Magelang, Kompas -
”Abu vulkanik Merapi memiliki kadar asam dengan pH 4-5,3 sehingga berbahaya karena batu candi dapat lapuk,” kata Direktur Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Yunus Satrio Atmoji di Magelang, Kamis (11/11).
Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Nahar Cahyandaru, mengatakan, pembersihan candi akan dilaksanakan dari puncak bangunan ke lantai dasar candi. Tahap pertama pembersihan kering, yakni timbunan abu Merapi pada arca dan stupa akan diangkat dengan menggunakan spatula plastik.
Selanjutnya pencucian batuan candi menggunakan air dan sikat halus. Untuk menetralisir kadar asam abu Merapi yang menempel pada batu candi, arca dan stupa yang dibersihkan itu akan diolesi natrium bikarbonat (soda kue). ”Setelah itu, arca dan stupa dibungkus plastik,” katanya.
Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Marsis Sutopo mengatakan, setelah erupsi Merapi menurun dan statusnya diturunkan jadi waspada, pihaknya akan membilas seluruh arca dan stupa. ”Pembilasan ini juga untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan meski bahan natrium bikarbonat ini tak berbahaya bagi manusia dan candi,” ujarnya.
Pembersihan candi ditargetkan selesai sebulan dengan mengerahkan 64 tenaga pemelihara candi dan sukarelawan. Tenaga sukarelawan akan dilatih lebih dulu. ”Kami mengandalkan tenaga pemelihara lebih dulu, baru merekrut sukarelawan,” katanya.
Direkrut pula mahasiswa pencinta peninggalan sejarah dan purbakala. ”Ada kolega dari Belanda, Jepang, dan Australia menawarkan diri sebagai sukarelawan, tetapi kami belum menanggapi. Kalau terlalu banyak orang, bisa merusak candi,” kata Yunus. Sukarelawan juga akan membersihkan candi lainnya.