Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (76)

Kompas.com - 19/06/2008, 10:24 WIB

Tiba-tiba, dua pasang tangan kuat menyeret saya ke koridor apartemen yang suram. Kuat sekali, saya tak kuasa berontak. Yang saya tahu, saya dalam bahaya.

Mereka adalah dua dari empat pemuda Uzbek yang tadi asyik berhujan-hujan ria di bawah payung merah jambu.

            "DI MANA KAMU TINGGAL?" seseorang dari mereka berteriak. Dia mengenakan jaket putih dan topi musim dingin.

Saya dirundung ketakutan, dan tidak tahu lagi harus menjawab apa.

Mereka mulai meminta uang. Perampokan? Semua orang normal pun tahu. Hanya saya yang terlalu bodoh yang menganggap ini adalah awal sebuah persahabatan indah.

            "Saya tidak punya uang," jawab saya lirih, mohon belas kasihan.

Saya melihat sekelebat tangan terkepal melayang di udara. Insting memaksa saya menjerit keras-keras.

            "AAAAAAHHHH." Saya kenal beberapa orang yang tinggal di koridor ini. Saya hanya berharap ibu-ibu yang sedang kursus memasak di lantai satu mendengar teriakan saya.
            "AAAAAAHHHH."

Saya berteriak lagi. Sekarang sebuah lengan berusaha meraih saya.

            "APA INI?" kata seorang berjaket putih menarik tali kalung ha pe saya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com