Kompas.com - 02/08/2019, 20:48 WIB
Anissa DW,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pagi baru merangkak, saat matahari mulai menunjukkan sosoknya. Perlahan tapi pasti cahaya hangat sang fajar mulai menyinari Desa Echigo-Tsumari, menyelinap di antara perbukitan dan rimbunnya pepohonan.

Desa di Provinsi Niigata, Jepang itu tampak asri dengan hamparan sawah berundak-undak, ladang, dan rumah penduduk bergaya tradisional. Di tengah-tengahnya mengalir sungai Shibumi yang membelah desa menjadi dua bagian.

Sekilas, Desa Echigo-Tsumari tampak seperti desa pada umumnya. Akan tetapi, jika diperhatikan dengan seksama, di antara hijaunya sawah, pepohonan, dan rumah penduduk, ada banyak instalasi seni modern dalam berbagai bentuk serta ukuran.

Di satu sudut desa, ada sebuah bingkai besi dengan dua lembar tirai menggantung di tengah-tengahnya, yang tampak seperti sebuah jendela berukuran raksasa.

Sementara itu, di sudut lain, ada sebuah rumah kecil yang dinding bagian luar dan dalamnya dipenuhi cermin-cermin kecil. Cermin itu memantulkan pemandangan sekitarnya, sehingga tampak seperti sedang berkamuflase.

Karya-karya seni itu tidak serta-merta muncul di Echigo-Tsumari. Fram Kitagawa merupakan sosok di balik kehadiran karya seni tersebut. Tujuannya, dia ingin membawa kembali energi ke wilayah ini.

Upaya Kitagawa tersebut menjadi bagian dari rencana revitalisasi untuk menarik perhatian wisatawan dan anak muda Jepang.

Potemkin merupakan salah satu instalasi seni di Echigo-Tsumari Art Field, JepangNational Geographic Indonesia/Didi Kaspi Kasim Potemkin merupakan salah satu instalasi seni di Echigo-Tsumari Art Field, Jepang

Kitagawa merupakan seorang penata seni (art director) yang lahir di Provinsi Niigata. Dia terkenal karena aktif terlibat dalam kegiatan pengembangan masyarakat. Saat ini dirinya menjabat sebagai General Director untuk Echigo-Tsumari Art Triennale sejak tahun 2000.

Kawasan berpenduduk sekitar 65.000 jiwa itu kemudian menjelma menjadi museum luar ruangan tak biasa dengan 160 karya para seniman Jepang dan internasional di dalamnya. Museum itu bernama, Echigo-Tsumari Art Field.

Filosofi hidup penduduk Echigo-Tsumari menjadi inspirasi di balik penciptaan karya seni itu. Penduduk desa ini berpegang teguh pada konsep “satoyama”, yang berarti “hidup selaras dengan alam”.

Lewat konsep itu, para seniman ingin memulihkan kembali koneksi seni dan alam yang hampir hilang. Di sisi lain, mengajak manusia memikirkan kembali bagaimana hubungan mereka dengan alam.

Hal itu kemudian diwujudkan dalam penempatan instalasi seni. Alih-alih mengumpulkannya di satu titik, karya seni Echigo-Tsumari justru diletakkan tersebar di 200 desa, termasuk di tengah sawah, stasiun kereta api, hutan kecil, bahkan bangunan terbengkalai.

Alhasil, pengunjung akan memiliki pengalaman berbeda saat melihat-lihat instalasi seni di tengah lanskap hijau seluas 760 kilometer persegi itu. Pasalnya, mereka dapat menggunakan semua panca indera ketika menikmati instalasi seni yang menyatu dengan alam.

“Dengan mengedepankan pengalaman tersebut, kami ingin mengingatkan manusia akan asal-usulnya. Menghubungkannya kembali dengan alam,” ucap pengelola Echigo-Tsumari Art Field melalui situs resmi mereka.

Pemandangan salah satu ngarai di kawasan Echigo-Tsumari, JepangNational Geographic Indonesia/Didi Kaspi Kasim Pemandangan salah satu ngarai di kawasan Echigo-Tsumari, Jepang

Dari sekian banyak instalasi seni di Echigo-Tsumari, Tunnel of Light menjadi salah satu karya seni paling banyak mendapat perhatian. Instalasi seni ini dibuat dengan merestorasi terowongan Ngarai Kiyotsu sepanjang 750 meter.

