Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Jejak Nenek Moyang Kita

Kompas.com - 12/10/2011, 04:19 WIB

Rute selatan

Penelitian sebelumnya—dimuat dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (1999)—menyimpulkan bahwa Homo sapiens dari Afrika yang menjadi nenek moyang manusia modern bermigrasi lewat tiga rute: Oseania, Asia yang sebagian lagi berlanjut ke Amerika, dan Eropa. Temuan pada mitokondria DNA yang diwariskan dari kromosom ibu dikonfirmasi dengan filogeni kromosom Y yang hanya ada pada pria.

Selanjutnya studi genetik Konsorsium Pan-Asian SNP yang selesai tahun 2009 menemukan, jalur utama migrasi manusia modern ke Asia adalah melalui Sunda Besar yang sekarang dikenal sebagai kawasan Asia Tenggara. ”Temuan ini melawan arus besar teori migrasi yang menyebutkan bahwa nenek moyang kita berasal dari Asia bagian utara,” kata Sangkot.

Selama ini, migrasi Homo sapiens ke Asia dipercaya berasal dari tempat singgah mereka di kawasan Timur Tengah dan berlangsung dalam dua gelombang. Gelombang terbesar berjalan melintasi stepa Eurasia dan kemudian berbelok ke selatan melalui daratan Asia. Gelombang kedua yang dianggap tidak berperan penting bergerak melewati pesisir selatan memutari India menuju Indonesia, Malaysia, Filipina, sebelum ke Pasifik.

Namun, studi terakhir membuktikan keragaman genetik justru makin berkurang dari selatan ke utara. Sebagian besar kode genetik yang ditemukan di Asia Timur ternyata lebih banyak lagi ditemukan di selatan. Artinya, Homo sapiens bermigrasi ke Asia hanya dalam satu gelombang melalui rute pesisir selatan (Science, 2009).

Tempat persinggahan utama mereka adalah Sunda Besar. ”Dengan demikian, Asia Tenggara-lah sumber geografis utama populasi Asia Timur dan Asia Utara,” ujar Sangkot.

Apabila dikaitkan dengan letusan Toba, temuan itu juga menunjukkan bahwa nenek moyang kita ternyata mampu bertahan dari bencana dahsyat yang berpotensi memusnahkan kehidupan.

”Skenario survival tersebut didukung bukti dari rekam jejak DNA pada populasi di kawasan Wallacea yang menunjukkan campuran gen dengan populasi dari kawasan Sunda Besar. Selain itu, ada temuan fosil dan peninggalan manusia purba di Gua Niah, Sarawak. Dari umurnya, temuan Niah mengindikasikan bahwa mereka tidak musnah karena letusan Toba,” papar dr Herawati Sudoyo, MS, PhD, Deputi Direktur Lembaga Eijkman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

    6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

    Travel Tips
    3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

    3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

    Jalan Jalan
    Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

    Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

    Travel Update
    Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

    Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

    Travel Update
    Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

    Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

    Travel Update
    7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

    7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

    Hotel Story
    6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

    6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

    Jalan Jalan
    7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

    7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

    Jalan Jalan
    Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

    Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

    Travel Update
    Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

    Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

    Travel Update
    Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

    Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

    Travel Tips
    Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

    Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

    Travel Update
    Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

    Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

    Travel Update
    Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

    Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

    Jalan Jalan
    Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

    Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com