SENTANI, KOMPAS.com - Festival Helay Mbay Hote Mbay ke IV kembali dilaksanakan di Kampung Abar di Distrik Ebungfau, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (28/9/2023).
Digelar hingga Sabtu (30/9/2023), festival ini merupakan upaya mempertahankan tradisi gerabah tradisional yang telah ada sejak dulu hingga saat ini di Kampung Abar.
Ketua Kelompok Pengrajin Gerabah Tradisional Kampung Abar, Naftali Felle mengatakan bahwa dalam bahasa sentani, gerabah disebut helay. Dengan demikian, Helay Mbay Hote Mbay artinya makan papeda dalam gerabah.
“Gerabah telah diwariskan oleh para leluhur Kampung Abar sejak dahulu hingga saat ini. Warga di kampung ini secara turun temurun mempertahankan warisan pembuatan gerabah ini,” terang Naftali kepada Kompas.com, Kamis.
Menurut Naftali, yang juga Kepala Suku Kampung Abar, festival telah diadakan sejak tahun 2017 sehingga festival tahun ini memasuki tahun keempat.
“Pada pelaksanaan festival ketiga tahun 2019 telah dicanangkan oleh bupati sebelumnya sebagai salah satu festival tahunan di Kabupaten Jayapura,” tuturnya.
Naftali menambahkan, festival ini sempat tertunda selama beberapa tahun akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, pelaksanaannya juga sempat tertunda akibat ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 yang berlangsung pada tahun 2021 di Provinsi Papua.
“Memang sempat tertunda, tetapi puji Tuhan pada hari ini dilaksanakan kembali sebagai salah satu warisan budaya yang harus dijaga selalu,” ujarnya.
Naftali mengatakan, selama pelaksanaan festival ini, para pengunjung dapat menikmati papeda dan ikan yang disiapkan di dalam gerabah.
“Para pengunjung yang datang ke festival ini akan kami sajikan makan papeda di dalam gerabah sesuai tradisinya. Setiap pengunjung wajib makan bersama dalam bentuk kelompok di dalam gerabah,” jelasnya.
Kapolres Jayapura, AKBP Fredrickus WA Maclarimboen mengatakan, festival makan papeda dalam gerabah ini merupakan agenda murni dari masyarakat di Kampung Abar.
“Festival ini adalah salah satu langkah positif yang diambil oleh para penggagas dan juga masyarakat Kampung Abar, sehingga dapat melestarikan budaya gerabah yang ada di kampung tersebut,” ujarnya.
Fredrickus mengatakan, makan papeda di dalam gerabah merupakan salah satu budaya dalam membangun komunikasi antara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
“Makan papeda dalam satu gerabah adalah budaya yang harus kita pertahankan dan kita lestarikan sehingga tetap terjaga di Kampung Abar,” ujarnya.
Festival yang dilaksanakan hari ini, lanjutnya, memberi pengetahuan bagi semua pihak tentang apa yang dilakukan oleh para orangtua dalam menyajikan makanan kepada seluruh anggota keluarga.
“Dari keluarga yang harmonis tentu akan berkembang hingga lingkungan yang harmonis juga sehingga tercipta keamanan dan kenyamanan di masing-masing kampung, terutama Kampung Abar,” ujarnya.
Dari pantauan Kompas.com, kegiatan festival ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jayapura, Hanna Hikoyabi dan didampingi oleh sejumlah pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura, ditambah banyak pengunjung di Kampung Abar.
Hanna Hikoyabi mengatakan, festival ini merupakan inisiatif masyarakat di Kampung Abar yang memiliki potensi tanah liat guna dijadikan gerabah. Tradisi membuat gerabah sudah dilakukan turutan temurun hingga saat ini.
“Potensi ini merupakan kebesaran di tempat ini. Tentu diajarkan secara turutan temurun. Salah satunya makan papeda dalam satu gerabah. Ini merupakan tradisi di Kampung Abar yang masih terus dipertahankan, hingga saat ini,” terang Hanna.
https://travel.kompas.com/read/2023/09/29/133600227/festival-heley-mbay-hote-mbay-pertahankan-tradisi-gerabah-di-jayapura