Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jantung" Kehidupan Orang Sumba

Kompas.com - 30/05/2011, 14:21 WIB

Rumah rato disebut juga rumah nale. Rumah itu ibarat ”rumah sakit” warga kampung. Jika ada warga kampung yang sakit berat, ibu sulit melahirkan, warga kampung ingin bepergian jauh, pembahasan upacara pernikahan, dan perang antarkampung harus dilakukan di rumah rato itu.

Bibit padi, jagung, kacang, atau tanaman lain disimpan di bagian loteng, tempat tinggal para leluhur atau merapu. Bibit ini mendapat berkat dari leluhur agar menghasilkan buah yang berlimpah untuk kesejahteraan warga.

Kubur batu yang mengelilingi kampung adat sebagai lambang perlindungan leluhur. Sampai 1950-an selalu terjadi perang antarsuku (kampung). Perang itu melibatkan fisik, juga menyertakan kekuatan gaib antarleluhur kampung. Di sini, hubungan harmonis dan kedekatan dengan leluhur sangat menentukan.

Pelaksanaan pasola (perang tanding dua kelompok suku) selalu mendapat petunjuk leluhur. Itu diawali dengan munculnya nale. Kehadiran nale dipadukan dengan mimpi sang rato dan posisi bulan, tepat tegak di atas rumah adat rato itu.

Setiap bahan bangunan dari kampung adat diambil dari hutan. Tidak boleh menggunakan paku, seng, besi, atau semen. Tiap bahan bangunan yang diambil mendapat izin dari leluhur agar rumah itu tak mendatangkan bencana bagi penghuninya. Meski memiliki ketinggian sampai 30 meter, rumah-rumah itu tidak ambruk diterjang angin kencang.

Rumah rato memiliki tiga tiang utama yang disebut tiang payanu, simbol norma dan hukum (keadilan), ”mataku” simbol keadilan, matangu uhu wei manu, simbol kesejahteraan di bidang pertanian dan peternakan. Kepemimpinan rato harus mencerminkan norma hukum, nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perlindungan, dan kesejahteraan warga.

Menara rumah disebut kawuku uma atau hindi marapu, tempat tinggal para arwah leluhur, anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Di puncak ini disimpan arca-arca leluhur, harta benda, dan benda purbakala yang memiliki nilai mitis magis.

Bukabhani merupakan kampung adat tertua di Sumba Barat Daya (SBD). Rato Nggeru Ndongu sebagai pemimpin semua rato dari sejumlah kampung adat. Ia memiliki kemampuan khusus, seperti meramal suatu peristiwa yang bakal terjadi, atau membaca tanda-tanda alam.

Berangsur sirna

Sampai 1970-an, kampung adat Bukabhani diyakini sebagai kampung terkeramat, dipercaya memiliki kekuatan supernatural. Bayangan para tamu dari luar tidak boleh menyentuh kubur batu yang berserakan di kampung adat itu. Sang rato harus membacakan doa (mantra) sebelum tamu-tamu masuk kampung. Jika tidak, sang tamu akan mendapat celaka setelah pulang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com