Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Pelabuhan di Jakarta

Kompas.com - 14/03/2009, 12:12 WIB

Kompas.com - Lahir sebagai kota pelabuhan yang sibuk di awal abad 16,  Sunda Kalapa memiliki pelabuhan bernama sama, Sunda Kalapa saat berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda. Saat dikuasai oleh Fatahillah pada 1527 pelabuhan itu berubah nama menjadi Pelabuhan Jayakarta. Saat VOC menguasai Jayakarta dan nama kota diubah menjadi Batavia pada 1619 nama pelabuhan itu pun ikut berubah menjadi Pelabuhan Batavia. Setelah itu, nama Sunda Kelapa digunakan lagi hingga kini.

Pada tahun 1883 Batavia sudah memiliki dua pelabuhan, yaitu Pelabuhan  Batavia atau Sunda Kelapa dan Pelabuhan Tanjungpriok. Pelabuhan Tanjungpriok ini dibangun setelah terusan Suez dibuka pada 1819 sehingga hubungan melalui laut semakin ramai dan bongkar muat barang menjadi lebih singkat.

Akibatnya Pelabuhan Sunda Kelapa tidak mampu menampung kapal besar dari berbagai penjuru dunia maka kemudian diputuskan membangun pelabuhan lain di sebelah timur Sunda Kelapa, ya Tanjungpriok tadi. Dalam buku Sejarah Teluk Jakarta milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI disebutkan, pembangunan pelabuhan memakan waktu antara tahun 1877 dan 1883.

Memasuki abad 20, ternyata pelabuhan ini pun tak cukup lagi menampung kapal yang datang sehingga selama kurun waktu 1910-1917 pelabuhan ini diperluas. Fungsi pelabuhan pertama yang terletak di sebelah barat berdekatan dengan stasiun keretaapi dipergunakan oleh kapal-kapal dari Koninklijk Paketvaart Maatschappij dan Burus Philip Line. Sedangkan pelabuhan kedua khusus kapal pengangkut penumpang dari maskapai Nederland Rotterdamsche Loyd Ocean.

Di masa itu perahu-perahu kecil, tongkang, menjadi alat pengangkut barang dari pelabuhan ke luar yaitu ke tempat tujuan. Tongkang itu menggunakan Kali Ciliwung dan Ancol sebagai jalur yang juga sibuk.

Di tahun 1975 Pelabuhan Sunda Kelapa akhirnya menjadi pusat kegiatan bongkar muat kayu, meski Tanjungpriok juga melayani bongkar muat kayu. Pada 1990 Pelabuahn Sunda Kelapa ditetapkan sebagai pelabuhan tradisional yang mengacu pada upaya pelestarian kegiatan khususnya kegiatan bongkar muat kayu.

Selain dua pelabuhan besar itu, Jakarta masih punya pelabuhan lain, sekitar 2,5 km di sebelah timur Pelabuhan Tanjungpriok, yaitu Pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan ini semual tak bisa digunakan untuk tambat karena tak memiliki dermaga dan alurnya dangkal. Lumrah karena diperuntukkan bagi kapal kecil. Namun kemudian Pelabuhan Tanjungpriok dan Pelayaran Rakyat (Pelra) membangun dermaga untuk Kalibaru.

Di tahun 1952 mulailah orang menetap di kawasan ini. Perahu yang semula membawa barang dagangan seperti ikan, kelapa, jeruk ahirnya didominasi oleh kayu. Kala lokalisasi pelacuran Kramat Tunggak masih ada, pelacur pun merambah ke perahu-perahu di sini.

Untuk melengkapi napak tilas pelabuhan di Jakarta, Pelabuhan Marunda tak boleh tertinggal meski pelabuhan ini terbilang baru. Pelabuhan kayu Marunda semula adalah desa pantai dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan. Sebelum 1977, di sini terdapat pelabuhan pendaratan ikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com