Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pagi yang Menakjubkan di Magelang

Pertemuan aliran Sungai Elo dan Sungai Progo membuat deru yang begitu seru. Ditambah kicauan burung yang terdengar seperti nyanyian dalam tempo allegretto nan riang.

"Kalau tidak bangun pagi, kamu akan melewatkan banyak hal," kata suara dari pikiran saya sendiri.

Saya beranjak bangun, minum air putih di samping ranjang, dan mengambil alas kaki. Pintu kayu besar di rumah joglo tersebut berderit. Benar saja, saya disambut pemandangan yang menakjubkan.

"Selamat datang kembali di Magelang," kembali suara dari pikiran itu berbunyi.

Magelang, Jawa Tengah sungguh punya pesona tersendiri. Bagi pekerja ibu kota seperti saya, Magelang adalah tempat pelarian. Inilah tempat untuk mencerna makna dari sebuah hidup, bukan hidup yang selalu tergesa seperti di Jakarta.

Entah mengapa setiap sudut di Magelang layaknya tempat untuk menenangkan diri. Pagi itu saya disambut pemandangan Sungai Elo dan Progo yang airnya keruh karena bekas hujan.

Alirannya deras, tetapi air tampak bersih. Sama sekali tak ada sampah baik di bantaran maupun di aliran air.

Hujan semalam membuat rumput menjadi basah dan hangat matahari yang bersahabat. Ada wangi daun dan rumput yang meningkatkan hormon endorphin. Kelas yoga di penginapan dimulai setengah jam lagi, berarti masih ada waktu untuk minum teh dan mengganjal perut.

Usai mengikuti sarapan, kelas yoga, dan bermeditasi. Saya mengobrol bersama pemilik penginapan, tak lain seorang seniman bernama Sony Santosa.

Ia seniman kelahiran Sumatera kemudian hijrah ke Perancis dan menetap di sana lebih dari 10 tahun. Namun Sony akhirnya memutuskan berbisnis penginapan dan berkarya di Magelang. Rasa penasaran saya terusik, apa alasan Sony memilih Magelang untuk menetap?

"Itu gara gara Borobudur. Memang gila Borobudur," kata Sony terkekeh.

Gaya bicaranya khas seniman, nyeleneh tetapi penuh arti. Ia berkata Candi Borobudur bagaikan magnet yang tak bisa ditolaknya. Ada hal yang tak bisa digambarkan olehnya hingga membuatnya ingin menetap di Magelang.

Ditambah ia jatuh cinta dengan lahan tempat Eloporogo Arthouse berdiri sekarang. Tanah dengan pemandangan langsung pertemuan aliran Sungai Elo dan Sungai Progo. Konon di lokasi inilah dahulu Gajah Mada pernah bersemadi.

Hal itu juga yang sering dilakukan Sony di bantaran sungai, selain melukis dan bermain bersama anaknya.

Ia membawa saya berkeliling penginapan, memperkenalkan dengan anaknya, dan saya meminta rekomendasi kemana harus berkunjung ketika berada di Magelang.

Jawabannya tentu jatuh pada Candi Borobudur. Namun jika ingin merasakan sensasi yang berbeda, waktu terbaik yang direkomendasikan adalah pagi hari saat matahari terbit. Saat itu juga saya meniatkan diri untuk berkunjung ke Candi Borobudur esok pagi.

Borobudur nan magis

Setelah mendengar rekomendasi Sony, saya mantap ingin mengunjungi Candi Borobudur di pagi hari. Sejak malam, alarm handphone telah saya setel pukul 04.00 WIB. Persiapan dan jalan menuju Candi Borobudur saya perkirakan butuh satu jam.

Saya juga sudah mencari tahu terlebih dahulu cara masuk Candi Borobudur di pagi hari. Sebab gerbang masuk yang digunakan bukan gerbang umum seperti waktu operasional biasa Candi Borobudur.

Saya harus membeli tiket dari Manohara Resort dan masuk ke Candi Borobudur lewat akses khusus dari hotel.

Dari Eloprogo Arthouse hanya butuh sepuluh menit berkendara ke Manohara Resort. Saya tiba sekitar pukul 04.45 WIB.

Setelah membeli tiket dengan harga Rp 350.000 dan dipinjamkan sarung batik untuk dipakai, saya bisa masuk ke area Candi Borobudur. Butuh waktu lima menit berjalan kaki dari Manohara Resort ke Candi Borobudur.

Ketika sinar mentari mulai tampak, wajah saya sumringah. Angin dingin yang menerpa wajah mulai tergantikan dengan hangat sinar matahari.

