sebelum mulai menaiki tangga Candi Borobudur untuk mencapai lantai teratas, pengunjung harus melewati pos keamanan untuk dicek barang bawaan sekaligus menunjukkan tiket masuk khusus paket Sunrise Candi Borobudur.

Walau dalam rombongan, keheningan tetap tercipta. Mungkin karena masih mengantuk atau tersihir pesona Candi Borobudur di kepekatan malam. Efek lampu sorot yang menyinari Candi Borobudur, bagai sebuah oase di tengah kegelapan. Begitu magis dan memukau mata.

Sesekali terdengar suara tawa dan orang-orang mengobrol dengan berisik. Namun, dengan sigap dan ramah, para pemandu akan mengingatkan.

“Mohon tidak berisik. Kalau bicara bisik-bisik saja. Mohon maaf, karena kita ingin menjaga supaya tetap hening. Turis-turis asing datang untuk di pagi hari ini bukan hanya untuk melihat matahari terbit, tapi juga mencari kedamaian seperti meditasi,” kata seorang pemandu.

Cahaya-cahaya kecil dari senter mulai meramaikan jalan maupun saat naik menuju lantai teratas Candi Borobudur. Pengunjung langsung mengambil posisi masing-masing. Menanti-nantikan munculnya sinar matahari pertama yang menyapu Candi Borobudur.

Sayang, saat Kompas.com berkunjung beberapa waktu lalu, cuaca tidak mendukung. Bulan Desember bukanlah waktu yang baik untuk melihat matahari terbit di Candi Borobudur.

Beberapa pemandu menjelaskan waktu terbaik adalah di bulan Juli. Saat cuaca cerah, tidak hanya matahari yang tampak menyembul di balik candi dan patung Buddha, tetapi juga akan tampak siluet Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Saat langit mulai cerah, beberapa turis Jepang tampak mencangkupkan tangan, menutup mata, dan berdoa. Beberapa mengucapkan puja menghadap matahari, namun beberapa menghadap ke arah stupa yang melambangkan Adi Budha. Stupa induk ini begitu khas, karena sangat besar dan berada di puncak Candi Borobudur.

Untuk bisa menikmati matahari terbit di Candi Borobudur, pengunjung harus membeli tiket dengan harga yang jauh lebih mahal daripada tiket biasa. Untuk wisatawan lokal dikenakan biaya Rp 220000 dan wisatawan asing Rp 320000. Harga tiket ini sudah termasuk sarapan pagi setelah Anda puas menikmati Candi Borobudur.

Sebuah pengalaman yang mengesankan. Mata yang mengantuk perlahan-lahan terbangun saat menikmati langit malu-malu menjadi cerah. Sebuah keheningan yang damai dan menyejukkan hati. Sekadar duduk dan menunggu matahari dalam diam saja serasa sedang bermeditasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

    Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

    Travel Update
    Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

    Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

    Travel Update
    Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

    Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

    Travel Update
    Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

    Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

    Travel Update
    Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

    Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

    Travel Update
    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    Jalan Jalan
    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    Hotel Story
    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Jalan Jalan
    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

    Jalan Jalan
    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Travel Tips
    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    Jalan Jalan
    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Jalan Jalan
    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Jalan Jalan
    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Travel Tips
    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com