Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Masjid Cut Meutia di Jakarta, Sempat Ingin Dirobohkan

KOMPAS.com - Dekat Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, ada sebuah masjid yang berdiri di tepi jalan raya dengan bangunan klasik peninggalan zaman Belanda. Masjid Cut Meutia namanya.

Di Masjid Cut Meutia, kamu akan melihat arsitektur khas Belanda berpadu dengan seni kaligrafi Islam. Berbagai tulisan Arab tampak menghiasi dinding masjid yang kokoh.

  • 10 Masjid Tertua di Indonesia, Usianya Mencapai Ratusan Tahun 
  • 8 Masjid Tertua di Pulau Jawa, Ada yang Usianya 735 Tahun

Tempat ibadah yang terletak di Jalan Taman Cut Meutia Nomor 1, Jakarta Pusat, itu menyimpan sejarah panjang dari zaman penjajahan, kemerdekaan, hingga saat ini. 

"Sejarahnya sangat panjang, dari zaman kolonial, kemerdekaan, revolusi, reformasi, sampai sekarang Masjid Cut Meutia sudah melewati masa-masa perubahan Indonesia," kata penjaga masjid Derisman, saat ditemui di lokasi, Sabtu (1/4/2023).

Menariknya, karena bagunan dari awal tidak dirancang sebagai tempat ibadah, begitu dijadikan masjid arah kiblat di dalamnya harus dibuat dibuat miring 15 derajat dari sisi tembok bangunan.

Saat pertama dibangun, gedung yang dulu juga disebut Gedung Boplo ini awalnya berfungsi sebagai kantor biro arsitektur Belanda bernama N.V. De Bauploeg yang selesai dibangun tahun 1912.

  • 10 Masjid Tertua di Dunia, Ada yang Berada di China
  • Jadi Masjid Tertua di Indonesia, Ketahui 6 Fakta Masjid Saka Tunggal 

"Dulu sebelum menjadi masjid, gedung ini dinamakan Gedung Boplo kalau orang Belanda bilang, tujuannya sebagai kantor pusat dari perusahaan New Gondangdia, semacam perusahaan perumahan di kawasan Menteng sekitar, itu dibangun dari tahun 1910," terangnya.

Bangunan itu pun terus berganti fungsi seiring berjalannya waktu. Pernah difungsikan sebagai kantor pos milik Belanda, lalu kantor Jawatan Kereta Api Belanda, dan Kantor Angkatan Laut Jepang.

Derisman bercerita, setelah masa kemerdekaan, Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Soekarno juga sempat menjadikan bangunan ini sebagai kantor Dinas Perumahan Rakyat.

Setelah itu, bangunan kembali beralih fungsi sebagai kantor Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), yang dipimpin oleh Jenderal A.H. Nasution.

"Pasca-kemerdekaan, ini menjadi kantor DPR-MPR pertama di Indonesia sebelum berpindah di Senayan, diketuai oleh Jenderal A.H. Nasution," ujarnya.

Bahkan, atas inisiasi sang Jenderal pula lah gedung ini dijadikan bangunan cagar budaya.

Lalu, setelah kantor MPRS dipindahkan ke kawasan Senayan, A.H. Nasution tidak ingin gedung itu difungsikan kembali menjadi sebuah kantor. Dia meminta agar gedung dimanfaatkan sebagai sebuah masjid.

Kendati begitu, gedung tersebut tidak langsung diresmikan sebagai masjid.

Barulah, melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 5184/1987 tanggal 18 Agustus 1987, bangunan tersebut resmi menjadi sebuah masjid.

Derisman mengatakan, sekitar tahun 1980-an, ada wacana bangunan ini akan dirobohkan pada masa kepemimpinan Presiden kedua RI, Soeharto.

"Kenapa? Karena ada pembangunan rel kereta api di belakang masjid. Dulu rel kereta itu dari Cikini harusnya langsung lurus menuju ke Gambir, ini karena ada Masjid Cut Meutia, jadi gedung ini harus dirobohkan," terangnya.

Usul untuk merobohkan bangunan masjid pun menuai banyak pertentangan dari masyarakat dan tokoh-tokoh sekitar. Masjid pun tetap berdiri kokoh sampai saat ini.

Sementara itu, untuk nama Cut Meutia diambil dari jalan yang berada di dekat gedung tersebut.

Kini Masjid Cut Meutia resmi menjadi gedung yang dilindungi sebagai gedung cagar budaya, sejak tahun 1961.

https://travel.kompas.com/read/2023/04/05/200600627/sejarah-masjid-cut-meutia-di-jakarta-sempat-ingin-dirobohkan

Terkini Lainnya

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Travel Update
Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Travel Tips
Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Travel Update
Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Travel Update
Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Jalan Jalan
Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Jalan Jalan
5 Hotel Dekat Ocean Park BSD, Bisa Jalan Kaki

5 Hotel Dekat Ocean Park BSD, Bisa Jalan Kaki

Hotel Story
5 Penginapan dekat Kebun Raya Cibodas

5 Penginapan dekat Kebun Raya Cibodas

Hotel Story
10 Tempat Wisata Keluarga Terbaik di Dunia 2024, Ada Resor di Bali

10 Tempat Wisata Keluarga Terbaik di Dunia 2024, Ada Resor di Bali

Jalan Jalan
7 Wisata Ramah Anak di Bandung, Cocok untuk Liburan Sekolah

7 Wisata Ramah Anak di Bandung, Cocok untuk Liburan Sekolah

Jalan Jalan
9 Wisata Malam di Solo, Kunjungi Saat Mampir

9 Wisata Malam di Solo, Kunjungi Saat Mampir

Jalan Jalan
6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

Travel Tips
3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

Jalan Jalan
Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Travel Update
Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke