”Masih berani coba kaledo?”
Pertanyaan itu spontan terlontar saat keinginan mencicipi kaledo, kaki lembu donggala, begitu sampai di Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.
Usia memang bertambah, status ”bujangan” tidak lagi tersandang. Jelas perubahan itu membuat pilih-pilih makanan harus dilakukan. Tidak bisa lagi sembarang makanan disantap seperti anak muda yang semuanya masih serba normal tanpa pantangan. Namun sungguh, godaan kembali mencicip menu asli langsung di pusatnya sulit dikalahkan.
Sekian waktu meninggalkan Palu, tentulah sangat tidak enak melewatkan kesempatan mencoba makanan khas itu. Oya, Palu awalnya merupakan daerah administratif bagian dari Kabupaten Donggala dan kemudian dimekarkan sebagai ibu kota provinsi.
Ada beberapa pilihan populer menikmati kaledo di Palu. Di ruas Jalan Diponegoro saja setidaknya ada rumah makan Abadi dan Kaledo Stereo yang sering jadi rujukan. Bukan cuma di Palu dan Donggala, kaledo juga bisa ditemukan di bagian lain wilayah Sulawesi Tengah. Bahkan di Kabupaten Poso, empat jam perjalanan darat dari Palu, ada Café Aries yang kelezatan kaledonya layak coba.
Kalaupun akhirnya rumah makan Kaledo Stereo yang kami pilih, semata-mata karena Mukhlis (34), pengemudi oto sewaan yang asli Ampana, Kabupaten Tojo Unauna itu, mengarahkan mobilnya ke sana. Belum pasti kaledo di situ yang paling ueenak karena soal selera jelas sangat relatif. Sebagai penumpang, kami tak kuasa menolak ketika mobil sudah terparkir di depan rumah makan. ”Sudah, ini bagus,” kata Mukhlis meyakinkan.
Sesuai namanya, bahan utama kaledo adalah kaki lembu atau sapi. Karena pedagang kaledo semakin banyak, kini bagian tulang belakang juga disertakan. Bahan utama itu dimasak menjadi semacam sup. Kuahnya bening kekuningan, rasanya sedikit kecut buah asam yang menyegarkan.
Selain daging yang menempel di tulang, yang bisa dinikmati dari kaledo adalah sumsum di dalam tulang sapi. Tidak heran selain garpu, dan kadang-kadang pisau, untuk memisahkan daging, kadang tersedia pula sumpit—bahkan pipet sedotan—untuk mencolok rongga tulang guna mengeluarkan sumsum. Lebih pas menyantap kaledo saat panas ketika sumsum masih seperti bubur encer.
Sebagai pelengkap, ada irisan jeruk nipis. Jangan lupa taburkan bawang goreng khas Palu yang renyah, tak gampang lembek, dan tahan lama untuk menambah kelezatan. Yang suka pedas, boleh tambah sambal. Kaledo bisa disantap bersama nasi ataupun singkong rebus. Sama-sama enak, sama-sama mengenyangkan.
Nyam-nyam-nyam…