Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Unik Berenang Bersama Si Boto

Kompas.com - 06/07/2014, 13:04 WIB
"WAJAHNYA memang lucu, tapi hati-hati kalau mau membelainya. Mereka kadang agresif dan menggigit,” ujar sang pawang, seperti diterjemahkan pemandu wisata, Rafael Freitas, pertengahan Juni lalu. Rafael menjelaskan tentang lumba-lumba merah muda bernama asli ”Inia geoffrensis” di rimba Amazon.

Masyarakat lokal menyebutnya Boto. Ia hanya hidup di perairan air tawar di cekungan Amazon.

Rio Negro alias Sungai Hitam yang bersinggungan dengan kota Manaus, Brasil, adalah salah satu habitat Boto hidup dan berkembang biak dalam perlindungan penuh di wilayah konservasi. Di wilayah sekitar Ariau, keluarga-keluarga Boto kerap menampakkan diri karena mereka secara khusus ”dipelihara” sejumlah keluarga masyarakat terapung lokal yang tinggal di sepanjang Rio Negro.

Pengertian dipelihara ini bukan sepenuhnya dikandangkan. Beberapa keluarga yang diizinkan ”memelihara” Boto memang dipergunakan oleh Pemerintah Brasil sebagai agen pelestari spesies yang hampir punah ini, sekaligus agen untuk mendapatkan devisa lewat turis yang ingin menikmati pengalaman langka berenang bersama Boto.

Wisatawan yang ingin berenang bersama Boto harus memakai pelampung dan didampingi pawang. Boto akan datang setelah pawang menepuk-nepuk air sembari mengacung-acungkan ikan kecil. Beberapa lumba-lumba yang sudah menunggu kemudian memunculkan kepala untuk mengambil santapan siangnya. Sesekali, sang pawang meninggikan tangannya untuk memancing Boto melompat.... Hup! Ikan kecil berpindah ke mulut lumba-lumba yang tengkorak kepalanya bulat seperti buah melon.

Biasanya, keluarga pemelihara Boto berpindah tempat sesuai musim dan lokasi di mana kelompok Boto mencari makan. Mereka membuat perimeter sekitar 30 meter x 30 meter untuk menandai tempat Boto boleh berenang menghampiri wisatawan, sekaligus mendapat makanan gratis dari pawang.

Selepas beratraksi, kelompok-kelompok Boto yang datang—biasanya 20-an ekor—bisa kembali lagi ke alam bebas. ”Lumba-lumba air tawar ini salah satu hewan paling dilindungi di lingkungan ekologi Amazon,” ujar Rafael yang juga seorang aktivis lingkungan.

”Mereka sama sekali tidak dikurung. Datang ke tempat ini hanya untuk menghibur Anda,” ujar Rafael sambil tertawa.

Lumba-lumba pink yang saat dewasa panjangnya bisa mencapai 3 meter hanya hidup di cekungan Amazon. Mereka bisa ditemukan di sepanjang aliran sungai termasyhur ini sejak dari hulunya di Ekuador dan Peru. Lumba-lumba ini juga bisa ditemui di cekungan Orinoco, tempat Sungai Hitam berasal, yakni di Kolombia dan Venezuela.

Lumba-lumba merah muda hidup damai berdampingan dengan spesies lain, Fluviatilis sotalia atau lumba-lumba abu-abu. Kedua spesies ini tidak memiliki predator alami kecuali manusia sebagai pemburu mematikan yang sangat disegani di ekologi Amazon. Ikan piranha takut karena kedua jenis lumba-lumba ini memakan mereka.

Menurut Rafael, lumba-lumba air tawar Amazon memang pemburu kelas wahid. Keahlian berburunya yang hebat didapat berkat keunikan tulang punggungnya yang sangat fleksibel. Berkat tulang lehernya yang sangat fleksibel pula, dia bisa memutar kepalanya 180 derajat untuk menangkap mangsa kecil yang lebih lincah.

Sistem komunikasi frekuensi tinggi yang sangat tajam memungkinkan untuk bergerak di perairan gelap Rio Negro dan mendeteksi mangsanya.

Sejauh ini, meski belum sampai tingkat sangat berbahaya, para aktivis lingkungan seperti Rafael mengkhawatirkan kepunahan lumba-lumba merah muda. ”Problemnya, Sungai Amazon tak hanya berada di wilayah Brasil yang pemerintahnya ketat dalam hukum lingkungan,” ujar Rafael. Amazon juga berada di wilayah negara lain yang tidak seketat Brasil dalam hukum lingkungan.

Pencemaran sungai bisa terjadi di mana saja. Itulah yang paling mengancam kelangsungan hidup Boto, si lumba-lumba pink Amazon. (Anton Sanjoyo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com