Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Merapi, Mewaspadai Bencana

Kompas.com - 02/03/2012, 09:17 WIB

Oleh Ahmad Arif/Agung Setyahadi

KOMPAS.com - Langit mendung mulai mengirim gerimis. Puluhan orang bertahan di bekas Kampung Kinahrejo di lereng selatan Merapi. Mereka menyusuri jalan tertutup pasir dan bebatuan sisa awan panas dari letusan Gunung Merapi pada 2010. Di ujung jalan aspal yang mengelupas, mereka menggelar peta Kawasan Rawan Bencana Merapi.

Sri Sumarti, Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, menerangkan makna peta itu, sementara puluhan orang yang terdiri atas guru-guru sekolah dasar itu menyimak dengan antusias. Sri memimpin langsung kuliah lapangan Wajib Latih Bencana untuk guru-guru yang mengajar di Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 Merapi.

"Yang diberi warna merah artinya daerah berbahaya, tidak boleh untuk tempat tinggal," kata Sri, melalui pengeras suara.

"Lah, sekolah kami ada di kawasan merah itu, Bu," kata Surono, guru SDN 1 Balerante, Klaten. "Pantas saja sekolah kami tidak mendapat dana renovasi walau rusak setelah letusan Merapi." Surono lalu meminta peta KRB agar dia bisa menjelaskan kepada warga lain di Balerante tentang status desa mereka yang berada di zona bahaya. "Peta ini disediakan gratis untuk warga, silakan diambil di kantor BPPTK," kata Sri.

Sri lalu melanjutkan "kuliah" lapangan dengan menunjukkan kepada guru-guru tentang kedahsyatan letusan Merapi 2010. Ia mengontraskan dengan kenyataan saat Merapi meletus pada 26 Oktober 2010 dan sehari setelah gunung itu berstatus Awas, sebagian sekolah di zona bahaya masih mengadakan kegiatan belajar-mengajar. "Hayo, kenapa ada yang belum mengungsi. Boleh enggak sebenarnya?" Sri bertanya.

"Enggak boleh, Bu," jawab Nur Muhammad, guru Madrasah Ibtidaiyah Ngablak 1, Srumbung, Magelang, sambil tersenyum. "Tapi, kami dulu belum pelatihan, jadi tidak tahu." Jawaban Nur diikuti dengan teriakan "huu... huu..." dari guru-guru lain.

Sri menjelaskan, status Awas untuk gunung api berarti kondisi gunung itu sudah hampir meletus. Warga di zona bahaya harus segera mengungsi.

Tetap sekolah

Nur mengisahkan, sore itu, 26 Oktober 2010, abu tebal turun dan suara gemuruh terdengar beberapa kali. Namun, warga tetap bertahan karena tidak ada informasi kapan harus mengungsi. Ingatan mereka juga tidak merekam bencana yang pernah melanda dusun yang berjarak sekitar 9 kilometer dari puncak di lereng barat Gunung Merapi. Padahal, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah merekomendasikan daerah dalam radius 10 kilometer dari puncak Merapi harus dikosongkan.

Baru ketika hujan abu menebal seiring gelegar keras dari puncak Merapi, warga Ngablak panik dan berhamburan meninggalkan dusun. Saat itu Merapi telah meletus. Letusan itu meluluhlantakkan Dusun Kinahrejo dan menewaskan puluhan warga di lereng selatan Merapi. Beruntung bagi warga Ngablak, letusan Merapi tidak mengarah ke selatan.

Warga Ngablak meninggalkan dusun tanpa tujuan, tidak tahu harus mengungsi ke mana karena tidak ada informasi barak pengungsian yang harus dituju. "Akhirnya kami berhenti di SD Srumbung dan menginap di sana semalam," ujar Nur.

Ketidaktahuan warga Ngablak berlanjut hingga esok hari. Pada 27 Oktober 2010, mereka kembali ke Ngablak. Madrasah Ibtidaiyah Ngablak 1 dan SD Ngablak 2, sekitar 8 km dari puncak Merapi, kembali melakukan aktivitas belajar-mengajar.

Baru pada pukul 10.00, Kepala Dusun Ngablak Sutopo meminta warga mengungsi setelah mendapat informasi dari Pemerintah Kabupaten Magelang. Warga mengungsi ke Bulog Magelang selama 15 hari, kemudian ke Jumoyo selama sebulan.

Pendidikan bencana

Sebagai gunung api teraktif di Nusantara, Merapi juga gunung terpadat penduduknya.

Guru Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Sutikno mengatakan, warga Merapi memiliki hubungan sangat kuat dengan Tanah Air-nya. "Mereka memiliki prinsip sadumuk bathuk sanyari Bumi, yaitu akan tetap mempertahankan tempat tinggalnya walau kondisi apa pun," kata Sutikno.

Sebagian warga Merapi, kata Sutikno, memiliki keyakinan bahwa gunung itu teman leluhur sejak dulu. "Warga percaya Merapi tidak akan menyengsarakan," katanya.

Selain itu, Merapi memiliki sumber daya alam berlimpah yang selama ratusan tahun menopang hidup warga. Hal itu, menurut Sutikno, membuat upaya relokasi warga di zona bahaya selalu gagal.(Indira Permanasari/Aloysius B Kurniawan/Aryo Wisanggeni)

Ikuti perkembangan Ekpedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui Facebook: ekspedisikompas atau twitter: @ekspedisikompas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

    Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

    Travel Update
    Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

    Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

    Travel Update
    Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

    Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

    Travel Update
    Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

    Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

    Travel Update
    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

    Jalan Jalan
    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

    Hotel Story
    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

    Jalan Jalan
    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

    Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

    Jalan Jalan
    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

    Travel Tips
    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

    Jalan Jalan
    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

    Jalan Jalan
    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

    Jalan Jalan
    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

    Travel Tips
    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

    Travel Tips
    Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

    Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com