Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Gempa Susulan

Kompas.com - 14/10/2011, 02:27 WIB

Jakarta, Kompas - Gempa susulan dari gempa yang mengguncang Bali dan sekitarnya pada hari Kamis (13/10) harus diwaspadai. Pasalnya, gempa besar di Tohoku, Jepang, yang magnitudonya mencapai 9,1 skala Richter diawali gempa bermagnitudo 7,3 skala Richter, dua hari sebelumnya.

Gempa yang terjadi kemarin bermagnitudo 6,8 skala Richter (SR), berjarak 143 kilometer dari Denpasar, dengan titik koordinat 9,89 lintang selatan dan 114,53 bujur timur di Samudra Hindia dengan kedalaman 10 kilometer.

Gempa Bali kemarin juga perlu diwaspadai karena bisa diikuti patahan lain yang terpengaruh energi yang dilepas gempa Bali.

Demikian disampaikan ahli seismologi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung, Sri Widiyantoro, dan Kepala Pusat Gempa dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Suhardjono, kepada Kompas, kemarin.

Menurut Sri Widiyantoro, gempa 6,8 SR tersebut disebabkan oleh sesar aktif yang panjangnya 50 kilometer. Gempa tersebut diakibatkan tumbukan antarlempeng (thrust); antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. ”Gempa ini masih satu sistem dengan gempa-gempa di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur,” tutur Widiyantoro.

Belajar dari Tohoku

Sri Widiyantoro menggarisbawahi gempa Tohoku yang terjadi pada 11 Maret 2011. Gempa itu menyebabkan tsunami hebat dalam sejarah Jepang.

”Pada gempa itu, tiga segmen pecah berbarengan sehingga magnitudonya 9,0 skala Richter. Para ahli gempa terkaget-kaget karena dari sejarahnya, gempa terkuat di situ 8,0 skala Richter,” tutur dia. Ia menambahkan, kejadian beberapa segmen pecah berbarengan amat jarang terjadi.

Menurut Widiyantoro, gempa susulan harus diwaspadai. ”Catatan historis bukan segalanya. Kalau suatu gempa periodenya 200 tahun, berarti belum ada catatannya. Secara historis, magnitudo gempa Bali tak melebihi gempa Sumatera,” kata dia.

Sementara itu, Suhardjono mengatakan, gempa Bali berpotensi mendorong patahan yang menuju utara Bali hingga utara Flores. Sejarah kegempaan mencatat, gempa besar pernah terjadi pada patahan itu di utara Flores dengan 7,2 SR, 12 Desember 1992. Gempa di patahan Flores (1992) menimbulkan tsunami besar yang menyapu Pulau Babi. Korban tewas sebanyak 2.100 orang.

Sementara itu, Subandono Diposaptono, pakar tsunami yang juga Direktur Pesisir dan Lautan Kementerian Kelautan dan Perikanan, menjelaskan, gempa kemarin itu memenuhi syarat terjadinya tsunami karena pusat gempa di laut dan gempanya berkekuatan lebih dari 6,5 SR, serta kedalaman pusat gempanya kurang dari 50 kilometer.

Namun, tsunami tidak terjadi karena tidak ada deformasi vertikal dasar laut yang mampu mengangkat massa air laut.

(LUk/HEI/INK/NAW/YUN/ISW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com