Perlahan matahari mulai naik, memantulkan cahaya ke stupa, relief, patung dan bebatuan candi lalu menimbulkan warna keemasan pada batu.

Siluet patung Buddha yang terkena sinar matahari terbit tampak begitu agung. Langit berhiaskan warna kuning, oranye, dan kemerahan, siap embuat siapapun terkesima.

Kesan magis begitu kuat ketika melihat pemandangan matahari terbit di Candi Borobudur. Ketika sinar matahari masuk melewati lubang stupa, saat itu pula memenuhi perasaan. Batin terasa penuh, bagi saya Magelang adalah pengisi daya spiritual.

Bertualang di Magelang

Pagi yang menakjubkan tidak hanya bisa dirasakan di Eloprogo Arthouse atau Candi Borobudur. Magelang punya banyak lokasi untuk melihat pemandangan matahari terbit dengan bonus siluet Candi Borobudur.

Contohnya Punthuk Setumbu dekat Bukit Rhema yang terkenal lewat film Ada Apa Dengan Cinta? 2 ada juga Bukit Berede yang masih belum begitu banyak wisatawan.

Ada juga obyek wisata lain seperti Ketep Pass utnuk meilihat pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu, Top Selfie Pinusan Kragilan bagi yang suka foto Instagramable, Candi Umbul sebuah situs pemandian air panas dari zaman purbakala, atau Taman Wedari untuk wisata santaik melihat bunga.

Tahu kupat Magelang yang ikonik, karena rasa kuah encernya yang manis dan gurih berbeda dengan tahu kupat daerah lain.

Jangan lewatkan juga mangut beong, hidangan pedas dari ikan beong yang hanya hidup di Sungai Progo.

Untuk malam hari menyantap nasi goreng magelangan sambil menyeruput wedang kacang dapat menghangatkan tubuh di malam sejuk.

Untuk menuju Magelang sangat mudah, karena dapat diakses dari tiga bandara yakni Bandara Adisucipto dan Bandara Kulon Progo di Yogyakarta dan Bandara Jendral Ahmad Yani di Semarang.

Dari Semarang ke Magelang bisa menumpang mobil travel yang beroperasi setiap hari. Dari Yogyakarta ke Magelang bisa menumpang Bus DAMRI dari bandara atau menumpang bus reguler dari Terminal Giwangan. Waktu tempu sekitar 1,5 sampai dua jam.

Di Magelang untuk memudahkan mobilitas dapat menyewa kendaraan roda dua seperti motor atau sepeda.

Jika ingin mengunjungi Magelang dengan suasana yang kondusif, hindari berkunjung saat musim libur sekolah, atau libur Lebaran dan tahun baru.

Begitu pula saat momen Waisak karena biasanya penginapan di Magelang akan penuh dan jalanan di Magelang akan macet. Kecuali jika memang ingin merasakan suasana perayaan Waisak di Candi Borobudur.

Penetapan empat daerah ini sebagai Destinasi Super Prioritas membuat pembangunan infrasturktur yang pariwisata dilakukan progresif. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan dana sebesar Rp 6,4 triliun digelontorkan untuk pembangunan Destinasi Super Prioritas pada 2020.

Dari anggaran tersebut Candi Borobudur ditargetkan dapat mendatangkan dua juta wisatawan mancanegara (wisaman) setiap tahun, ditambah Danau Toba satu juta wisman, Mandalika dua juta wisman, dan Labuan Bajo 500 wisman. Dari total 5,5 juta wisman tersebut diproyeksi devisa pariwisata yang didapat mencapai Rp 5,5 miliar.

Sampai saat ini sudah dibentuk tim Quick Win untuk mengembangkan Destinasi Super Prioritas. Tim Quick Win sudah masuk pada tahap pengembangan destinasi yang terbagi menjadi empat yakni pengembangan produk, pembiayaan, pemasaran, dan pengembangan priotitas.

Butuh waktu yang cukup untuk mengembangakan sebuah destinasi wisata. Berkaca dari pembangunan Nusa Dua di Bali yang butuh 25 tahun, Destinasi Super Prioritas ditargetkan butuh sepuluh tahun untuk dapat menjadi magnet besar bagi wisatawan khusunya dari luar negeri.

Dalam artian kini adalah waktu yang tepat untuk bertualang di Magelang, untuk merasakan perbedaan yang akan terjadi dalam kurun waktu lima sampai sepuluh tahun mendatang. Pagi yang menakjubkan di Magelang siap menyambut setiap wisatawan.

https://travel.kompas.com/read/2019/08/19/070000127/pagi-yang-menakjubkan-di-magelang

Terkini Lainnya

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke