Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

KOMPAS.com – Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah gunung api tertinggi kedua di Indonesia setelah Kerinci.

Berketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini punya segudang pesona, mulai dari padang sabana, Danau Segara Anak, hingga puncaknya yang berpasir.

Kompas.com sempat menyaksikan sendiri keindahannya saat mendaki Gunung Rinjani pada Rabu (30/8/2023) sampai Jumat (1/9/2023).

Artikel ini bisa jadi rujukan atau panduan jika Anda hendak melakukan pendakian ke Gunung Rinjani:

Pendakian dimulai

Pendakian dimulai pada Rabu (30/8/2023) pagi. Sebelum mendaki, calon pendaki wajib melakukan registrasi dan membeli tiket melalui aplikasi e-Rinjani yang bisa diunduh gratis melalui play store dan app store.

Apabila sudah melakukan registrasi dan cek kesehatan, urus administrasi di Resort Balai Besar TNGR Sembalun. Setelah beres, pendakian bisa dimulai.

Pendaki bisa memulai perjalanan dari Resort Balai Besar TNGR Sembalun, atau Jalur Kandang Sapi. Kompas.com yang mengendarai sepeda motor dari rumah, memutuskan untuk melalui jalur Kandang Sapi.

Nantinya, akan ada semacam basecamp Pendakian, tempat pendaki bisa beristirahat dan menitipkan sepeda motor.

Naik ojek ke pos 2

Perjalanan pun dimulai. Karena sudah agak siang (sekitar 11.00 Wita), saya memutuskan naik ojek sampai Pos 2. Tarifnya adalah Rp 200.000 per orang saat itu.

Dengan naik ojek, perjalanan menuju Pos 2 yang ditempuh sekitar 2 jam, bisa dipangkas menjadi hanya setengah jam saja.

Saya akhirnya tiba di Pos 2. Tempat ini semacam menjadi perkampungan karena merupakan tempat berkumpul pendaki sebelum lanjut berjalan. 

Terdapat semacam saung-saung untuk istirahat pendaki, juga warung yang menjual makanan dan minuman.

Di Pos 2, juga terdapat pos pemeriksaan. Pendaki wajib menunjukkan tiket pendakian yang didapat di Resort Sembalun kepada petugas agar bisa melanjutkan perjalanan.

Pendaki yang tidak memiliki tiket, maka terpaksa tidak bisa melanjutkan perjalanan, meski sudah jalan kaki atau naik ojek sampai Pos 2.

Ada pula jasa ojek tas carrier seharga Rp 500.000. Jika menggunakan jasa ini, ada porter yang akan membawa tas carrier sampai Plawangan Sembalun.

Di Pos 2 ini, saya mendapat barengan, yakni kelompok pendaki dari Kerinci, Ponorogo, Banjar, dan dipimpin pemandu asal Surabaya.

Pos 2 –  Bukit Penyesalan – Plawangan Sembalun

Selanjutnya, perjalanan dimulai dengan berjalan kaki. Saya memulai perjalanan dari Pos 2 sekitar pukul 12.15 Wita.

Perjalanan melalui padang sabana pada siang hari, benar-benar panas. Banyak berbarengan pendaki di sini, terutama turis asing.

Kondisi jalur pendakian memang menanjak, tetapi tidak terlalu curam. Butuh waktu sekitar 1,5 jam bagi saya sampai Pos 3 sekitar pukul 13.45 Wita.

Dari Pos 3, jalur akan turun ke dasar sungai kering berpasir, kemudian naik. Jalur menuju Pos 3 ini sudah mulai menanjak lebih terjal karena mulai memasuki kawasan Bukit Penyesalan.

Perjalanan pun jadi lebih sulit sekarang. Pendaki harus menghadapi jalur menanjak yang melelahkan, ditambah panasnya matahari.

Perlahan tapi pasti, saya akhirnya sampai juga di pos 4 (Cemara Siu atau Cemara Seribu) sekitar 15.10 Wita atau 70 menit berjalan kaki. Pos ini baru setengah perjalanan sampai di Plawangan Sembalun.

