Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (165): Negeri Para Petarung (1)

Kompas.com - 24/03/2009, 06:26 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

 

 

Dari segala kisah-kisah aneh yang saya dengar di sini, tidak ada yang lebih tidak masuk akal daripada cerita tentang orang Kandar, suku petarung di puncak gunung.

Kandar adalah sebuah desa kecil terletak di puncak bukit yang terlihat di belakang Noraseri. Jaraknya cuma empat kilometer, naik turun gunung, dan butuh waktu tiga jam untuk mencapainya. Walaupun demikian, bagi sebagian besar orang normal, Kandar sama sekali bukan tempat yang bisa dikunjungi.

Ada apa dengan Kandar? Namanya tersohor di seluruh pelosok perbukitan. Tak ada orang Noraseri yang tak kenal desa kecil di atas sana itu. Bahkan di kota pasar Pattika dan Muzaffarabad yang jauh di bawah sana, semua orang pernah mendengar nama desa ini.

          “Walaupun cuma empat kilometer jauhnya,” kata Rashid, sukarelawan dari Islamabad, “orang Kandar sudah nampak jauh berbeda dari penampilan fisiknya. Mereka selalu berjalan ke mana-mana dengan tongkat kayu. Tongkat ini selalu siap untuk memukul orang. Mereka juga menggantungkan syal di leher.” Saya jadi terbayang pejuang Pashtun di Afghanistan, apalagi nama Kandar mirip dengan Kandahar, kota lahirnya Taliban.

“Kalau Afghanistan punya Kandahar, maka Kashmir punya Kandar,” Rashid melanjutkan, “orang-orangnya sama-sama suka perang.” Tanggal 12 Januari 2006, pernah kejadian orang Kandar membajak helikopter yang mengangkut bala bantuan, sampai-sampai semua organisasi kemanusiaan enggan bekerja di desa puncak gunung itu.

Bagaimana mungkin penduduk desa terpencil, mayoritas tidak terpelajar, dan tidak ikut terbang, bisa membajak sebuah helikopter? Susah sekali membayangkan kejadian ajaib ini. Rashid berkisah, orang-orang Kandar dengan beringasnya memanjat tali tambang yang terjulur dari helikopter. Pilot yang tak berdaya diturunkan dari helikopter, dan barang bala bantuan langsung menjadi rebutan.

          “Bukan hanya NGO yang malas bekerja di Kandar. Orang Kandar sendiri pun menolak kedatangan organisasi mana pun untuk mendistribusikan barang bantuan. Mereka maunya membagi-bagi jatah bantuan ke Kandar menurut kemauan mereka sendiri. Susah sekali bekerja dengan orang-orang macam itu.”

Sejak kejadian helikopter yang dibajak dengan penuh beringas, bantuan ke Kandar kini dialihkan ke Harama, terletak di kaki bukit di bawah Noraseri. Di Harama ada landasan helikopter. Orang Kandar sekarang harus berjalan kaki lima kilometer melalui medan gunung yang susah untuk mengambil sendiri bahan bantuan di Harama. “Walaupun demikian, karakter asli mereka yang suka bertarung tidak hilang begitu saja. Sebagai ‘tamu’ di desa Harama, mereka berkelakuan tetap seperti orang Kandar – berkelahi untuk berebut bahan bantuan.”

Perkelahian orang Kandar tidak hanya terbatas dalam masalah-masalah pelik macam barang bantuan bencana. “Bahkan di pesta pernikahan pun mereka berkelahi,” kata Paman Bashir, tetangga sebelah kamp kami. Paman Bashir bercerita, suatu hari ia pernah diundang ke pesta pernikahan orang Kandar. Sudah susah payah naik gunung jauh-jauh, sesampainya di sana, bukannya dijamu malah dibentak-bentak. Para tamu diusir keluar, karena tuan rumah mau makan semua masakan terlebih dahulu. Baru setelah mereka selesai makan, para tamu dipaksa masuk untuk menyantap makanan sisa.

          “Mereka orang ajaib,” lanjut kakek Bashir tentang acara pernikahan aneh itu, “bukan hanya berebut makanan dengan para tamu, mereka pun berebutan sesama mereka sendiri. Hanya demi sepotong ayam dan seiris daging, tak jarang pesta malah berubah menjadi ajang pukul-pukulan.”

Saya memutuskan untuk ke Kandar, mencari tahu siapa orang Kandar sebenarnya.

          “Apa kamu gila?” teriak Samera, putri Haji Sahab, “jangan ke sana! Nanti kamu bisa mati.”

          “Orang-orang Kandari itu semua harami, anak haram!” dokter Zaman menatap saya serius dengan matanya yang besar. Jenggot putih dan mulut yang terkatup menambah tingkat keseriusannya.

Hanya satu orang yang mendukung sepenuhnya cita-cita saya menuju Kandar. Farman Shah, seorang terkemuka di desa Noraseri, pemeluk Syiah dan berperut buncit. Orang bilang di dalam perutnya ada tiga bayi yang sudah 20 tahun tidak lahir juga. Dengan tubuhnya yang besar, saya yakin Farman bisa jadi bodyguard yang handal. Ia punya banyak teman di Kandar. Farman juga orang partai, pendukung setia Benazir Bhutto, dan sudah barang tentu dihormati di pelosok gunung sini. Bersamanya ke Kandar pasti aman.

          “Kapan pun kamu mau berangkat ke Kandar, saya selalu siap!” demikian janji Farman.

          “Hati-hati dengan Farman,” dokter Zaman mengingatkan, “ia orangnya agak licik. Bisa-bisa karena malas mendaki ke Kandar, kamu malah dibawa ke desa lain. Toh kamu juga tidak tahu mana yang Kandar mana yang bukan.”

Saya menyimpan nasihat dokter Zaman dalam hati.

Pukul 7:45 saya sudah siap di rumah Farman, 15 menit terlambat dari janji semula. Saya kira masih cukup normal di Pakistan, yang jam karetnya lebih parah daripada Indonesia. Tetapi tidak untuk urusan makan. Karena terlambat, Farman sudah makan duluan.

Akhirnya kami berjalan bersama meninggalkan Noraseri. Jalan belakang gunung ini cukup panjang, datar, dan tidak terlalu susah. Kecuali di beberapa tempat yang kena longsoran dari puncak, jalan tertutup tumpukan batu-batu. Saya paling susah kalau lewat jalan seperti ini. Seram sekali kalau harus melintasi tumpukan bongkahan batu sedangkan di bawah sana jurang menganga dan dari puncak sana batu besar bisa turun setiap saat.

          “Cepat! Cepat!” kata Farman menyoraki. Melintasi daerah longsoran memang harus cepat, karena tanah tidak stabil dan longsor masih bisa terjadi. Saya malah merangkak dengan kedua telapak tangan di atas bebatuan seperti bayi baru belajar berjalan.

Perjalanan ke negeri para petarung memang membutuhkan sejumput lebih banyak jiwa petualang.

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Jalan Jalan
Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Travel Update
5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com