BANTUL, RABU - Naiknya biaya operasional setelah harga Bahan Bakar Minyak naik, membuat nelayan di Pantai Depok, Bantul, terpaksa menaikkan harga jual ikan. Para pedagang ikan pun bisa memakluminya, meski kenaikan harga ikan membuat penjualannya turun.
"Untuk melaut selama setengah hari, nelayan butuh bensin campur sekitar 20 liter dengan harga Rp 7.000 per liter. Biaya melaut saat ini sekitar Rp 180.000. Kalau dulu masih sekitar Rp 130.000. Kalau harga ikan tidak kami naikkan, kami tidak bisa melaut kembali," kata Taryo, salah seorang nelayan di Pantai Depok Bantul, Rabu (4/6).
Nelayan menjual kepiting seharga Rp 10.000/ekor dari harga Rp 8.000/ekor, udang Rp 60.000/kg dari Rp 50.000/Kg, dan kakap ukuran besar Rp 50.000/ekor dari Rp 35.000/ekor. "Meski harganya sudah kami naikkan, namun kalau pasokan sedang banyak harga terpaksa kami turunkan bila ingin tetap laku," katanya.
Di Pantai Depok terdapat sekitar 30 nelayan yang aktif melaut. Bila gelombang laut sedang tinggi, mereka memilih tidak melaut dan menggantinya dengan sistem menangkap ikan lewat jaring eret. Dengan jaring eret, nelayan hanya bisa menangkap ikan di sekitar pinggiran pantai.
Naiknya harga ikan membuat perdagangan ikan di pasar ikan Depok sepi. Para pedagang ikan mengaku omsetnya turun sekitar 30 persen. Mereka menduga, penurunan terjadi karena banyak keluarga yang mengurangi konsumsi ikan sebagai langkah penghematan.
"Biasanya omset saya bisa mencapai Rp 1 juta lebih, tapi sekarang hanya sekitar Rp 700.000/hari. Penurunan omset sudah terjadi selama dua minggu terakhir, sejak harga BBM naik," kata Menik, salah seorang pedagang ikan.
Menurut Menik, penjualan ikan di Pantai Depok sangat tergantung dengan kunjungan wisatawan. Kalau pengunjung pantai banyak, biasanya penjualan mereka ikut ramai. "Banyak yang menghimbau untuk berhemat termasuk mengurangi kegiatan wisata. Hal itu berimbas pada penjualan ikan di sini," katanya.
Menik menambahkan, dari sisi suplai sebenarnya stok ikan sangat banyak. Para pedagang pun tidak kesulitan mendapatkan barang dagangan. "Karena tidak laku, biasanya saya jual ke tempat lain yang stoknya sedikit. Jadi kami harus aktif mencari informasi," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.