Ada warung di Pos 4. Pendaki bisa membeli minuman, bahkan dengan es. Meski begitu, harganya akan jauh lebih mahal.

Usai beristirahat, perjalanan berlanjut sekitar pukul 15.30 Wita. Jalur jadi lebih menanjak usai Pos 4 menuju Plawangan Sembalun.

Jelang sampai Plawangan Sembalun, jalur pendakian makin menanjak terjal, sehingga menguji fisik dan mental. Jalur juga berpasir, sehingga menyulitkan langkah kaki.

Pendaki juga harus melalui tangga yang hampir vertikal. Sekitar 17.40 Wita (2 jam 10 menit berjalan), saya akhirnya sampai di Plawangan Sembalun. Matahari masih belum terbenam saat itu.


Plawangan Sembalun

Plawangan sembalun adalah tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak (summit attack) pada malam hari.

Saya pun mendirikan tenda di area kemah 2 Plawangan Sembalun bersama rombongan. Sembari istirahat, pendaki bisa menikmati panorama sunset dan Danau Segara Anak dari ketinggian.

Pendaki juga bisa mengisi ulang persediaan air yang ada di kawasan Plawangan Sembalun, meski harus berjalan kaki agak ke bawah.

Apabila ingin langsung summit attack pada malam hari, penting bagi pendaki untuk segera beristirahat dan tidur usai matahari terbenam.

Untuk makan, pendaki bisa makan roti sebelum tidur, lalu makan nasi (makan berat) pada malam hari saat bersiap summit attack.

Summit attack Rinjani

Saya memulai perjalanan summit attack ke puncak Rinjani sekitar pukul 01.00 Wita, setelah sebelumnya bangun pukul 23.45 Wita, lalu makan berat dan bersiap.

Perlengkapan, seperti tenda, kasur tiup, baju ganti, sleeping bag, hingga alat masak, ditinggal di tenda. Sementara logistik, air, dan barang elektroni, saya bawa ke puncak.

Dan inilah bagian terberat dari pendakian Rinjani. Jalur menuju puncak ternyata lebih menanjak dibanding Bukit Penyesalan. Bahkan, sebelum sampai di jalur tepi kaldera menuju puncak.

Ujian masih berlanjut tatkala pendaki sampai di tepi kaldera. Jalur pendakian berubah dari tanah, menjadi pasir.

Perjalanan menuju puncak pun masih panjang. Pendaki harus menapaki jalur berpasir, menanjak di tengah dinginnya malam, juga rasa kantuk yang berat.

Saya hanya bisa berjalan perlahan menapaki jalur yang berat ini. Saat inilah biasanya penyesalan pendaki muncul karena kurang maksimal dalam mempersiapkan fisik untuk mendaki Rinjani.

Langit pun makin terang dan sunrise menyapa saya di tengah jalan. Jalur menuju puncak masih terbentang. Puncak sudah terlihat, tetapi di depan mata, terlihat jalur menanjak yang begitu terjal.

Inilah jalur “Letter E” Rinjani yang bentuknya sekilas berbentuk seperti huruf E. Inilah bagian paling terjal di jalur menuju puncak.

Selain terjal, jalur juga terdiri dari pasir dan kerikil, sehingga mudah longsor saat dipijak. Melangkah pun terasa sulit di jalur ini.

Puncak Rinjani

Akhirnya setelah berjalan kurang-lebih 7 jam, saya akhirnya sampai juga di Puncak Rinjani sekitar pukul 08.00 Wita.

Rasanya sungguh lega ketika tanjakan tak berujung yang saya lewati sebelumnya, akhirnya selesai juga.

Tampak beberapa pendaki yang berfoto di puncak dengan latar belakang panorama Segara Anak dan Gunung Baru Jari dari ketinggian.

Di seberang lautan, terlihat gunung kecil yang seolah terbang di atas awan. Ialah Gunung Agung, atap Pulau Dewata, Bali.

