Sementara itu, target pengangkutan penumpang KRL 1,2 juta orang per hari malah molor dari tahun 2014 menjadi tahun 2019.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT KCJ, kata Makmur, telah menjajaki kemungkinan mendapatkan pasokan 1.000 unit kereta dari Jepang. Selama ini, tambahan KRL memang menggantungkan pada impor kereta bekas dari Jepang.
Pada masa mendatang, tidak menutup kemungkinan kereta yang didatangkan adalah kereta baru, baik dari luar negeri maupun produksi dalam negeri.
Impor kereta bekas pada masa mendatang tidak terbatas pada kereta yang sudah habis masa pakainya di Jepang, tetapi bisa saja kereta yang umur operasinya belum terlalu lama. ”Kami berkejaran dengan waktu untuk meningkatkan kapasitas angkut penumpang KRL,” kata Makmur.
Kebutuhan KRL mendatang tergolong besar karena sebagian armada yang ada saat ini sudah tidak andal lagi.
Dari data Balai Yasa Manggarai, tercatat 449 kali gangguan pada kereta yang menyebabkan terjadi pembatalan perjalanan kereta sepanjang tahun 2010. Pada semester pertama tahun 2011, pembatalan perjalanan kereta akibat kerusakan kereta mencapai 116 kasus.
Pada kesempatan sebelumnya, Executive Vice President (EVP) Unit Pelaksana Teknis Balai Yasa Manggarai Djoko Hardianto mengatakan, KRL yang beroperasi di Jabodetabek terdiri atas berbagai merek. ”Ada merek yang agak rentan dan sering rusak, antara lain KRL merek Holec,” tutur Djoko.
Total ada 128 unit KRL merek Holec yang digunakan untuk KRL ekonomi. Di Balai Yasa Manggarai, terdapat 54 unit
Usia armada kereta yang beroperasi saat ini juga banyak yang sudah tua. Dari 100 unit kereta ekonomi, 76 unit di antaranya mulai beroperasi tahun 1987 atau sebelumnya.