Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (81): Pasar Unta

Kompas.com - 24/11/2008, 10:36 WIB

Saya melihat lebih banyak pedagang hewan daripada pembeli. Bahkan lebih banyak turis daripada pembeli unta, yang tersedot magnet promosi gencar Rajasthan Tourism Board yang menggambarkan festival unta Pushkar Mela sebagai perayaan unik tiada dua. Bagaimana para pedagang ini boleh meraih keuntungan kalau ada ribuan penjual dan hanya ratusan pembeli saja?

Belum lagi harga sewa yang mahal. Jangan pikir ini padang pasir gersang yang luas dan hanya kepulan debu. Seperti halnya ketamakan yang menyelimuti seluruh Pushkar di hari-hari festival, sepetak tempat untuk para pedagang mendirikan kemah di tengah gurun pun tidaklah gratis. Ribuan Rupee juga bayarnya.

Pagi hari, ketika matahari masih kemerahan, padang pasir Pushkar sudah hiruk pikuk oleh jeritan unta, ringkik kuda, lenguh sapi, dan embik kambing. Asap mengepul dari perapian yang dibikin para pengembara gurun. Yang perempuan membikin chapati – roti tipis – di atas wajan datar. Yang laki-laki, duduk dengan santai di sekeliling api, menyeruput dhupati – teh susu manis – yang hangat. Tubuh mereka dibalut selimut tebal. Surbannya melilit gagah, dan kumis hitam tebal melinting garang.

Sejauh mata memandang, hanya hamparan unta, kemah, pria bersurban, dan perempuan berbaju dengan warna mencolok mata yang hilir mudik. Kalau dilihat dari tempat yang sedikit tinggi, pemandangan ini full frame, tak ada satu ruang pun yang tersisa.

Selain pedagang dan pembeli hewan, kelompok lain yang datang ke sini adalah perempuan dan gadis gurun Rajasthan. Berkulit hitam, kulit dekil penuh debu, rambut sedikit pirang atau kemerahan. Bajunya cantik menyala, wajahnya dipenuhi hiasan yang berlebihan besar dan banyaknya, seperti pemberontakan bangsa gurun terhadap kemonotonan padang pasir gersang. Mereka mengusung kendi atau bak besar di atas kepala, berkeliling padang di sela-sela unta dan kuda.

Apa yang dicari? Tak lain dan tak bukan, kotoran unta kering yang bentuknya bundar-bundar seperti kelereng hitam. Seorang perempuan pengumpul kotoran, sekali keliling bisa memperoleh ratusan butir. Kemudian bulatan-bulatan hitam ini dijemur di tanah lapang, dijual lagi sebagai bahan bakar. Unta-unta ini, bahkan dengan hasil ekskresinya, masih menghidupi ratusan mulut manusia lainnya.

Debu halus membiaskan sinar matahari yang semakin terik. Manusia padang gurun tenggelam dalam histeria jeritan unta dan lenguhan sapi. Gurun kering ini menaburkan mimpi keberuntungan dan rejeki melimpah di hari festival Kartik Purnima.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com