Warung Teriak
Menyebut es durian, tentu tak ada yang istimewa di masa sekarang. Apalagi sekarang durian bisa diperoleh kapan saja. Tumbuhan dari genus Durio yang punya nama asli Durio zibethinus ini punya bau yang bagi sebagian orang menggoda, sementara buat sebagian yang lain bikin mual.
Bicara soal es durian di Jakarta, salah satu tempat yang layak diperhitungkan adalah warung yang menempati lapak di halaman depan Pasar Kota Cikini, yang kemudian bernama Pasar Cikini Ampiun. Es durian di tempat ini sudah ada sejak tahun 1980-an.
Lokasi warung ini strategis, yakni di pasar, di seberang Stasiun Kereta Api Cikini, dekat perkantoran dan kawasan elit. Lewat promosi dari mulut ke mulut, jadilah warung ini beken sebagai warung es duren. Lantas diberi nama Es Duren 45.
Apa makna angka 45 ? "Biar tambah semangat aja, biar semangatnya terus seperti semangat '45," kata Meli, yang diamini Fifi, suatu siang. Mereka berdua tak lain adalah dua putri dari Ivana, si empunya warung. Ivana memiliki lima anak.
Sebenarnya, warung ini sejak awal tidak hanya menjual es durian. Berbagai menu makanan seperti mi bakso, nasi goreng, hingga mi masak, juga tersedia. Untuk minuman, selain es durian ada es buah, es sirsak, es kelapa. Hanya saja, memang es duriannya yang istimewa.
Es durian seharga Rp 15.000 per gelas itu berisi daging durian yang kemudian dilumuri susu dan diberi es serut. "Kita pakai campur, durian bangkok dan lokal," kata Fifi lagi. Ketika Warta Kota mencoba segelas es durian tanpa susu, terasa bahwa rasa manis berasal dari durian itu sendiri, tanpa gula.
Jika segelas es durian tak cukup, bisa coba jus durian. Yang ini tentu saja dalam bentuk yang lebih lembut. "Kebanyakan orang ke sini cari es duren, kalau enggak jus. Kalau makanan, rata aja. Ada yang cari mi bakso, mi masak, nasi goreng," ujar Fifi, bungsu dari lima bersaudara.
Sebelum menyeruput es durian, Warta Kota memesan mi bakso pangsit. Mi yang cukup lembut ditaburi potongan ayam rebus plus daging giling. Belum lagi dua butir bakso dan dua pangsit rebus. Cukup mengisi perut kosong sebelum menikmati minuman jagoan, es durian.
Dua dapur
Warung ini buka setiap hari pukul 09.00-17.00 dan punya pelanggan dari kalangan biasa hingga pejabat atau pesohor. Warga kawasan Menteng dan sekitarnya sudah tak asing dengan warung ini. Es Duren 45 ini bagaikan bedak atau lipstik yang menggairahkan Pasar Cikini Ampiun.
Satu hal lagi, karena warung ini terbilang panjang, maka posisi dapur dibagi dua. Masing-masing dapur ada di kedua ujungnya. Jadi, pembeli berada di tengah-tengah dapur. "Satu untuk dapur rebus, satu lagi dapur goreng. Biar enggak bertumpuk di satu tempat," ucap Fifi.
Nah, untuk mempermudah komunikasi antardapur, maka perlu dua penjaga pula. Tak pelak, Meli dan Vivi bergantian mengomunikasikan pesanan pembeli. Caranya? Apalagi kalau bukan teriak.
Jadi, jangan kaget jika mendengar teriakan-teriakan dari ujung ke ujung. "Kita sampai disebut warung teriak. Soalnya, susah. Dari ujung sana ke ujung sini, kalau ada pembeli dari ujung dapur rebus yang pesen goreng-goreng kan saya harus teriak. Biar pada denger," kata Fifi sambil terbahak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.