Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Pesona Chiang Mai bagaikan Bob Dylan

Kompas.com - 22/12/2010, 15:22 WIB

Oleh: Irma Tambunan

KOMPAS.com — Gejolak politik di Thailand boleh jadi masih terus berlanjut. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan semangat pemerintah setempat menggaet wisatawan untuk berkunjung. Berbagai promosi gencar dilakukan, termasuk menjadikan Chiang Mai sebagai tujuan utama wisata setelah Bangkok, Phuket, dan Pattaya.

If Chiang Mai were a person, it would be Bob Dylan.” Kalimat ini diucapkan Deputy Governor for International Marketing Tourism Authority of Thailand Sansern Ngaorungsi sedikit banyak menggambarkan besarnya tekad Thailand untuk menghidupkan Chiang Mai dalam ingatan setiap orang.

Sebagai contoh, pada 1-5 Desember lalu, Departemen Pariwisata Thailand mengundang hampir 1.000 agen perjalanan dan media dari belasan negara untuk menghadiri Chiang Mai Tourism Forum. Pada acara tersebut, buyers dan sellers di sektor pariwisata saling bertemu.

Tuan rumah menawarkan berbagai obyek wisata menarik untuk dikunjungi. Tidak hanya sampai di meja forum, para tamu juga diantar untuk melihat langsung pesona Chiang Mai, yang terletak di dataran tinggi Thailand sebelah utara.

Peserta forum asal Indonesia, terdiri atas enam agen perjalanan, serta lima media, termasuk Kompas, mengunjungi kekayaan ekowisata Chiang Mai, seperti Maesa Elephant Camp yang merupakan tempat konservasi dan pelatihan gajah. Di sini, kami dapat menikmati hutan tropis dari atas punggung gajah yang tingginya rata-rata dua meter. Petualangan bersama gajah itu berlangsung hampir satu jam menuju permukiman suku-suku pedalaman. Siangnya, kami menuju Queen Sirikit Botanic Garden yang memiliki begitu banyak koleksi tanaman.

Keesokan hari, kami menyusuri Taman Nasional Doi Inthanon, wilayah gunung tertinggi di Thailand, dan merupakan bagian dari pegunungan Himalaya. Pada ketinggian 2.656 di atas permukaan laut terdapat sepasang stupa yang dibangun untuk menghormati raja dan ratu Thailand. Dilanjutkan pada sore harinya, kami mengeksplorasi ragam suvenir dan oleh-oleh khas Chiang Mai di Walking Street sepanjang 800 meter.

Kompas juga menyempatkan diri mengunjungi kota tua peninggalan Kerajaan Lanna, yang berkuasa pada abad XIII. Masih tampak jelas benteng berbatu bata kuno memagari kota yang memiliki sekitar 300 candi dan kuil peribadatan Buddha. Malam harinya, kami mengisi waktu untuk melihat sejumlah pasar malam di pusat kota yang buka dari pukul 18.00 hingga pukul 24.00.

Hampir seluruh kunjungan ini menarik. Namun, menurut Sansern, obyek-obyek yang kami datangi ini barulah sebagian pesona yang mereka tawarkan. Pihaknya telah merancang Chiang Mai sebagai surga bagi para pencinta alam, penggemar olahraga, penikmat spa, dan para pengagum sejarah.

Ia mencontohkan, bagi penggemar olahraga golf, Chiang Mai telah menyiapkan paket-paket liburan golf dengan koleksi 12 padang golf yang sebagian besar berlokasi di resor. Sementara itu, jasa spa bertebaran di berbagai sudut Chiang Mai. Jasa spa bahkan dibuka di tengah pasar malam.

Untuk memperkuat promosi pariwisata, pihaknya akan menggelar 11 event berskala internasional pada tahun depan. Itu diawali dengan Chiang Mai Flowers Festival dan Chiang Mai Drum Festival pada Februari, dan berlanjut dengan International Adventure Sports Festival. Bulan berikutnya, pihaknya menggelar Songkram Festival, kemudian Festival Golf selama Mei hingga Juni. Festival Makanan Internasional dan Gebyar Diskon digelar selama bulan Juli. Yang tak kalah unik digelar pada 10-11 November adalah Yi Peng festival Lights and Flowers Celebration. Terakhir adalah Royal Park Expo yang akan berlangsung selama November 2011 hingga Februari 2012.

Tidak sampai di situ, Thailand bahkan bertekad berencana membangun pusat pameran dan pertemuan berskala internasional yang dapat memuat lebih dari 3.000 pengunjung tahun 2012.

Chairman Advisory of Chiang Mai Tourism Forum 2011 Songvit Ittipattanakul menyatakan, jumlah wisatawan berkunjung ke Chiang Mai saat ini mencapai 5 juta orang. Sebagian besar dari mereka adalah turis domestik sebanyak 3,5 juta wisatawan, dan sisanya mancanegara, seperti Korea, Taiwan, Malaysia, Singapura, dan sejumlah negara di Eropa.

Songvit optimistis jumlah wisatawan ke Chiang Mai akan terus bertambah. Pengecualian pada tahun ini, target wisatawan stagnan, disebabkan faktor ketegangan politik dalam negeri. Namun, untuk tahun depan, wisatawan ditarget naik setidaknya 10 persen.

Tingkat pendapatan dari sektor ini juga ditarget naik dari Rp 12 triliun menjadi sekitar Rp 15 triliun pada tahun depan. Jumlah sebesar itu menyumbang 40 persen pendapatan asli daerah (PAD) setempat. Dananya kemudian dikelola kembali untuk terus mengembangkan sektor pariwisata Chiang Mai.

Wisatawan Indonesia

Meski Pemerintah Thailand telah cukup agresif mengembangkan sektor pariwisata di Chiang Mai, sejumlah agen perjalanan dalam negeri belum berani mengemas wisata ke Chiang Mai sebagai paket destinasi tunggal. Pasalnya, turis baru akan melirik Chiang Mai apabila paket wisata dipadu dengan destinasi ke ibu kota negeri ini, yakni Bangkok, yang telah jauh menggeliat.

Executive Vice President PT Globalindo Kreasi Wisata Osean Untung mengatakan, Chiang Mai cukup menarik untuk dikunjungi. Namun, ekowisata yang diandalkan Chiang Mai masih kalah dibandingkan dengan wisata belanja dan hiburan di Bangkok dan Pattaya. Untuk itu, pihaknya harus mengombinasikan paket agar turis berminat juga mengunjungi Chiang Mai. ”Chiang Mai harus dipadu dengan kunjungan ke Bangkok agar wisatawan tertarik,” tuturnya.

Hal senada dikemukakan Mariska dari Panorama Tour. Ia mengatakan telah menjual secara ritel paket perjalanan ke Chiang Mai, tetapi peminatnya tidak banyak. Tahun lalu, hanya tiga grup yang berangkat. Adapun pada tahun ini belum ada peminat destinasi tersebut. ”Orang Indonesia punya selera belanja, makanya ekowisata seperti di Chiang Mai kurang diminati,” katanya.

Meski demikian, Osean dan Mariska menyatakan bahwa sejumlah destinasi baru yang ditawarkan Chiang Mai, seperti wisata golf serta sejumlah walking street yang menjadi surga belanja bagi kalangan turis, akan menjadi nilai tambah daerah ini.

Dengan demikian, jika terus dikembangkan, tidak mustahil Chiang Mai dapat menjadi destinasi tunggal bagi wisatawan, tanpa harus bergantung pada Bangkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com