Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciputra dan Sejarah Penderitaan Rakyat Manado

Kompas.com - 20/04/2009, 08:55 WIB

Kehadiran stasi Jalan Salib di kaki patung Kristus Memberkati yang  dibangun di kawasan Citraland Manado, Sulawesi Utara, bukan hanya  diharapkan sebagai tempat wisata religi. Monumen yang terletak di atas bukit itu juga mencatat sejarah penderitaan rakyat Manado, khususnya pada masa penjajahan Jepang 1942-1945.

Itu memang sengaja dihadirkan oleh Ciputra sebagai pendiri obyek  wisata religi, khususnya untuk umat Kristiani.  Saat meresmikan Jalan  Salib di kompleks itu, beberapa waktu lalu, Ciputra secara detail  menjelaskan,  di ujung jalan salib, tepatnya di bawah kaki Kristus  Memberkati,  dibuat relief dan patung-patung penderitaan warga Manado  yang mengalami kekejaman Jepang.

Ada empat patung yang menggambarkan penderitaan itu.  Satu di antaranya seorang ibu yang menggendong anak balita telanjang. Meski keseluruhan tubuh patung dicat putih, tetap kelihatan ekspresi ibu itu yang begitu sendu dan sedih serta menderita. Ia seolah memikirkan bagaimana nasib masa depan si anak balita kurus dan telanjang, yang  menggambarkan kemiskinan orangtuanya.

Kehadiran patung ibu dan anak yang menderita ini semakin menemukan bukti kebenarannya, dengan pengakuan Ciputra sendiri bahwa ayahnya, Tji Sien Poe, seorang  pedagang kecil meninggal di tahanan Jepang.

Patung di sebelahnya, wujud lelaki tampan gambaran orang sukses. Dua patung yang yang dibuat di Bogor sejak tahun 1947 itu seperti ada hubungannya. Dari ibu dengan bayinya yang lunglai terpuruk di tanah,  berubah menjadi lelaki tampan yang sukses dalam kehidupan. Patung-patung itu memang ingin berkata tentang hakikat penderitaan menuju sebuah kebangkitan.
    
"Di kompleks wisata religi ini, saya memang ingin mengangkat penderitaan orang Manado agar selalu ingat akan penderitaan. Orang yang tahu penderitaan pasti akan selalu mendapat berkat," kata Ciputra.

Barangkali senapas dengan yang diharapkan Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundayang saat meresmikan proyek itu. Monumen tersebut bukan  sekadar penunjang infrastruktur berkait dengan keberadaan kompleks  perumahan yang dibangaun Ciputra di kawasan itu. Bangunan itu diharapkan benar-benar menjadi refleksi iman yang tulus dari  pembuatnya. Monumen diharapkan menjadi tempat perenungan perjuangan manusia dalam menghadapi penderitaan.

Pengertian lebih jauh dari refleksi iman yang diungkapkan  Sarundayang adalah tempat ini bukan sekadar ikon wisata agama, tetapi lebih dari itu. Keberadaannya bisa menjadi refleksi universal bahwa tempat ziarah religi itu juga bisa melahirkan perenungan sosial kepada masyarakat.

Karena itulah, saat ziarah di tempat ini kita juga bisa menyaksikan sejarah sosial kemasyarakatan, bisa menyaksikan sebuah penderitaan hidup. Atas penderitaan itu manusia harus berusaha bagaimana menuju kepada kebangkitan.

Hal itu tampaknya yang diharapkan Ciputra dalam bukunya, Manusia  Unggul yang Disertai Tuhan. Bagaimana kita harus menjadi bangkit dari penderitaan, kemudian menjadi manusia unggul yang tidak sekadar mengandalkan otak, tetapi juga memiliki spirit religiusitas.

Inspirasi

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Jalan Jalan
75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

Travel Update
5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

Travel Update
Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Travel Update
Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Travel Update
Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Travel Update
DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

Travel Update
Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Travel Update
Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Jalan Jalan
Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Travel Update
Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Travel Update
Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Travel Update
Usai Turbulensi Fatal, Singapore Airlines Ubah Aturan Makan di Pesawat

Usai Turbulensi Fatal, Singapore Airlines Ubah Aturan Makan di Pesawat

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terkini TMII, Tempat Wisata Favorit di Jakarta

Harga Tiket Masuk Terkini TMII, Tempat Wisata Favorit di Jakarta

Travel Update
Jam Buka Cibubur Garden Eat & Play di Hari Kerja atau Libur

Jam Buka Cibubur Garden Eat & Play di Hari Kerja atau Libur

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com