Saat berada di puncak dan berfoto dengan latar segara anak, hati-hati agar tidak terjatuh ke jurang.

Saya menikmati keindahan panorama di Puncak Rinjani sekitar satu jam. Sekitar pukul 09.00 Wita, saya memulai perjalanan turun, kembali ke Plawangan Sembalun.


Menuju Segara Anak

Meski perjalanan dari Plawangan Sembalun ke puncak memakan waktu sekitar 7 jam, perjalanan saya kembali ke tenda ternyata hanya memakan waktu kurang-lebih 3 jam.

Itu karena sekitar pukul 12.00 Wita, saya sudah sampai tenda lagi di Plawangan Sembalun. Begitu tiba, saya memutuskan istirahat dan tidur sejenak.

Usai istirahat, makan, minum, dan mengemas barang, termasuk tenda, saya melanjutkan perjalanan turun sekitar 14.30 Wita. Kali ini, perjalanan turun saya adalah via Danau Segara Anak.

Dari Pelawangan Sembalun, rutenya adalah arah puncak, kemudian belok kanan. Sudah ada plang petunjuk arah ke Danau Segara Anak.

Pendaki pun harus melalui jalur yang cukup curam. Di beberapa titik, pendaki bahkan harus berpegangan dengan tali agar bisa melintas. Pendaki harus berhati-hati saat melintas.

Terus melaju, pendaki mungkin akan takjub saat melihat ke belakang, ke arah jalur yang sudah dilalui.

Tampak Plawangan Sembalun yang begitu kecil dan jauh di puncak tebing. Rasanya, seolah tidak terasa jika kita sudah berjalan kaki sejauh itu.

Makin ke bawah, kondisi jalur tidak lagi menurun curam. Jalur agak landai di sisi bukit-bukit kecil, melewati beberapa sungai kering, dan mengarah ke tepi danau.

Akhirnya setelah kurang-lebih 2 jam 45 menit berjalan, sekitar pukul 17.15 Wita saya tiba di Segara Anak. Ini adalah camping ground tepi Danau Segara Anak.

Terdapat warung di sini yang menjual makanan, minuman, dan ikan bakar hasil memancing dari Segara Anak. Namun, perlu diingat bahwa harganya tetap lebih mahal.

Berendam air hangat (Air Kalak)

Meski sudah sekitar 17.15 Wita, kondisi masih cukup terang. Matahari belum terbenam. Setelah mendirikan tenda, saya memutuskan untuk mandi air hangat (Air Kalak). Jarak tempuhnya hanya sekitar 5-10 menit dari tenda.

Saya akhirnya sampai di sana dan berendam di aliran sungai yang dibendung, sehingga menjadi semacam kolam air hangat.

Saya berendam bersama beberapa pendaki lain sambil bercengkerama. Rasanya sungguh nikmat, seolah mengusir rasa lelah perjalanan ke puncak dan turun ke Segara Anak sebelumnya.

Usai matahari makin gelap, saya memutuskan untuk menyudahi berendam dan berjalan ke tenda lagi. Di tenda, saya berganti pakaian dan menjemur pakaian basah di atas tenda.

Malam hari setelah memasak nasi instan dan lauk nugget, saya tidur untuk menghilangkan lelah sekaligus mempersiapkan perjalanan esok hari.

Sebelum tidur, saya diberi tahu rekan pendakian bernama Chandra Wardana dari Surabaya, untuk mulai turun keesokan hari pukul 09.00 Wita.

Turun via Torean

Pagi hari pun tiba. Pemandangan Segara Anak yang syahdu dan menawan menyambut saya begitu keluar tenda.

Di depan mata, tampak danau yang membentang begitu luas dengan Gunung Baru Jari di seberang. Usai sarapan, saya menikmati suasana sejenak.

Meski indah, saya tidak bisa terlalu bersantai karena harus segera bersiap untuk segera memulai perjalanan turun via Torean.

