Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Kompas.com - 27/04/2024, 10:15 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Nia Niscaya menyampaikan, tren wisata di lingkup domestik pada 2024 cenderung mengarah pada kegiatan wisata ke tempat wisata tersembunyi atau hidden gems.

"Hidden Gems is the new primadona, banyak atraksi dan restoran baru, dan biasanya ini anak-anak muda yang menemukannya," kata Nia saat ditemui di Artotel Suites Mangkuluhur di Jakarta Selatan, Jumat (26/4/2024).

Baca juga: Air Terjun Banyunibo Wonogiri, Hidden Gem di Ujung Lembah Perbukitan

Ia melanjutkan, eksistensi tempat wisata berbeda dengan produk ekonomi kreatif (ekraf). Seseorang bisa menemukan tempat wisata baru dan menjadi populer tanpa harus melakukan penelitian terlebih dahulu.

"Beda sama ekraf, kalau ekraf berangkatnya dari riset inovasi, kalau tourism itu tidak harus research. Ketika orang menemukan, (kemudian) viral," katanya.

Baca juga:

Kampoeng Gallery di dekat Stasiun Kebayoran, Jakarta SelatanKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Kampoeng Gallery di dekat Stasiun Kebayoran, Jakarta Selatan

Hal ini juga didukung dengan data dari Inventure-Alvar 2023, yang menunjukkan bahwa sekitar 81 persen wisatawan lebih memilih destinasi yang cukup tersembunyi dan jarang diketahui, dibanding destinasi yang sudah populer.

Hidden gems yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya merujuk kepada suatu tempat wisata, tapi juga kuliner.

Baca juga: Panduan Lengkap The Hallway Space, Hidden Gem di Pasar Kosambi Bandung

Kata Nia, tempat yang dijuluki hidden gems pada dasarnya tidak harus selalu harus ke pedesaan atau alam.

Bahkan, suatu tempat di wilayah perkotaan pun juga bisa ada yang belum diketahui orang-orang. Baik itu lokasi, kuliner, budaya, maupun bangunan bersejarah.

Sebagai informasi, istilah hidden gems mulanya berawal dari tipe wisatawan yang gemar mengeksplorasi. Ditambah, dengan kemajuan teknologi yang dipakai oleh wisatawan.

Dengan demikian, informasi yang dimiliki oleh wisatawan bisa dengan mudah tersebar ke masyarakat luas dan menjadi viral.

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com