Tunnel of Light dibangun dengan memikirkan hubungan antara manusia dengan alam sesuai dengan filosofi satoyama. Karya seni ini pun diciptakan sebagai penghubung antara penduduk Echigo-Tsumari dengan pengunjung.

Instalasi seni karya MAD Architects itu memiliki lima bagian yang menggambarkan lima elemen alam, yakni kayu, bumi, logam, api, dan air.

Periscope

Periscope merupakan bagian pertama yang menggambarkan elemen kayu. Instalasi ini berbentuk gubug kayu kecil dengan dua lantai. Lantai satu berfungsi sebagai kafe dan toko suvenir.

Sementara itu, di lantai dua ada spa mata air panas dengan sebuah cermin di langit-langitnya, yang merefleksikan pemandangan sungai di bagian luar.

Expression of color

Melalui Expression of Color, Ma Yansong dari MAD Architects mengatakan, dia ingin membawa pengunjung lari sejenak dari dunia nyata dan membuat mereka seakan berada di dimensi lain.

Instalasi Expression of Color merupakan salah satu bagian dari karya seni Tunnel of Light di Echigo-Tsumari Art Field, JepangNational Geographic Indonesia/Didi Kaspi Kasim Instalasi Expression of Color merupakan salah satu bagian dari karya seni Tunnel of Light di Echigo-Tsumari Art Field, Jepang

Untuk mewujudkannya, dia menghiasi terowongan panjang itu dengan cahaya warna-warni yang mewakili elemen bumi.

Invisible bubble

Bergeser ke tempat selanjutnya, pengunjung akan menemukan Invisible Bubble, sebagai wujud elemen logam. Instalasi ini merupakan sebuah kamar kecil yang dibuat menyerupai kapsul berwana perak.

Saat masuk ke dalamnya pengunjung bisa melihat pemandangan luar dengan jelas. Namun, orang-orang di luar tidak bisa melihat ke dalam "bubble". Kesan privat dari instalasi ini memberikan pengunjung tempat ideal untuk berkontemplasi.

Windows of uncertainty

Elemen api diwakili oleh instalasi bernama Windows of Uncertainty. Di sini, bagian dinding serta langit-langitnya dihiasi kaca dengan bentuk tidak beraturan dan tidak rata, bagaikan tetesan air.

Instalasi Windows of Uncertainty menjadi bagian dari karya seni Tunnel of Light di Echigo-Tsumari Art Field, JepangNational Geographic Indonesia/Didi Kaspi Kasim Instalasi Windows of Uncertainty menjadi bagian dari karya seni Tunnel of Light di Echigo-Tsumari Art Field, Jepang

Simbol tetesan air itu dihiasi cahaya oranye sebagai representasi elemen api. Cahaya tersebut menciptakan suasana hangat dan misterius, yang membuat pengunjung seolah-olah berada di terowongan menuju luar angkasa.

Light cave

Di bagian ujung terowongan ada instalasi Light Cave untuk mewakili elemen air. Di sana terdapat sebuah kolam dangkal dengan air seperti cermin yang memantulkan pemandangan ngarai dan meciptakan ilusi alam tak berbatas.

Instalasi Light Cave merupakan bagian kelima dari karya seni Tunnel of Light yang berada di Echigo-Tsumari Art Field, JepangNational Geographic Indonesia/Didi Kaspi Kasim Instalasi Light Cave merupakan bagian kelima dari karya seni Tunnel of Light yang berada di Echigo-Tsumari Art Field, Jepang

Pengunjung dapat bermain air sambil memanjakan mata dengan pemandangan sekitar. Di saat yang sama, mereka juga menjadi bagian dari “pemandangan” di mata orang lain.

Tak lengkap rasanya berkunjung ke tempat menakjubkan, seperti Tunnel of Light, tanpa mengabadikan keindahannya. Namun, karena kondisi terowongan minim cahaya, menghasilkan foto sesuai keinginan menjadi hal cukup sulit.

Untuk itu, dibutuhkan sebuah kamera andal dengan fitur-fitur mutakhir, seperti kamera milik Oppo Reno 10x Zoom.

