Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (47): Pernikahan Seorang Kawan

Kompas.com - 07/10/2008, 07:51 WIB

Kami berpura-pura hendak beristirahat, akhirnya berhasil juga membujuk Deepak dan kawannya itu pulang. Lepas juga dari incaran mereka. Setelah yakin kedua orang itu sudah tak ada di sekitar hotel, kami mengendap-endap ke arah bukit di utara.

Pedesaan Gorkha seperti Indonesia. Bentuk bukit-bukit hijau diselimuti awan mengingatkan saya pada lanskap Sumatra. Kaum perempuan di desa ini suka memakai sarung, yang motifnya persis sama dengan di Indonesia.

Di pasar desa, barisan sarung batik dijajar. Labelnya masih belum dilepas, tertulis besar-besar dalam bahasa Indonesia: “Terima kasih atas kepercayaan Bapak/Ibu/Saudara yang telah memilih hasil produksi kami.” Sembilan puluh persen buatan Yogyakarta. Sisanya produk Singapura dan Malaysia.

Nuansa Asia Tenggara lebih kental lagi. Anak-anak sekolah dasar Nepal seragamnya persis sama dengan seragam SD Indonesia – baju putih, bawahan merah, bahkan dasinya pun merah. Dua jam jalan santai di perkampungan, kami sudah berjumpa enam lelaki yang fasih berbahasa Melayu.

          “Macam bukan ada di Nepal saja, macam lagi di Malaysia. Seram betul,” komentar Lam Li.

Mengenai fenomena banyaknya pekerja Nepal di Malaysia, saya teringat waktu di Bhaktapur seorang pemuda menyatakan impiannya untuk bekerja ke Malaysia memperbaiki nasib. Tetapi visa Malaysia mahal sekali. Untuk visa kerja, dia harus merogoh 2.000 dolar, sedangkan visa turis pun 500 dolar.
         
          “Mungkin ini memang karma untuk dilahirkan jadi orang miskin di Nepal,” keluhnya.

Setidaknya, kami menemukan petunjuk yang menguatkan kecurigaan Lam Li terhadap taktik Deepak.

          “Tak mungkin ada pernikahan di sini sekarang,” kata seorang penduduk desa, “karena sebentar lagi adalah festival Dasain, pemujaan Durga. Orang Nepal tak menyelenggarakan pernikahan dua bulan ini, sampai perayaan Dasain usai.”

Pernikahan di Gorkha mungkin memang akal-akalan si Deepak. Tetapi kami sudah tak peduli lagi. Bisa berada di sini pun, menemukan ‘Indonesia’ dan ‘Malaysia’ tersembunyi di perbukitan Nepal, kami sudah teramat girang.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com