Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berwisata Pesisir dengan Kereta Api

Kompas.com - 21/11/2011, 21:37 WIB

Pernah naik kereta api wisata Vietnam dari utara sampai selatan? Dari Hanoi ke Hue di Vietnam tengah sampai Ho Chi Minh City (dulu Saigon) di Vietnam selatan? Perjalanan bukan cuma mengandalkan pemandangan alam nan indah dan beraneka budaya etnis yang tercecer sepanjang perjalanan, melainkan juga interior kereta yang ditata apik gaya tempo doeloe dengan sajian menu teh pahit dan bubur ala China klasik.

Pernah naik KA uap di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah? Dengan kereta api antik bergerbong kayu itu, penumpang seolah diajak melintas masa lalu melewati rawa dan permukiman sederhana di kiri kanan rel kereta.

Hari Minggu (20/11), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggelar Festival Kereta Api.

Salah satu acaranya, naik kereta wisata dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, menuju Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara (Jakut). Perjalanan kereta api tersebut bertajuk wisata pesisir.

Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata Sukesti Martono mengatakan, wisata kota berbasis rel ini dapat dinikmati wisatawan nusantara dan mancanegara tanpa harus menimbulkan kemacetan lalu lintas di Jakarta.

Sukesti menambahkan, pada Desember 2011, PT KAI akan meluncurkan jalur lingkar atau loopline. Jalur ini akan dimanfaatkan sebagai wisata berbasis rel. ”Gubernur sudah meminta Disparbud DKI, PT KAI, biro perjalanan wisata, dan hotel untuk mengkaji ulang simulasi kereta wisata ini,” tutur Sukesti.

Kepala Disparbud DKI Jakarta Arie Budhiman menambahkan, ”Festival bertujuan mempromosikan salah satu titik dari 12 titik jalur destinasi wisata pesisir yang sudah dicanangkan Wali Kota Jakarta Utara, yaitu Bangunan Cagar Budaya Stasiun KA Tanjung Priok.”

Delapan gerbong wisata KA pun meluncur dari Stasiun Gambir ke Stasiun Tanjung Priok. Kereta melewati Stasiun Gondangdia, Cikini, Manggarai, Jatinegara, Pasar Senen, Kemayoran, Rajawali, dan Ancol sebelum tiba di Stasiun Tanjung Priok.

Menurut Arie, simulasi kereta wisata ini sudah mendapat dukungan PT KAI serta 80 biro perjalanan wisata dan 20 hotel di Jakarta. ”Mereka ini nantinya yang menjadi pelaku utama wisata kereta api ini,” ucapnya.

Idealnya

Kegiatan apa saja yang terjadi selama perjalanan wisata kereta tersebut, penyelenggara festival tak menjelaskan. Gerbong KA pun lebih banyak diisi komunitas yang tidak mewakili kepentingan publik, kecuali Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita).

Idealnya, selama perjalanan ada pengantar wisatawan yang menjelaskan setiap stasiun yang dilintasi menyangkut sejarah, arsitektur, suasana zaman, tradisi, dan kesenian rakyat yang pernah tumbuh di sekitar stasiun.

Untuk wisatawan, akan lebih menarik apabila hal itu diperagakan, misalnya dengan sajian makanan lokal serta pertunjukan tradisi dan kesenian rakyat di setiap stasiun.

Pada masa lalu, Gondangdia, Cikini, Jatinegara, Kemayoran, dan Tanjung Priok punya sejarah, tradisi, dan kesenian sendiri meski berasal dari budaya yang sama, Betawi. Keroncong Kemayoran di Jakarta Pusat, misalnya, berbeda langgamnya dengan Keroncong Tugu di Jakarta Utara. Demikian pula jajan pasar di setiap stasiun, tradisi pernikahan, pawai, dan musik di wilayah yang berbeda.

Meski tergolong sepi pengunjung karena kurang sosialisasi, festival yang digelar di Stasiun Tanjung Priok patut dihargai.

Sayang, mereka yang mengunjungi stasiun ini belum bisa menelusuri semua ruang di stasiun.

Festival juga dimeriahkan penampilan Keroncong Tugu, gambang kromong, dan sejumlah kesenian Betawi lain. Selain penampilan kesenian Betawi, juga diselenggarakan lomba melukis dan terdapat stan-stan kerajinan.

Bagi Wali Kota Jakut Bambang Sugiono yang menggagas 12 destinasi wisata di Jakut, festival ini tentu saja membuatnya kian bersemangat merealisasikan ke-12 destinasi tersebut.

”Selain lewat KA, kami juga mulai menyediakan bus-bus wisata gratis meski belum rutin. Bus berangkat dari Kantor Pusat Informasi Wisata Pesisir, Jakut, di Pelabuhan Sunda Kelapa setiap Sabtu dan Minggu,” tuturnya saat dihubungi Minggu malam.

Ia bercita-cita, suatu saat, semua moda transportasi wisata di Jakut bisa terintegrasi. ”Terintegrasi dengan pilihan KA, kapal nelayan, bus, atau delman,” tuturnya. (WINDORO ADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com