DENPASAR, KOMPAS.com - Pelaku pariwisata di Bali menyesalkan tindakan anarkis massa Paguyuban Jasa Wisata Bali (PJWB) dalam unjuk rasa yang berujung pada pengrusakan puluhan taksi Blue Bird dan sejumlah fasilitas milik pemerintah. Mereka juga mengecam aksi sweeping yang menurunkan paksa penumpang Blue Bird di tengah jalan, padahal sebagian diantara penumpang tersebut adalah wisatawan asing.
“Kejadian tersebut bukan saja mencoreng citra pariwisata, tapi wisatawan pun menjadi was-was naik taksi pasca tragedi kemarin,” ujar wakil Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) cabang Badung, Made Rudika, di Denpasar, Rabu (9/6/2010).
“Agar kasus ini tidak berlarut-larut Pemerintah Provinsi Bali harus cepat mengambil sikap dengan memberikan win-win solution,” katanya.
Rudika juga menanggapi soal keberadaan taksi di Bali yang dinilai cukup membengkak. “Kami akui jumlah taksi di Kuta cukup membengkak. Pukul 01.00 yang seharusnya Kuta bebas macet, namun kondisinya justru seperti di siang hari, macetnya bukan main karena banyak taksi yang parkir di tengah jalan menunggu wisatawan selesai dugem,” keluhnya.
“Karena ini permasalahan perut, pemerintah diharapkan memiliki regulasi yang jelas soal legalitas taksi agar persaingan bisnis menjadi lebih sehat,” kata Rudika.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.