Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyu, Ubur-ubur, dan Bawah Laut Derawan

Kompas.com - 25/10/2011, 05:10 WIB

 Oleh Harry Susilo

Belasan tukik penyu hijau (Chelonia mydas) itu mengibas-ngibaskan tungkainya saat dilepas di Pantai Sangalaki ketika gelap mulai datang. Mereka bergerak menuju lautan lepas dan menghilang di balik sapuan gelombang. ”Melepas tukik (anak penyu) ini rutin kami lakukan,” kata Wiliyanto, petugas Taman Wisata Alam Sangkali.

Dengan diterangi pancaran lampu headlamp (senter kepala), tukik yang berusia empat hari itu dilepaskan satu per satu oleh para petugas konservasi. Menyaksikan tukik yang bersiap menjelajah lautan lepas rasanya seperti melihat anak balita yang mulai belajar berjalan.

Sangalaki adalah salah satu pulau yang terdapat di gugusan kepulauan Derawan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Memasuki bulan Juli-September, puluhan makhluk berkarapas itu setiap harinya beringsut merayap ke Pantai Sangalaki saat malam hari untuk bertelur.

Bulan Juli-September merupakan masa puncak bagi penyu untuk bertelur di Sangalaki. Di luar bulan tersebut, hanya sekitar 10-12 ekor penyu yang singgah. ”Setelah telur ditinggalkan, kami memindahkannya ke dalam tempat penangkaran agar aman,” ucap Williyanto, akhir September.

Selain Sangalaki, ada Pulau Maratua, Derawan, Bilang-Bilangan, dan Blambangan, yang juga menjadi tempat persinggahan penyu hijau. Di samping menuju pantai untuk bertelur, penyu kadang hanya menepi di pinggir pulau untuk mencari makanan di tengah padang lamun atau memamah daun pisang yang sengaja diletakkan warga.

Menyebut Derawan seolah lekat dengan keberadaan penyu hijau. Namun, masih banyak keelokan lain di gugusan pulau di timur Borneo ini. Setidaknya ada dua alasan lain kenapa wisatawan mengunjungi Derawan, yakni melihat ubur-ubur tanpa sengat dan menyelami keindahan bawah lautnya. ”Belum lengkap jika tidak mendapatkan ketiganya,” kata Arif Hadianto, salah satu pengunjung yang rutin ke Derawan.

Tak bersengat

Ubur-ubur yang kehilangan daya sengatnya ini hidup di sebuah danau payau yang terletak di tengah Pulau Kakaban. Pulau karang ini dikelilingi perairan jernih nan memukau dengan padang lamun dan terumbu karang di bawahnya. ”Danau payau seperti ini hanya ada dua di dunia, yakni di Kakaban dan Pulau Palau di Micronesia,” kata Juhriansyah, pimpinan LSM Bestari, yang bergerak dalam bidang advokasi lingkungan di Kepulauan Derawan.

Eksotisme tersebut tidak hanya menyedot turis lokal, tetapi juga daya tarik bagi wisatawan asing. Seperti Orion Expedition Cruise, kapal pesiar Australia yang singgah di Pulau Kakaban dan membawa sekitar 90 penumpang, akhir September silam.

”Pulau ini begitu sempurna. Pemandangannya indah dan tak berpenghuni. Klien kami sangat senang berada di sini,” kata Harry Christensen, pimpinan ekspedisi Orion. Kapal pesiar yang menawarkan paket 10 hari berwisata keliling Asia Tenggara dan Australia ini hanya singgah sekitar satu jam di pulau karang itu.

Saat tiba di Kakaban, rasa penasaran memuncak untuk segera menyaksikan ubur-ubur tanpa sengat ini. Benar saja, ketika danau payau berwarna hijau telur asin itu sudah di depan mata, tampak makhluk kecil menyerupai cendawan yang seolah beterbangan di dalam air bergerak ke sana-kemari. Begitu memegangnya, tidak ada sengatan sama sekali!

Terdapat empat spesies ubur-ubur tanpa sengat yang berada di Kakaban, yakni ubur-ubur bulan (Aurelia aurita), ubur-ubur totol (Mastigias papua), ubur-ubur kotak (Tripedalia cytospora), dan ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata).

Meskipun rasa penasaran terbayar, tentunya tidak lengkap jika ke Derawan hanya melihat penyu dan ubur-ubur. Bagi para penyelam, menyaksikan keindahan bawah laut Derawan yang kaya akan beragam ikan dan terumbu karang justru menjadi tujuan utama. Umumnya, para scuba diver memilih perairan Maratua atau Sangalaki sebagai lokasi penyelaman.

Adalah ikan pari manta (Manta birostris) yang paling banyak dicari penyelam saat berada di Sangalaki. Ikan pari ini bisa berukuran mencapai tujuh meter dan dapat ditemui di sekitar permukaan laut dan terumbu karang.

Di antara sekian banyak pulau, hanya Maratua dan Derawan yang dihuni penduduk. Sebagai pulau utama, Derawan juga dijadikan tempat menginap para wisatawan. Terdapat sekitar 107 home stay dan resor di pulau seluas 44,7 hektar tersebut. ”Kalau masa liburan sekolah dan libur Tahun Baru, resor itu penuh dengan wisatawan,” kata Kepala Kampung Derawan Haji Bachri.

Untuk mencapai Derawan, dapat menggunakan pesawat dari Balikpapan menuju Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, yang memakan biaya sekitar Rp 900.000 – Rp 1,1 juta. Dari Tanjung Redeb, perjalanan dilanjutkan dengan mobil sewaan ke pelabuhan Tanjung Batu dengan membayar Rp 300.000 yang bermuatan tujuh orang.

Setelah tiba di Tanjung Batu, speedboat atau kapal cepat berkapasitas enam penumpang menanti untuk mengantarkan turis ke Derawan. Satu orangnya dikenakan biaya sekitar Rp 50.000.

Sampai di Derawan, wisatawan dapat singgah lebih dulu untuk mengitari pulau maupun snorkeling di tepi pantai. Jika ingin langsung berkeliling ke Pulau Sangalaki dan Kakaban, dapat menyewa speedboat kapasitas enam penumpang dengan biaya Rp 900.000 dari pagi hingga sore. Kakaban dan Sangalaki dapat ditempuh sekitar 50 menit dari Derawan.

Wisatawan semakin ramai mengunjungi Derawan setelah pulau ini dijadikan lokasi PON ke-XVII tahun 2008 lalu. Menurut Bachri, sejak penyelenggaraan PON, setidaknya 500 wisatawan yang datang tiap harinya saat musim liburan sekolah, Tahun Baru, dan libur Lebaran.

Kunjungan wisata ini pun berdampak pada geliat perekonomian masyarakat Derawan yang sebagian besar Suku Bajo dan sehari-harinya menjadi nelayan. ”Banyak wisatawan yang membeli ikan langsung di Derawan sebagai oleh-oleh. Jadi, saya tidak perlu lagi menjual ikan ke Tanjung Batu atau Tarakan,” kata Ibnu Hajar (55), salah satu nelayan.

Sayangnya, kian ramainya kunjungan wisatawan ini tidak diimbangi dengan pengelolaan kebersihan pulau. Sampah yang kian menumpuk kadang hanya dibiarkan atau dibuang ke laut.

Menurut Juhriansyah, kepulauan Derawan ini ibarat hotel bintang lima yang dijual dengan cara pedagang kaki lima. Abrasi juga terus mengancam keberadaan pulau ini. ”Jika terus begini, lima tahun ke depan Derawan bisa rusak,” kata Bachri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Jalan Jalan
Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Travel Update
5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

Travel Tips
Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com