Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fulus dari Bisnis Menjaga Kepala Bayi Tetap Mulus

Kompas.com - 11/08/2011, 15:24 WIB

KOMPAS.com - Christophorus yang akrab disapa Olus mengaku sebagai satu-satunya produsen bantal kesehatan bayi di Tanah Air. Dengan merek Olus Pillow, dia berhasil mengembangkan penjualan bantal hingga ke berbagai kota besar di Indonesia. Omzet Olus pun bisa mencapai Rp 18 juta per bulan.

Produk perawatan dan kesehatan bayi semakin bervariasi. Seperti yang ditawarkan oleh Christophorus yang akrab disapa Olus yang memproduksi bantal kesehatan khusus bayi sejak 2009 lalu.

Bantal kesehatan bayi dengan merek Olus Pillow ini dipercaya mampu mencegah rambut pitak dan kepala peyang. Mengawali pemasaran di Bandung, bantal kesehatan bayi ini dianggap sebagai terobosan karena belum memiliki pesaing di dalam negeri.

Bantal buatan Olus ini bisa digunakan bayi yang baru lahir hingga usia sembilan bulan. Olus Pillow dapat membantu membentuk kepala sang buah hati menjadi bulat sempurna. "Sehingga tidak akan ada lagi penyesalan di kemudian hari," tutur Olus.

Ia mengaku mendapat ilmu pembuatan bantal kesehatan bayi dari seorang dosen di sebuah universitas negeri di Bandung. Berbekal pengetahuan dari dosen itulah, Olus mulai mengembangkan dan memasarkan sendiri bantal kesehatan bayi. Dia juga melakukan penyempurnaan dari segi material. "Saat ini, Olus Pillow bebas dari unsur dan proses kimia," imbuh ayah satu anak ini.

Setelah melakukan banyak trial and error, Olus yang dulunya bekerja sebagai general manager di salah satu restoran di Bandung ini akhirnya berhasil memformulasikan bantal kesehatan bayi yang tidak membahayakan pemakainya.

Dengan modal awal sebesar Rp 3 juta, dia kemudian membekali orang kepercayaannya untuk membuat dan menyuplai bahan baku bantal. Selanjutnya bantal itu dibelinya kembali untuk dijual dengan pemberian sentuhan akhir berupa sarung bantal.

Bantal kesehatan bayinya mendapat respons positif dari masyarakat. Bahkan, permintaan bantal terus meningkat. Saat ini, dia sanggup memenuhi 300 unit pesanan bantal kesehatan bayi per bulan. Tak hanya di Bandung, Olus Pillow juga merambah Jakarta, Surabaya, Palembang, Gresik, Yogyakarta, dan Medan.

Dengan harga Rp 60.000 per buah, Olus bisa meraup omzet sekitar Rp 18 juta per bulan. Saat ini dia berencana untuk terus mengembangkan pasar bantal kesehatan bayinya ke Denpasar, Bali. Di Pulau Dewata itu, dia membidik lima toko perlengkapan bayi besar. Jika rencana itu berhasil, maka akan menambah titik distribusi Olus Pillow yang saat ini sudah ada di 41 toko.

Dari jumlah toko tersebut, ia mengaku, konsumen paling banyak berasal dari Bandung. Bahkan, hampir 90 persen toko perlengkapan bayi di Bandung telah menjadi langganannya. Dengan sistem konsinyasi, maka keuntungan penjualan harus dibagi antara dia dan pemilik toko.

Untuk distribusi di luar Bandung dan Jakarta, toko diharuskan membayar sejumlah uang sebagai deposit. Toko nantinya akan ditunjuk sebagai distributor dan agen sehingga bisa melakukan penjualan kepada reseller. Selain penjualan langsung, Olus juga menjual via internet.

Untuk menjaga kepuasan pelanggan, Olus berusaha untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas meskipun ia belum pernah mendapat keluhan dari pemakai produknya. "Selama ini tidak pernah ada keluhan baik mengenai mutu barang atau pengiriman barang yang tidak sampai. Kalau soal mutu saya berani jamin," ujarnya.

Ia mengaku telah mencobakan bantal kesehatan kepada putrinya sendiri. Ia membuktikan, jika dulu kepala sang putri sempat peyang, setelah rajin memakai bantal kesehatan Olus Pillow, saat ini kepala putri tercintanya itu telah kembali enak dipandang. "Karena itulah saya yakin dengan kualitasnya," ujar Olus. (Dea Chadiza Syafina/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Festival Gelar Budaya Hari Nelayan Palabuhanratu Ke-64 di Sukabumi, Ada Atraksi Akrobatik

Festival Gelar Budaya Hari Nelayan Palabuhanratu Ke-64 di Sukabumi, Ada Atraksi Akrobatik

Travel Update
11 Kewajiban Pendaki Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi Demi Keselamatan

11 Kewajiban Pendaki Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi Demi Keselamatan

Travel Update
6 Tips Berkunjung ke Kebun Binatang dengan Balita

6 Tips Berkunjung ke Kebun Binatang dengan Balita

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di Taman Satwa Cikembulan, Catat Jadwal Show

Aktivitas Seru di Taman Satwa Cikembulan, Catat Jadwal Show

Jalan Jalan
Gunung Kelimutu Waspada, Wisata ke Danau Kelimutu Dibatasi

Gunung Kelimutu Waspada, Wisata ke Danau Kelimutu Dibatasi

Travel Update
Cara Menuju ke Taman Satwa Cikembulan Garut Jawa Barat

Cara Menuju ke Taman Satwa Cikembulan Garut Jawa Barat

Jalan Jalan
5 Wisata Sejarah Dekat Candi Borobudur, Destinasi Penggemar Sejarah

5 Wisata Sejarah Dekat Candi Borobudur, Destinasi Penggemar Sejarah

Jalan Jalan
Harga Tiket Masuk Terbaru di Taman Satwa Cikembulan

Harga Tiket Masuk Terbaru di Taman Satwa Cikembulan

Jalan Jalan
Taman Satwa Cikembulan, Kebun Binatang Favorit Keluarga di Garut

Taman Satwa Cikembulan, Kebun Binatang Favorit Keluarga di Garut

Jalan Jalan
4 Wisata Dekat Pasar Kreatif Jawa Barat di Bandung, Wisata Edukasi dan Sejarah

4 Wisata Dekat Pasar Kreatif Jawa Barat di Bandung, Wisata Edukasi dan Sejarah

Travel Update
Hujan Misterius Terjadi di Dalam Kabin Pesawat JetBlue A320

Hujan Misterius Terjadi di Dalam Kabin Pesawat JetBlue A320

Travel Update
Desa Lauterbrunnen di Swiss Akan Pungut Biaya Masuk Akibat Lonjakan Wisatawan

Desa Lauterbrunnen di Swiss Akan Pungut Biaya Masuk Akibat Lonjakan Wisatawan

Travel Update
Spot Sunrise Dekat Candi Borobudur, Sekalian Kunjungi

Spot Sunrise Dekat Candi Borobudur, Sekalian Kunjungi

Jalan Jalan
Jumlah Penumpang di Stasiun Malang Saat Libur Waisak Naik 37 Persen

Jumlah Penumpang di Stasiun Malang Saat Libur Waisak Naik 37 Persen

Travel Update
Tarif Masuk ke Venesia Belum Efektif Kurangi Lonjakan Jumlah Wisatawan

Tarif Masuk ke Venesia Belum Efektif Kurangi Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com