Perlu diketahui, perjalanan turun via Torean akan memakan waktu sekitar 9 jam. Oleh karena itu agar tidak kemalaman, pendaki sebaiknya mulai turun pukul 09.00 Wita dari Segara Anak.

Sebelum para pendaki turun dari Segara Anak, terlihat satu petugas yang berteriak dan mengingatkan pendaki agar membawa sampahnya turun.

Sebenarnya, saya agak menyesal karena tidak memilih pendakian 4 hari 3 malam, sehingga bisa seharian bersantai dulu di Danau Segara Anak.

Perjalanan pun dimulai. Dari Segara Anak, saya mengikuti rombongan lain yang hendak turun via jalur Torean.


Eksotisnya jalur Torean

Perjalanan turun via jalur Torean, akan berada di lembah sekitar sungai yang berhulu di Danau Segara Anak.

Jalur ini diapit oleh dua tebing yang tinggi, sehingga terlihat begitu eksotis dengan padang rumput dan beberapa kali menyeberangi sungai kering.

Kondisi jalur kebanyakan adalah turunan, meski di beberapa titik terdapat tanjakan. Namun tenang saja karena tanjakannya tidak terlalu terjal. 

Beberapa titik juga mengharuskan pendaki turun melalui anak tangga yang hampir vertikal. Ada pula jalur yang cukup curam, sehingga pendaki harus berpegangan pada tali.

Pendaki akan melalui beberapa titik eksotis. Pertama adalah Sungai Kokok Putih, berupa sungai berbatu di dasar lembah yang dikelilingi tebing hijau.

Usai berjalan menyusuri sungai dan menyeberangi jembatan kayu, jalur pendakian akan kembali melewati dinding bukit.

Perlu diketahui bahwa meski berada di aliran sungai, airnya mengandung belerang, sehingga tidak layak untuk diminum.

Setelah melewati dasar lembah dan kembali melipir di perbukitan, ada sungai yang airnya cukup jernih, sehingga layak diminum. Banyak pendaki berhenti untuk minum di sini.

Selanjutnya, ada titik jalur yang pendaki harus antre karena cukup curam. Pendaki harus berpegangan dengan tali jika ingin melintas, sehingga tidak bisa terlalu cepat.

Pendaki harus hati-hati agar tidak sampai jatuh ke jurang. Terlihat dasar jurang berupa aliran sungai dari Danau Segara Anak. Jalur juga sempat berada di tepi jurang.

Setelah itu, jalur berada di lembah dengan tebing raksasa di kanan dan kiri. Jalur terus turun melewati padang rumput, sungai kering, padang datar, hingga akhirnya masuk hutan.

Pendaki akan melewati titik eksotis selanjutnya, yakni dengan pemandangan air terjun yang berasal dari sungai, yakni Air Terjun Penimbungan. Para pendaki biasanya akan berfoto dengan latar belakang air terjun ini.

Usai Air Terjun Penimbungan, jalur akan berada di kawasan hutan yang membantu tubuh terlindung dari cahaya matahari.

Sekitar pukul 14.00 WIB, saya berhenti lagi di sumber air untuk mengisi persediaan air dan minum dari aliran sungai.

Terus melaju, nantinya akan ada pos pengecekan. Pendaki yang hendak turun harus melapor di pos ini. 

Meski begitu, jalur pendakian belum selesai. Ada percabangan jalur di sini, yakni via Torean dan Senange. Saya mengambil arah ke Torean.

Terus melaju, saya akhirnya sampai di Pos Ojek Torean sekitar pukul 16.20 Wita atau sekitar 8 jam berjalan kaki dari Danau Segara Anak.

Tarif ojek menuju Torean adalah Rp 50.000 saat siang. Pada malam hari, tarifnya Rp 75.000 per orang.

Nantinya begitu sampai permukiman di Torean, akan ada tempat pembuangan sampah. Di sini sampah pendaki akan dicek dan disesuaikan dengan daftar.

