Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (85): Perang Omlet

Kompas.com - 28/11/2008, 09:54 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Siapa yang tak kenal Lonely Planet? Tampaknya hampir semua backpacker yang berkeliaran di India berpegang teguh pada buku tebal yang sudah menjadi seperti kitab suci ini. Tetapi  siapa sangka Lonely Planet juga sudah mempengaruhi pasar di India?

Jodhpur, kota biru Rajasthan, adalah salah satu magnet turis India. Kota ini dibanjiri oleh wisatawan dari berbagai kelas, mulai dari penghuni hotel bintang lima di puri kuno sampai backpacker kere penghuni losmen murah. Dari Pushkar yang masih ramai dan mahal, saya datang bersama Lam Li, menyusuri gang kota Jodhpur yang menyesatkan untuk mencari penginapan yang sesuai dengan cekaknya kantong kami.

Kami mengunjungi lebih dari empat losmen. Setiap kali kami datang melihat losmen, yang pertama kali diperlihatkan kepada kami bukan kamar, melainkan kitab tebal berisi testimoni para tamu yang pernah menginap di sini. Guest Book, buku tamu, adalah alat promosi ampuh untuk menarik pelanggan. Yang namanya tercantum dalam kitab suci Lonely Planet dengan bangga menulis di plakat, “We are in Lonely Planet.” Yang tidak pun tetap optimistis, seraya berkata, “Kami masih baru, jadi masih belum terdaftar di Lonely Planet. Tapi jangan khawatir dengan pelayanan kami!”

Sebegitu pentingnyakah terdaftar di Lonely Planet? Mungkin, karena pengunjung losmen seperti ini adalah backpacker miskin yang tidak mau tahu apa-apa lagi selain yang tertulis dalam 'kitab suci' itu.

Bukan hanya penginapan, bahkan kios omelet pun punya buku tamu. Di pintu gerbang ghanta ghar alias menara jam Jodhpur – landmark kota ini, ada dua kios omelet. Yang satu punya plakat besar, “Omelette ShopHighly Recommended by Lonely Planet.” Yang satunya lagi tidak.

Di tempat yang direkomendasikan oleh Lonely Planet ada tujuh atau delapan turis bule yang menikmati omelet dengan penuh keharuan, seperti menikmati makanan lezat yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Di kios sebelahnya, hanya ada satu wanita Jepang yang juga makan dengan takzim.

Saya dan Lam Li menuju ke kios yang sepi karena kami punya prinsip untuk menghindarai semua toko yang direkomendasikan oleh buku itu. Wanita Jepang itu langsung tersenyum lebar, “Oishiiii neee.... enak sekali!!!” katanya dalam bahasa Jepang. Bahkan orang Jepang pun mengira kami berasal dari negaranya. Setidaknya saya mulai bisa memaafkan tukang rickshaw India yang selalu berteriak “Japani! Japani!”

Tukang masak omelet masih pemuda belasan tahun. Bukannya menunjukkan menu warungnya dulu, malah sibuk menunjukkan tiga buah buku tebal yang penuh tanda tangan, pesan dan kesan dari segala macam bahasa di dunia.

          “Kami masih baru, masih belum terdaftar di Lonely Planet,” serunya, “tetapi jangan khawatir, rasa omelet di sini pasti tidak kalah. Kalian dari mana? Dari Jepang ya? Ini, baca ini, tulisan orang Jepang. O, bukan orang Jepang ya? Orang China? Ini, ada tulisan bahasa China. Baca ini...” Tangannya sibuk membolak-balik buku tebal itu.
           “OK. OK. Tetapi kami cuma mau omelet,” saya memelas.
           “Iya. Kami memang belum terdaftar di buku itu. Tapi jangan khawatir, tahun depan, kios kami pasti masuk dalam buku panduan itu.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com