KOMPAS.com - Setiap pulau di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, punya atraksi budaya yang mencirikan keanekaragaman masyarakat. Tidak terkecuali di Pulau Kaledupa.
Beberapa atraksi budaya yang digelar di Pulau Kaledupa juga dilakukan di Pulau Wangi-wangi.
Meskipun demikian, setiap kawasan tentu punya makna dan ritual yang menjadikannya berbeda.
Berdasarkan buku panduan wisata resmi dari Dinas Pariwisata Wakatobi, setidaknya ada empat atraksi budaya yang wajib disaksikan saat mampir ke Pulau Kaledupa.
Karia di Pulau Kaledupa ialah ritual mengislamkan anak. Budaya ini tidak hanya dilakukan di Pulau Kaledupa, tapi juga di Pulau Wangi-wangi.
Konon, ritual ini telah ada sejak zaman Kesultanan Buton. Biasanya, ritual Karia dilakukan setelah lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
Meskipun demikian, Karia juga bisa dilaksanakan sepanjang tahun oleh masyarakat Kaledupa. Biasanya Karia diikuti oleh puluhan bahkan ratusan keluarga.
Sukacita kemeriahan pelaksanaan ritual Karia sangat terasa karena diikuti oleh sejumlah atraksi budaya seperti somboa (tradisi pingitan bagi anak perempuan yang sudah memasuki masa gadis), dan lemba kansodaa (tradisi memikul anak perempuan yang dipingit).
Ada pula pesta makan liwo (makanan tradisional), tradisi mansa (silat kampung), makanjara, tari lengko, acara joget, dan sejumlah tradisi tradisional lainnya seperti lariangi, pajoge, dan/atau pobhanti.
2. Budaya mansa
Mansa merupakan tradisi adu ketangkasan baik pemuda maupun pemudi, anak-anak, dan orangtua, khususnya mereka yang pernah mengikuti latihan bela diri.
Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada saat ada acara karia, pernikahan, acara kabuenga, heluluta kampo, dan/atau acara hebatu kampo.
Ketika ada informasi kegiatan mansa, biasanya masyarakat akan berdatangan dari berbagai desa di Pulau Kaledupa untuk menonton atau turut serta bermain silat kampung.
Tradisi mansa dapat dilaksanakan kapan saja, tapi paling banyak dilaksanakan setelah Idul Fitri dan Idul Adha bersamaan dengan banyaknya acara pernikahan ataupun sunatan.
Tidak hanya di Kaledupa, mansa juga digelar di Pulau Wangi-wangi. Perbedaan mansa di Wangi-wangi dengan di Kaledupa terdapat pada gaya yang dilakukan pesilat.
Di Pulau Wangi-wangi, para pesilat masih menggunakan gaya mansa tradisional yang mementingkan bunga daripada bantingan.
Sementara itu, di Pulau Kaledupa, mansa lebih cenderung menghidupkan suasana tradisional dan keindahan gerakan dari pemain.
Tarian lariangi termasuk tarian yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda di Kabupaten Wakatobi.
Tarian lariangi di Pulau Kaledupa disebut memiliki sisi mistis yang sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat. Konon, Tari lariangi dipercaya sebagai tari yang hanya dapat ditarikan oleh gadis-gadis yang masih perawan.
Saat gelaran acara, tarian ini dipentaskan oleh beberapa orang pemain dengan kostum yang khas.
Tarian lariangi merupakan tarian penjemputan yang ada di Kaledupa. Tidak hanya menyajikan keindahan koreografinya, tari ini juga mengandung makna filosofi hidup.
Jika berkunjung ke Wakatobi, kamu dapat menonton lariangi pada saat festival Barata Kahedupa.
Festival Barata Kahedupa merupakan kegiatan yang sudah ditetapkan sebagai Event Pariwisata Kabupaten Wakatobi.
Pada saat gelaran festival, wisatawan dapat melihat dan memahami berbagai budaya di Pulau Kaledupa yang dipentaskan.
Saat festival berlangsung, terdapat prosesi adat yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas keberadaan Barata Kahedupa, sebagai bagian dari sistem pemerintahan Kesultanan Buton.
Dalam Festival Barata Kahedupa juga dilakukan sunatan massal, makan bersama, dan doa bersama.
Prosesi dimulai dengan turunnya para karia dan gadis yang disambut oleh masyarakat adat dengan sukacita dan rasa syukur. Nantinya para karia akan diantar ke pusat festival dengan cara diarak menggunakan tandu.
Festival Barata Kahedupa biasanya diiringi dengan tarian tradisional lariangi dan juga tradisi berpantun semalam suntuk.
Pada akhir kegiatan, Festival Barata Kahedupa ditutup dengan doa bersama di Pulau Hoga sebagai rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
https://travel.kompas.com/read/2024/06/12/174800027/4-atraksi-budaya-di-pulau-kaledupa-di-wakatobi-ada-festival