JAKARTA, KOMPAS.com — Pengembangan wisata kapal cruise di Indonesia terkendala prasarana pelabuhan. Kendala tersebut menyangkut persoalan teknis kedalaman alur dan kolam pelabuhan yang kedalamannya tidak yang diminta oleh cruise. Kedalaman inilah yang menjadi syarat utama agar kapal cruise besar dapat berlayar dan masuk dengan aman ke pelabuhan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Senin (19/3/2012), mengatakan, Indonesia akan membidik kapal cruise yang dioperasikan di wilayah Asia dan Australia mengingat dimensi dan ukuran kapal cruise yang dioperasikan oleh para operator di kawasan tersebut juga terus meningkat dengan cepat.
Mari Pangestu menambahkan, untuk mencapai target 500.000 kunjungan penumpang cruise pada 2016, pemerintah akan melakukan perbaikan di pelabuhan utama cruise Benoa sekaligus menjadikan pelabuhan tersebut sebagai turn a round port.
Selain itu, Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Mas, dan Tanjung Perak juga akan disiapkan untuk dapat disandari kapal-kapal berukuran besar. "Yang juga tidak kalah pentingnya adalah mempersiapkan destinasi-destinasi baru untuk dapat dikunjungi kapal pesiar seperti Sabang, Bangka, Belitung, dan Probolinggo (Gunung Bromo)," kata Mari Pangestu.
Pada 2011 jumlah kunjungan penumpang kapal cruise ke Indonesia mengalami peningkatan dari 94.116 pada tahun 2010 orang menjadi 112.882 orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.