Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asti Kleinsteuber dan Kelenteng Kuno

Kompas.com - 28/01/2011, 13:27 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia mengenal China sebagai salah satu peradaban tertua umat manusia. Para pedagang Tiongkok pada abad-abad pertama banyak mendatangi sejumlah kawasan termasuk Indonesia.

Tak hanya pedagang, para ilmuwan Tiongkok pun ikut menyebar pengetahuan mereka di daratan nusantara. Salah satunya adalah budidaya padi. Karena itu di Jakarta terdapat kelenteng bernama Padi Lapa. Kelenteng ini merupakan kelenteng para pedagang beras dan minyak asal suku Hakka. Ada pula kelenteng pertukangan bernama Lu Pan. Kelenteng-kelenteng tua yang tersebar di Indonesia berhasil ditangkap Asti Kleinsteuber melalui buku setebal 420 halaman berjudul "Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia".

"Perlu waktu dua tahun dan ada lebih dari 100 kelenteng. Lebih banyak kelenteng dari daerah Jawa dan Sumatera. Sedikit dari Kalimantan," jelas Asti di acara peluncuran bukunya tersebut di Balairung Gedung Sapta Pesona Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, Kamis (27/1/2011). Buku full colour tersebut juga dilengkapi foto-foto dokumentasi karya Syafri Munardi.

Asti yang seorang penulis dan pemerhati budaya peninggalan sebelumnya telah membuat buku mengenai istana-istana yang ada di Indonesia. Kali ini, Asti membuat buku bertema kebudayaan China di Indonesia. Tak hanya ia menceritakan detail mengenai kisah setiap kelenteng, ia pun menuturkan sejarah dan tradisi China di Indonesia. Selain itu ia pun mengangkat aspek sosial seperti di beberapa kelenteng masyarakat sekitar mayoritas beragama Islam.

Kelenteng-kelenteng tua yang ia tampilkan rata-rata berusia lebih dari 100 tahun. Ia mengenali kelenteng-kelenteng tersebut sebagai tua berdasarkan sejarahnya yang ia kumpulkan dari literatur maupun cerita lisan. Selama dua tahun lebih, ia menelusuri satu per satu kelenteng-kelenteng tua itu. Sebagian besar kelenteng tua telah mengalami renovasi.

Buku tersebut ditulis dalam tiga bahasa, Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Sehingga ada rencana buku tersebut juga akan beredar di luar Indonesia. Ia pun menuturkan bahwa buku "Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia" bisa memberi efek pada pariwisata.

"Saya harap akan meluas ya. Karena saya memang saya ingin mengkonsentrasikan kepada budaya dan tradisi Indonesia," katanya.

Hal senada juga diungkapkan Dirjen Pemasaran Kemenbudpar, Sapta Nirwandar. Ia mengatakan buku karya Asti tersebut dapat mempromosikan budaya Indonesia.

"Sekaligus buku ini dapat memacu orang untuk bisa datang ke Indonesia maupun wisatawan nusantara, untuk melihat kelenteng-kelenteng," katanya.

Menurut Sapta, target yang sesuai adalah wisatawan China, wisatawan China yang ada di luar negara China, dan juga wisatawan nusantara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com