Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Sejarah di Pasar Rakyat

Kompas.com - 23/10/2011, 06:23 WIB
Nur Hidayati & Yulia Sapthiani

KOMPAS.com - Mari kita jalan-jalan ke Pasar Gede, Solo; Pasar Beringharjo, Yogyakarta; Pasar Ikan, Jakarta; dan Pasar Kintamani, Bali. Dari pasar-pasar itu, orang bisa ”belanja” sejarah. Kita menikmati situs paling nyata untuk melihat perubahan sosial bangsa.

Siang itu cukup terik di Kota Solo. Dari dalam Pasar Gede, terdengar gamelan. Atmosfer Jawa pelan-pelan merambat dan membawa suasana jadi sejuk. Angin semilir pun bertiup dari kisi-kisi bangunan pasar yang dibangun dengan perhitungan saksama oleh Thomas Karsten (1884-1945).

Gamelan di Pasar Gede pada Selasa (18/10/2011) siang itu ditabuh oleh 18 pedagang. Setiap hari pukul 14.00-16.00 sebagian pedagang menutup kios dan los dagangan mereka untuk berlatih menabuh gamelan. Seperangkat gamelan jawa yang tersimpan di satu ruangan pasar dibeli dari hasil iuran dan sumbangan para pedagang setempat.

Bukan hanya berkarawitan. Sejak dua tahun lalu, para pedagang di pasar tersebut juga berolahraga sore dengan melakukan senam, renang, bahkan fitness. Mereka secara bergiliran akan menuju ke lantai dua di sisi timur bangunan pasar untuk berolahraga. ”Kami kan juga mau sehat,” ujar Win, seorang mbakyu bakul buah.

Ruang yang terasa lapang itu melegakan Nuril (34) yang menggandeng dua anaknya, Caca (5) dan Cika (3), serta menggendong Cila (8 bulan) ke pasar. Tak hanya berbelanja jeruk di pedagang langganannya, ia malah disuguhi empat teh botol dingin. Pedagang jeruk yang dikunjunginya tak lain ibu dari bekas muridnya dulu di taman kanak-kanak. Mereka lalu bertukar kabar dalam keriuhan pasar.

Pasar Gede Hardjonagoro—biasa disebut Pasar Gede atau Sargede saja oleh wong Solo—dibangun tahun 1929 di atas tanah milik Keraton Kesunanan Surakarta dan diresmikan setahun kemudian. Pasar ini disebut sebagai salah satu masterpiece Thomas Karsten, arsitek keturunan Belanda yang merancangnya.

Sejarawan dari UNS Solo, Soedarmono, mengingatkan, ”pasar gede” sebenarnya merupakan jejak yang bisa ditemukan di setiap bekas Kerajaan Mataram, seperti Hardjonagoro di Solo, Beringharjo di Yogyakarta, juga pasar di Kotagede yang menjadi cikal bakal Keraton Mataram.

Dalam budaya Mataram, keraton, pasar, dan masjid berhubungan dalam relasi segitiga keseimbangan hidup. ”Pasar sebagai simbol matahari terbit atau kegiatan pagi harus ada di sebelah timur keraton, sedangkan masjid merupakan simbol matahari terbenam yang harus ada di sebelah barat keraton,” ujar Soedarmono.

Pasar ini dibangun di lingkungan permukiman warga peranakan Tionghoa di Solo. Di lokasi yang sama, sebelumnya tumbuh pasar dan kelenteng tempat ibadah warga peranakan itu. Sampai saat ini, Kelenteng Tien Kok Sie berdiri berdampingan dengan pasar. Di Pasar Gede pula, beberapa tahun ini puncak perayaan Imlek digelar dengan lingkungan yang berhias lampion dan diramaikan atraksi barongsai.

Pasar Gede sampai saat ini tetap bertahan sebagai pusat grosir buah. Pasar ini memasok buah-buahan hingga ke Purwodadi, Cepu, Sragen, Kediri, Ngawi, Madiun, Wonogiri, Pacitan, Klaten, dan Yogyakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Liburan ke Jakarta Aquarium & Safari, Ada Bajak Laut dan Kapibara

Liburan ke Jakarta Aquarium & Safari, Ada Bajak Laut dan Kapibara

Travel Update
5 Tempat Liburan Keluarga di Bandung, Ada yang Cocok untuk Piknik

5 Tempat Liburan Keluarga di Bandung, Ada yang Cocok untuk Piknik

Jalan Jalan
Promo Libur Sekolah di Rivera Outbound & Edutainment Bogor, mulai Rp 65.000

Promo Libur Sekolah di Rivera Outbound & Edutainment Bogor, mulai Rp 65.000

Travel Update
231 Penerbangan di Bandara AP II Layani Kepulangan Jemaah Haji

231 Penerbangan di Bandara AP II Layani Kepulangan Jemaah Haji

Travel Update
Ada Usulan Kenaikan Tarif Pungutan Turis Asing di Bali, Sandiaga: Harus Dilihat Dulu

Ada Usulan Kenaikan Tarif Pungutan Turis Asing di Bali, Sandiaga: Harus Dilihat Dulu

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Sungai Maron Pacitan

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Sungai Maron Pacitan

Travel Update
Taman Aglaonema Terbesar Indonesia di Sleman, Ini Jam Buka dan Harga Tiket Masuknya

Taman Aglaonema Terbesar Indonesia di Sleman, Ini Jam Buka dan Harga Tiket Masuknya

Travel Update
Visa Kunjungan Jangka Pendek di Kepulauan Riau Akan Diumumkan Segera

Visa Kunjungan Jangka Pendek di Kepulauan Riau Akan Diumumkan Segera

Travel Update
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Kemenparekraf Dorong Tingkatkan Kunjungan Wisman

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Kemenparekraf Dorong Tingkatkan Kunjungan Wisman

Travel Update
Jumlah Pengunjung Gunung Telomoyo Pecahkan Rekor pada Juni 2024, Tembus 63.126 Orang

Jumlah Pengunjung Gunung Telomoyo Pecahkan Rekor pada Juni 2024, Tembus 63.126 Orang

Travel Update
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Sektor Parekraf Bisa Apa?

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Sektor Parekraf Bisa Apa?

Travel Update
5 Tempat wisata anak di Jakarta yang murah, di Bawah Rp 50.000

5 Tempat wisata anak di Jakarta yang murah, di Bawah Rp 50.000

Jalan Jalan
Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”

Dorong Wisatawan Liburan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf Gandeng Tasya Kamila Luncurkan TVC “Libur Telah Tiba”

Travel Update
Ada Diskon Traveloka hingga 68 Persen untuk Liburan Sekolah 2024

Ada Diskon Traveloka hingga 68 Persen untuk Liburan Sekolah 2024

Travel Update
Konser Musik di Tangerang Ricuh, Sandiaga: Jangan Sampai Citra Baik Konser Dicoreng

Konser Musik di Tangerang Ricuh, Sandiaga: Jangan Sampai Citra Baik Konser Dicoreng

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com