Smartphone ini dibekali kamera utama beresolusi 48MP dengan sensor Sony IMX586, diafragma f/1.7, serta sensor sebesar setengah inci. Fitur tersebut mampu meningkatkan sensitivitas lensa terhadap cahaya agar dapat menghasilkan gambar beresolusi tinggi dan jernih.

Mode malam serta tiga sistem pencarian fokus miliki smartphone itu mampu mengambil gambar dengan kecepatan dan akurasi fokus baik dalam keadaan minim cahaya.

Ketiga tiga sistem pencarian fokus itu adalah Laser Detection Autofocus, Contrast Detection Autofocus, dan Phase Detection Autofocus.

Tak hanya itu, sudut ultra lebar kameranya mampu memberikan perspektif baru dalam komposisi foto dengan tangkapan gambar lebih luas.

Kameranya pun dapat menghasilkan 10 kali perbesaran hybrid, yang memadukan lensa dan kecerdasan sistem tanpa mengurangi kualitas gambar, hingga 60 kali perbesaran digital.

Dengan berbekal ponsel seperti itu, semua keindahan yang disuguhkan Echigo-Tsumari dapat terekam baik dan dapat disimpan untuk waktu lama.


Terkini Lainnya

100 Juta Warga China Akan Berwisata pada 2024, Indonesia Akan Jemput Bola

100 Juta Warga China Akan Berwisata pada 2024, Indonesia Akan Jemput Bola

Travel Update
Sejarah Waduk Jatigede di Sumedang, Waduk Terbesar Kedua di Indonesia

Sejarah Waduk Jatigede di Sumedang, Waduk Terbesar Kedua di Indonesia

Jalan Jalan
Promo Fly Thru Indonesia Air Asia Jelang Lebaran 2024, Jakarta-Perth Mulai Rp 990.000 an

Promo Fly Thru Indonesia Air Asia Jelang Lebaran 2024, Jakarta-Perth Mulai Rp 990.000 an

Travel Update
Kepulauan Galapagos yang Punya Satwa Unik, Ada Kura-kura Raksasa

Kepulauan Galapagos yang Punya Satwa Unik, Ada Kura-kura Raksasa

Jalan Jalan
Khusus Agen Travel, Ada Diskon Tiket Kereta Api 30 Persen Saat Libur Lebaran 2024

Khusus Agen Travel, Ada Diskon Tiket Kereta Api 30 Persen Saat Libur Lebaran 2024

Travel Update
Jelang Mudik Lebaran 2024, KAI Waspadai Daerah Rawan Bencana

Jelang Mudik Lebaran 2024, KAI Waspadai Daerah Rawan Bencana

Travel Update
Tren 'Revenge Travel' Turun Drastis pada 2024

Tren "Revenge Travel" Turun Drastis pada 2024

Travel Update
5 Penginapan di Berastagi dengan Suasana Pegunungan

5 Penginapan di Berastagi dengan Suasana Pegunungan

Hotel Story
6 Negara Termurah untuk Dikunjungi Para Traveler

6 Negara Termurah untuk Dikunjungi Para Traveler

Jalan Jalan
Wahana dan Aktivitas Seru di Lembah Nirwana Kendal

Wahana dan Aktivitas Seru di Lembah Nirwana Kendal

Jalan Jalan
Dispar Bali Minta Wisatawan dan Agen Perjalanan Waspada Cuaca Ekstrem 

Dispar Bali Minta Wisatawan dan Agen Perjalanan Waspada Cuaca Ekstrem 

Travel Update
Lembah Nirwana Kendal: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Lembah Nirwana Kendal: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
KAI Optimis Dorong 4,2 Juta Pergerakan ke Jakarta pada Libur Lebaran 2024

KAI Optimis Dorong 4,2 Juta Pergerakan ke Jakarta pada Libur Lebaran 2024

Travel Update
6 Tips Tidur di Pesawat Jarak Jauh, Pastikan Nyaman dan Nyenyak

6 Tips Tidur di Pesawat Jarak Jauh, Pastikan Nyaman dan Nyenyak

Travel Tips
Wisatawan Bisa Main Kano di Kali Sipon Tangerang Setiap Akhir Pekan

Wisatawan Bisa Main Kano di Kali Sipon Tangerang Setiap Akhir Pekan

Jalan Jalan
komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com