Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benahi Keamanan KRL

Kompas.com - 21/08/2011, 01:55 WIB

Jakarta, Kompas  - Rian Hardiansyah (18) kehilangan lima jari kaki kanannya setelah terlempar dari kereta rel listrik ekonomi Jakarta-Bogor akibat didorong perampas telepon genggamnya. Hal ini harus disikapi PT Kereta Api Indonesia dengan membenahi pengamanan KRL.

”Jari-jari kaki anak saya enggak bisa dipertahankan lagi karena sudah hancur,” tutur Zainal Arifin (40), ayah Rian, setelah operasi amputasi jari kaki anaknya di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (20/8).

Zainal membawa Rian ke RS PMI, Kota Bogor, Jumat malam, setelah pagi harinya Rian sempat dirawat di Rumah Sakit Bakti Yudha, Depok. Manajemen Stasiun Depok merujuk Rian ke rumah sakit itu. Rian ditemukan terjatuh dari kereta rel listrik (KRL) ekonomi Jakarta-Bogor saat melintasi Stasiun Depok-Citayam.

Kejadian itu berawal saat Rian yang duduk di dekat pintu KRL mengeluarkan telepon genggam. Tiba-tiba, seseorang merebutnya dari tangan Rian. Rian berupaya mempertahankan telepon genggamnya hingga ia terlempar dari KRL. Akibatnya, tubuh bagian kirinya lebam, sementara jari kaki kirinya rusak parah akibat terjepit sesuatu.

Tulang punggung keluarga

Wawan (39), paman Rian, mengatakan, keponakannya menggunakan KRL ekonomi sejak 10 bulan lalu setelah diterima bekerja di Hotel Borobudur, Jakarta. Setelah bekerja, Rian juga menjadi tulang punggung keluarga untuk membantu biaya sekolah dua adiknya yang masih SMP dan SD. Ayahnya hanya seorang sopir angkutan kota rute Bojonggede-Parung, Kabupaten Bogor, dengan penghasilan Rp 30.000-Rp 50.000 per hari. Ibunya tidak bekerja.

”Rian juga sering menyisihkan sebagian upahnya untuk biaya kuliah nanti. Kemauannya begitu besar untuk kuliah pariwisata, tetapi saya enggak sanggup membiayai. Entah bagaimana kelanjutan nasib anak saya setelah ini,” tutur Zainal Arifin.

Kasus semacam itu bukan hanya sekali itu terjadi. Akhir Januari lalu, Ardi Rizki (17), siswa SMK Al Muajirin, Bekasi, didorong dari kereta oleh dua orang yang hendak merampas telepon genggamnya saat kereta melintas di Pasar Ikan, Jakarta Utara. Ia terluka di bagian kepala dan kaki kanan, dari lutut ke bawah, hilang (Kompas, 4/2/2011).

KAI harus menyikapi

Menurut Djoko Setijowarno, pemerhati kereta api dari Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, kejadian tersebut harus ditanggapi manajemen PT KAI dengan meningkatkan keamanan KRL hingga mencapai standar pelayanan minimum (SPM) seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api.

Dalam SPM yang diberlakukan sejak Februari itu disebutkan, petugas keamanan minimal seorang untuk menjaga dua kereta. Artinya, jika satu rangkaian terdiri atas delapan kereta, minimal ada empat petugas keamanan. Standar pintu juga diatur, minimal 95 persen sesuai standar teknis. KRL nonekonomi (commuter line) standar pintu sudah lebih baik karena menutup saat perjalanan. Tidak demikian dengan KRL ekonomi.

”Seharusnya enam bulan setelah pemberlakuan SPM, Agustus ini, ada evaluasi. Ini harus jadi momentum pembenahan. Jika perlu, subsidi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan, ya dilakukan saja,” tuturnya.

Sekretaris PT KAI Commuter Jabodetabek Makmur Syaheran menuturkan, dengan adanya kasus yang menimpa Rian tidak bisa serta-merta diartikan bahwa KRL tidak aman atau rawan kejahatan. Menurut dia, pihaknya sudah berupaya memperbaiki keamanan KRL, tetapi masih kerap terkendala fasilitas dan biaya. Dengan jumlah penumpang KRL ekonomi yang begitu banyak dan kerap berjubel, pintu kereta sulit ditutup karena bisa memancing masyarakat bertindak anarki.

”Untuk KRL commuter line, kami sudah menambah personel keamanan. Operasionalisasi KRL ekonomi itu langsung di bawah PT KAI Daerah Operasi I karena ada kandungan PSO (public service obligation)-nya,” tutur Syaheran.

Biaya perawatan dan pengobatan Rian, menurut Syaheran, akan ditanggung karena PT KAI sudah bekerja sama dengan PT Jasa Raharja. (GAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com