Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Pulau Kelor Lihat Benteng Martello

Kompas.com - 15/04/2011, 16:20 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Pagi hari di Muara Kamal, Jakarta, sampan-sampan tradisional merapat berjejeran dengan rapi. Mereka bersiap membawa rombongan peserta wisata sejarah "Historical Island Adventure (HIS)" yang diadakan oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI). Kepulauan Seribu, Jakarta, menyimpan kisah sejarah besar yang menjadi cikal bakal nasib masyarakat nusantara selama beratus tahun.

Pulau Kelor, Pulau Cipir, dan Pulau Onrust adalah pulau-pulau kesatuan yang disatukan oleh sejarah mulai dari masa awal kedatangan orang Belanda, masa kolonial Belanda, penjajahan Jepang, hingga masa kemerdekaan. Para peserta HIS akan berpetualang menelusuri pulau-pulau tersebut. Selain ketiga pulau tersebut, Pulau Bidadari dan Pulau Edam pun kental akan sejarah kolonial Belanda.

Pulau pertama yang disambangi adalah Pulau Kelor. Apakah Anda pernah melihat foto benteng di tengah pulau yang disebut-sebut sebagai Pulau Onrust? Nyatanya, benteng tersebut berada di Pulau Kelor. Benteng Martello tersebut berdiri gagah menatap laut dari berbagai sisi. Ada tiga benteng Martello di Kepulauan Seribu yaitu di Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Bidadari. Namun, benteng Martello di Pulau Kelor yang masih benar-benar utuh. Bahkan di Pulau Onrust, Anda tidak akan bisa melihat benteng tersebut, hanya tersisa fondasinya saja.

Martello merupakan menara untuk tujuan militer berbentuk lingkaran yang biasanya dilengkapi dengan senjata yang bisa manuver 360 derajat untuk menembak musuh. Menurut Pendiri KHI Asep Kambali yang juga sering menjadi pemandu wisata sejarah menyebutkan bahwa Martello di Pulau Kelor seperti Martello yang ada di Inggris.

"Benteng ini anti meriam. Bata merah yang menyusun benteng ini lebih kuat daripada bahan bata yang ada sekarang. Ini batanya bahan lokal dari Tangerang. Sebenarnya Martello ini hanya bagian dalamnya. Aslinya benteng dari sana," kata Asep sambil menunjuk ke tepi pulau yang benar-benar langsung menyentuh laut. Lokasi yang ditunjuknya itu kini hanya berupa batu-batu pondasi. Asep menceritakan benteng tersebut hancur karena terjangan tsunami akibat letusan Gunung Krakatau di tahun 1883.

"Pulau ini pulau kuburan. Kalau gundukan-gundukan ini digali, banyak tengkorak di dalamnya," ujarnya.

Ia menuturkan banyak tahanan politik yang dihukum mati di Pulau Onrust atau di Pulau Cipir, lalu dikubur di Pulau Kelor. Pun pribumi yang jatuh sakit dan mati di Pulau Onrust dan di Pulau Kelor. Mereka berakhir di Pulau Kelor. Sama seperti namanya, pulau ini sangat kecil. Selebar daun kelor, begitu sebuah ungkapan berbunyi.

Beberapa beton pemecah ombak tampak terpancang di tepian. Pulau tersebut memang mengalami abrasi. Sehingga makin ke sini, Martello makin bersentuhan dengan laut. Sedihnya, separuh dari luas pulau ini hilang. Namun ada satu hal yang unik. Pulau tak berpenghuni tersebut ternyata didiami oleh kucing-kucing liar. Dari manakah kucing-kucing ini mendapat makanan? Asep berkata para pemancing yang biasa memancing di Pulau Kelor sering memberi ikan hasil tangkapan mereka. (Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    Jalan Jalan
    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    Hotel Story
    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Jalan Jalan
    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

    Jalan Jalan
    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Travel Tips
    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    Jalan Jalan
    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Jalan Jalan
    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Jalan Jalan
    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Travel Tips
    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    Travel Tips
    Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

    Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

    Travel Update
    8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

    8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

    Travel Tips
    Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

    Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

    Travel Update
    10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

    10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

    Travel Tips
    Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

    Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com