Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (19): Biksu Muda

Kompas.com - 28/08/2008, 07:17 WIB

           “Kami berasal dari sebuah kuil kecil di Qinghai,” kata seorang biksu muda bertopi segitiga, “Kuil kami tak terkenal, di desa terpencil. Setiap bulan kami mendapat uang 150 Yuan dari pemerintah untuk biaya hidup. Kalau di Lhasa atau Shigatse, di kuil-kuil besar, gaji biksu dan lama jauh lebih mahal lagi, bisa sampai ribuan Yuan.”

Biksu muda ini, bersama keempat rekannya, datang dari kampung halaman mereka di provinsi Qinghai sampai ke Lhasa dengan berjalan kaki. Pilgrimage, ziarah, adalah bagian penting dalam ritual Budha Tibet. Ziarah ke tempat suci adalah perjalanan pembersihan diri. Lhasa, dengan istana Potala, adalah salah satu tujuan ziarah terpenting seumur hidup.

Yang mampu, berjalan kaki dari rumah, menempuh ribuan kilometer pegunungan tinggi. Yang lebih religius lagi, menyembah dan merangkak sepanjang jalan. Sesampai di hadapan Potala, mereka menyembah dengan menjatuhkan tubuh di tanah. Walaupun di dalam Potala sudah tak ada Dalai Lama, hanya kumpulan turis yang membayar mahal dan patung-patung yang dipajang.

           “Perjalanan ini begitu berarti buat kami,” kata drapa itu, “Kami datang dengan jalan kaki selama tiga belas hari, tinggal di penginapan murah, dan pulang menumpang kendaraan. Uang kami tak tersisa banyak. Tetapi setidaknya, salah satu keinginan hidup – melihat Potala dengan mata kepala sendiri – sudah tercapai.”

          “Saya ingin ketemu Dalai Lama,” kata biksu muda lainnya, umurnya baru 20 tahun, “Tahun kemarin, saya sudah mencoba menyelundup, dari Qinghai hingga ke Tibet, berusaha keluar dari negeri China. Tetapi sial, di perbatasan Nepal saya tertangkap tentara China.. Akhirnya saya dikirim balik ke Lhasa, dipulangkan ke Qinghai, dipenjara, dapat peringatan keras. Tetapi saya tak takut, suatu saat nanti akan saya coba lagi.”

Menyebut nama Dalai Lama di Tibet adalah hal yang teramat sensitif. Menyimpan fotonya bisa masuk penjara. Tetapi di luar garis batas Tibet, di provinsi Qinghai aturannya lebih longgar. Walaupun di sana komunitas orang Tibet juga cukup besar, tetapi tidak ada larangan untuk menyimpan foto Dalai Lama. Para biksu muda ini memendam kerinduan yang mendalam untuk bergabung dengan sanak saudara Tibet dan Dalai Lama di pengasingan.

Mereka masih muda. Ziarah bagi mereka bukan hanya perjalanan spiritual, tetapi juga melihat warna-warni ibu kota yang megah dan modern ini. Di hadapan Potala mereka tersenyum bahagia, memanggil fotografer keliling untuk memotret mereka berpose di hadapan Istana Potala – perjalanan yang telah lama mereka impikan.

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com