Proses budidaya kopi, mulai dari pembukaan lahan tanam hingga paska panen, tidak terlepas dari peran para perempuan di daerah itu, karena menjadi petani kopi, keberadaan kaum hawa seperti layaknya ibu yang merawat anaknya.
“Perempuan itu bagi kopi, bagai akar pada pohon yang menguatkan dan memberikan kehidupan, tetapi tidak terlihat. Seperti merawat anaknya dengan cinta, namun tidak selalu mendapat balasan yang sama dari seluruh kopi,” kata Mahlizar, Sabtu (17/11/2018).
Bahkan lanjutnya, perempuan hampir selalu tidak terlihat pada proses promosi, penerimaan hasil secara maksimal, demikian hingga penjualan kopi.
“Selain itu, perempuan juga hilang saat negosiasi harga kopi, bahkan perempuan tak tampak saat konsumen luar negeri mencicipi Kopi Arabika Gayo dengan lidah mereka,” ujarnya.
Oleh sebab itu, keberadaan perempuan perlu mendapat tempat dalam acara kebudayaan dan pariwisata 2018 di Dataran Tinggi Gayo-Alas, khususnya dalam Festival Panen Kopi bertajuk melestarikan budaya, mensejahterakan masyarakat.
Acara ini digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, dalam rangkaian Gayo Alas Mountain International Festival (GAMIFest) 2018 yang dimulai pada 19 November dan berakhir pada 21 November.
“Kita mengedepankan isu perempuan dan kopi, sebagai bentuk apresiasi kepada perempuan yang belum sepenuhnya mendapatkan kesetaraan dengan para pria, supaya mereka tidak menjadi warga kelas dua dalam urusan kopi,” ucap Mahlizar, yang tak lain adalah Sekretaris Panitia GAMIFest 2018.
Berpusat di Kafe Seladang, sebuah coffee shop yang menjadikan kebun kopi sebagai kafe di Jalan Takengon-Bireuen Kampung Jamur Ujung, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, perempuan dan kopi akan menjadi sorotan mata para pengunjung, dengan berbagai agenda yang akan digelar khusus untuk kaum hawa.
“Seperti dalam masyarakat Gayo disebut menutu nayu, atau menampah biji kopi, pengolahan kopi tradisional seperti mendepe atau menyortir biji kopi, yang merupakan singkatan dari deffect point, lalu ada Workshop Entrepreneur Perempuan, beserta kegiatan lainnya,” ungkap Mahlizar.
Selanjutnya, kebun kopi akan dijadikan wahana cat walk, dalam ajang kopi dan fashion show, berupa pergelaran busana terkait kopi dengan menjadikan kebun kopi yang ada di komplek Kafe Seladang. Kegiatan ini akan dilakukan pada 21 November.
“Kalau ini kita gelar untuk melihat keseragaman para perserta yang pastinya didominasi oleh para perempuan dalam memanen kopi, tetapi protektif terhadap hujan namun tetap stylish dan nyaman,” ungkapnya.
Berikutnya Kopi dan Masa Lalu, yang melibatkan keterlibatan para perempuan Gayo dalam proses pascapanen kopi, seperti munutu (menumbuk) biji kopi, menampi (menampah) biji kopi, dan menyangrai biji kopi.
Ada juga munutu nayu, yakni sebuah kegiatan trun temurun yang dilakukan para perempuan Gayo dalam proses pembuatan anyaman tikar tradisional setempat.
“Pengunjung juga akan kita bawa ke Kampung Rembele, Kecamatan Bukit, untuk memetik kopi dengan cara tradisionil, ini menjadi ini dari Festival Panen Kopi pada GAMIFest ini,” sebut Mahlizar.
Ia menambahkan, acara ini bertajuk kenduri kopi berupa doa dan pameran kerajinan tangan buatan masyarakat setempat melalui bazar ekonomi kreatif.
“Kita juga akan mengajak wisatawan untuk melihat langsung bagaimana pengelola usaha dan perbaikan muru pelayanan dan produk warga setempat. Di samping itu kegiatan ini bermanfaat untuk pengintegrasian seluruh rangkaian kegiatan, sehingga memungkinkan terjadinya replikasi kegiatan,” tutur Mahlizar.
Dengan dengan demikian, Mahlizar menganggap kegiatan ini akan menjadi sesuatu yang berkesan bagi pengunjung dengan menyuguhkan sejumlah agenda di dua lokasi, baik di Kafe Seladang maupun di Kampung Rembele.
Tujuannya makna kopi dan perempuan di Dataran Tinggi Gayo tersampaikan, serta bagaimana proses panen kopi dengan memvisualisasikan kearifan lokal masyarakat setempat dalam mensyukuri anugerah Tuhan.
“Jadi, semua berkaitan dengan wisata agro, lalu seni dan budaya Gayo, serta kopi berspektif gender, demikian halnya dengan membangun perspektif humanis,” kata Mahlizar.
Pameran filosofi kopi juga akan ikut meramaikan acara ini. Selain mengisi bazar mereks juga menjadi fasilitator fashion show di tengah kebun kopi, tentu itu merupakan inisiator seorang aktornya, Rio Dewanto, yang juga merupakan salah satu duta kopi Indonesia.
"Rio Dewanto sebagai salah satu duta kopi di Indonesia melalui manajemen film filosofi kopinya juga akan ikut hadir di pagelaran Festival Panen kopi kali ini," kata Mahlizar.
Tidak hanya datang sebagai duta kopi, Rio Dewanto dan tm Filosofi Kopi juga akan menjadi fasilitator fashion show di catwalk yang disediakan panitia di tengah kebun kopi milik Kafe Seladang sembari memperkenalkan sejumlah produk filosofi kopi sekaligus mengisi booth di perhelatan Festival Panen Kopi 2018 di Bener Meriah.
"Beliau sudah konfirmasi kehadiran, dan selama ini Rio sudah sering ke Gayo untuk melihat potensi kopi yang ada di daerah ini," kata Mahlizar.
Kegiatan ini, tambah Mahlizar, mendapatkan dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh serta Pemerintah Kabupaten Bener Meriah.
https://travel.kompas.com/read/2018/11/21/110059527/gamifest-masih-ada-kini-dengan-konsep-perempuan-dan-kopi