Perjalanan naik ojek sampai Torean hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Selanjutnya, perjalanan kembali ke Sembalun dilakukan dengan men-charter mobil pick up.

Tarif mobil pick up adalah Rp 30.000 untuk 10 orang. Perjalanan ke Sembalun memakan waktu sekitar 1 jam.

Hari sudah malam saat saya mengambil sepeda motor di Basecamp Kandang Sapi. Selanjutnya, saya menginap di salah satu penginapan sekitar Sembalun, yakni Wisma Karya dewi. 

Sesampainya di Wisma Karya Dewi, akhirnya pendakian saya ke Rinjani pun usai. Bagaimana, tertarik menjajal mendaki Rinjani jalur Sembalun – Torean?

https://travel.kompas.com/read/2024/04/26/140200227/pendakian-rinjani-3-hari-2-malam-via-sembalun-torean-perjuangan-menggapai

Terkini Lainnya

Penerbangan di Bandara Incheon Korea Terganggu akibat Balon Isi Tinja

Penerbangan di Bandara Incheon Korea Terganggu akibat Balon Isi Tinja

Travel Update
Pameran Wonderlab di Grand Indonesia, Instalasi Teknologi Masa Depan

Pameran Wonderlab di Grand Indonesia, Instalasi Teknologi Masa Depan

Travel Update
TMII Gelar Festival Musim Panas Jepang untuk Sambut Libur Sekolah

TMII Gelar Festival Musim Panas Jepang untuk Sambut Libur Sekolah

Travel Update
Cara ke Pameran Biang Kerok Benyamin Sueb di Jakarta, Bisa Naik KRL

Cara ke Pameran Biang Kerok Benyamin Sueb di Jakarta, Bisa Naik KRL

Travel Tips
Gunung Bromo Buka Lagi Usai Kebakaran, Simak Aturan Berkunjung

Gunung Bromo Buka Lagi Usai Kebakaran, Simak Aturan Berkunjung

Travel Update
Gunung Kerinci Jadi Lokasi Pembuatan Dokumenter soal Risiko Pendakian

Gunung Kerinci Jadi Lokasi Pembuatan Dokumenter soal Risiko Pendakian

Travel Update
10 Tempat Liburan di Purwakarta, dari Alam hingga Sejarah

10 Tempat Liburan di Purwakarta, dari Alam hingga Sejarah

Jalan Jalan
Liburan ke Jakarta Aquarium & Safari, Ada Bajak Laut dan Kapibara

Liburan ke Jakarta Aquarium & Safari, Ada Bajak Laut dan Kapibara

Travel Update
5 Tempat Liburan Keluarga di Bandung, Ada yang Cocok untuk Piknik

5 Tempat Liburan Keluarga di Bandung, Ada yang Cocok untuk Piknik

Jalan Jalan
Promo Libur Sekolah di Rivera Outbound & Edutainment Bogor, mulai Rp 65.000

Promo Libur Sekolah di Rivera Outbound & Edutainment Bogor, mulai Rp 65.000

Travel Update
231 Penerbangan di Bandara AP II Layani Kepulangan Jemaah Haji

231 Penerbangan di Bandara AP II Layani Kepulangan Jemaah Haji

Travel Update
Ada Usulan Kenaikan Tarif Pungutan Turis Asing di Bali, Sandiaga: Harus Dilihat Dulu

Ada Usulan Kenaikan Tarif Pungutan Turis Asing di Bali, Sandiaga: Harus Dilihat Dulu

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Sungai Maron Pacitan

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Sungai Maron Pacitan

Travel Update
Taman Aglaonema Terbesar Indonesia di Sleman, Ini Jam Buka dan Harga Tiket Masuknya

Taman Aglaonema Terbesar Indonesia di Sleman, Ini Jam Buka dan Harga Tiket Masuknya

Travel Update
Visa Kunjungan Jangka Pendek di Kepulauan Riau Akan Diumumkan Segera

Visa Kunjungan Jangka Pendek di Kepulauan Riau Akan Diumumkan Segera

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke